• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlu Retouch Pengertian tentang sesuatu hal

Dalam dokumen Panduan Menulis Buku Nonfiksi (Halaman 78-82)

Cerita rakyat

Sejarah

Aplikasi bisnis, budidaya, dan lainnya.

B. Mengumpulkan Data

Setelah cukup memahami tentang pokok bahasan yang akan ditulis dalam penyusunan naskah nonfiksi, maka tugas selanjutnya adalah mengumpulkan data. Bagi penulis nonfiksi, pengumpulan data tersebut sangat penting untuk menunjang kepenulisan agar lancar, berbobot, dan tidak terjebak dalam unsur plagiat. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

- Membaca beberapa buku literasi yang berkaitan temanya, minimal tiga buku.

Pengumpulan data bisa dilakukan oleh seorang penulis nonfiksi dengan cara study literasi. Membaca minimal tiga buku yang temanya berkaitan dengan buku yang akan disusun membuat pandangan penulis lebih luas dan matang. Cara ini saya dapatkan ketika bergabung di salah satu agensi yang mengharuskan penulisan daftar pustaka di awal saya menyerahkan outline.

Waktu itu terasa keberatan dengan aturan mereka. Outline kan belum tentu tembus atau disetujui, mengapa pula harus mencantumkan daftar pustaka? Namun, setelah saya telaah ulang tentang aturan tersebut, banyak sisi positif yang bisa didapatkan. Minimal dengan mengumpulkan daftar pustaka sebelum memulai menulis outline maka kita lebih dahulu mampu memahami tema yang akan disusun.

Penulisan daftar pustaka ini menggelitik hati saya untuk selalu membaca minimal seperempat halaman dari setiap buku sebelum saya menyusun outline. Sehingga ketika kemudian outline disetujui maka sudah ada gambaran di dalam benak kita

untuk menyusun buku tersebut. Keuntungannya buku kita nantinya lebih berisi dan secara luas membahas tentang tema yang telah diulas dalam outline.

- Melakukan observasi lapangan

Observasi atau peninjauan ke lapangan sangat diperlukan oleh penulis nonfiksi untuk memberikan naskah berbobot kepada pembaca. Observasi bisa dilakukan dengan cara melihat langsung, menemui narasumber, atau study dari beberapa kasus yang telah ada sebelumnya.

Dalam observasi yang dilakukan perlu dicatat hal-hal penting penunjang kepenulisan nonfiksi. Jadi dalam melakukan observasi perlu bagi seorang penulis untuk membawa hal-hal sebagai berikut :

 Buku catatan atau gadget praktis untuk mencatat keterangan yang didapat.  Brosur, kartu nama, dan bahan penulisan lain yang bisa didapatkan dari lokasi

observasi.

 Foto atau gambar yang diambil di lokasi tersebut.

Observasi lapangan bisa dilakukan sendiri oleh penulis nonfiksi dan bisa juga dilakukan oleh orang lain (keluarga, teman, dan sahabat) yang kebetulan dekat secara lokasi dengan tempat observasi yang strategis. Pemilihan tempat observasi yang strategis didasarkan atas ketersediaan data atau bahan kepenulisan secara akurat dan mudah untuk dituliskan dalam sebuah naskah nonfiksi.

Hal ini berkaitan dengan izin pemilik lokasi dan kemampuan lobby yang bisa dilakukan oleh penulis nonfiksi. Saat ini ditekankan untuk selalu melengkapi diri dengan izin tertulis agar di kemudian hari tidak ada kesalahpahaman tentang pemberian izin observasi di satu tempat tertentu sebagai bahan penyusunan buku.

- Melakukan survey atau penelitian kecil

Untuk mengumpulkan data sebagai bahan kepenulisan nonfiksi kita bisa melakukan survey atau penelitian kecil. Misalnya survey dengan membuat kuisioner untuk beberapa orang dalam beberapa kesempatan yang berkaitan. Bisa juga dengan survey mengisi data sendiri dengan melihat kecenderungan atau perilaku orang lain di sekitar kita.

Jika seorang penulis terbiasa melakukan survey atau penelitian kecil memang kesannya repot dan seperti mengulang saat skripsi. Tetapi hasilnya cukup menyenangkan karena kita memiliki panduan sendiri yang akan memberikan warna khas pada naskah nonfiksi tersebut.

- Mencari berbagai informasi terkait lewat media

Berbagai bahan kepenulisan nonfiksi bisa didapatkan lewat media. Bukan hanya media cetak yang saat ini telah berkembang pesat ke dalam beberapa judul dan bermacam tema. Tetapi data juga bisa didapatkan di media internet asalkan meneliti terlebih dahulu validitasnya berkaitan dengan naskah yang akan disusun. Salah satu caranya adalah menelfon si pemilik website atau blog yang akan dijadikan sebagai data. Dengan menelfon mereka maka ada dua keuntungan yang bisa dikantongi oleh seorang penulis nonfiksi, yaitu secara langsung meminta izin untuk menggunakan data dalam websitenya dan kedua kita mendapatkan data secara nyata.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengambil referensi dari media adalah :

 Pilih media yang memiliki originalitas dan profesional

Banyak media yang beredar di dunia nyata yaitu media cetak dan juga di dunia maya yaitu website atau blog. Berbagai media tersebut memiliki penanggungjawab masing-masing yang bisa dilihat profesionalitasnya. Apabila media dijalankan dengan itikad baik dan menampilkan tulisan original maka pilihlah media tersebut sebagai salah satu sumber referensi. Ada banyak media yang langsung berhubungan dengan naskah nonfiksi untuk tema tertentu. Misalnya tabloid Trubus untuk naskah pertanian.

 Pastikan tanggal pemuatan berita tidak terlalu lama/kadaluwarsa

Mengambil sumber dari media juga perlu memperhatikan tanggalnya, benarkan berita tersebut masih hangat dan tidak kadaluwarsa. Memilih berita dari kejadian satu bulan terakhir masih bisa dikatakan belum kadaluwarsa.  Sebutkan sumbernya apabila mengutip langsung isi berita

Jika memang mengutip langsung isi media maka sebutkan sumbernya, lengkap dengan tanggal media tersebut terbit. Hal ini menunjukkan bahwa kita mampu menghargai karya orang lain.

C. Wawancara Narasumber

Selain mengumpulkan data secara langsung maupun lewat penyerapan media informasi, maka wawancara narasumber menjadi pendukung sebuah kepenulisan nonfiksi. Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam mencari narasumber sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam naskah :

Mencari narasumber dengan lokasi terdekat dengan tempat tinggal atau tempat lain dalam jangkauan penulis. Dengan menengok kanan dan kiri dan mendapatkan narasumber dari lokasi terdekat maka berbagai keuntungan bisa didapatkan oleh seorang penulis. Diantaranya keuntungan tersebut adalah :

 Hemat biaya untuk menemui si narasumber

 Waktu untuk menemui narasumber lebih fleksibel dan efektif.

 Mudah dalam mengakomodasi kepentingan penulisan dengan kesempatan yang diberikan oleh narasumber.

- Cari narasumber yang berkompeten di bidangnya

Mencari narasumber yang berkompeten di bidangnya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Beberapa kali penulis menemui narasumber yang ternyata kurang memahami bidang yang digelutinya. Misalnya seorang petani jenis sayur tertentu yang ternyata mengembangkan kebunnya dengan berbekal “kata orang”. Namun demikian narasumber tersebut tetap bisa kita gunakan informasinya asalkan dibandingkan atau dilengkapi dengan informasi lain yang benar-benar menunjukkan kompetensi seseorang di bidang yang digelutinya.

Berikut hubungan antara profesi dengan pemilihan sebagai narasumber buku nonfiksi bertema tertentu :

 Buku kesehatan dengan narasumber dokter, perawat, bidan, dan sarjana kesehatan masyarakat.

 Buku herbal dengan narasumber apoteker, penggiat pengobatan herbal, dan pengguna obat herbal.

 Buku masakan dengan barasumber pemilik katering, kantin, rumah makan, dan guru tata boga di sekolah kejuruan.

 Buku kecantikan dengan barasumber pemilik salon, lulusan sekolah kecantikan, model, dan perempuan cantik dari berbagai usia.

 Buku parenting dengan narasumber psikolog, guru, penggiat seminar parenting, dan orang tua yang terlihat sabar dan berhasil mengawal perkembangan anak-anaknya.

 Buku arsitektur dengan narasumber arsitek, kontraktor, pemilik gerai desain eksterior dan interior.

 Buku fashion dengan narasumber pemilik butik, pengamat kecantikan, dan publik figure.

 Buku pertanian dengan narasumber sarjana pertanian, petani, dan pemilik lahan yang digunakan untuk menanam sesuai tema yang akan ditulis.

 Buku budidaya/peternakan dengan narasumber sarjana peternakan, peternak, dan pemilik peternakan sesuai dengan tema.

 Buku bisnis dengan narasumber pengusaha, sarjana ekonomi aplikatif, dan penggiat bisnis.

 Buku agama dengan narasumber pemilik pondok pesantren, guru/ustadz yang bergerak dalam bidang pengajian, dan penggiat agam lainnya.

 Dan sebagainya.

- Pergunakan sistem kekerabatan untuk mendekati si narasumber

Penggunaan sistem pertemanan dan kekeluargaan lebih mengena untuk mendapatkan seorang narasumber yang mau membantu kepenulisan kita. Minimal memberikan keterangan ketika kita membutuhkan dan bersedia difoto sebagai salah satu isi buku kita nantinya.

Hanya saja perlu dipertegas lagi bagaimana nanti si narasumber dicantumkan di dalam buku. Komunikasi yang terbuka dan baik akan membuat si penulis nyaman dan narasumber juga merasa nyaman.

- Pastikan kemauan untuk menjadi narasumber dengan dokumen tertulis

Meskipun menggunakan sistem kekerabatan, saran saya perlu bagi kita untuk membuat dokumen tertulis terkait dengan kesediaan seorang narasumber mewarnai buku nonfiksi yang kita susun. Karena komunikasi secara lisan kadangkala kurang efektif dan menimbulkan ketidaknyamanan di kemudian hari ketika salah satu pihak, terutama dari narasumber merasa keberatan terhadap pemuatan nama atau datanya.

D. Mengambil Foto Pendukung

Foto atau gambar merupakan salah satu pendukung dalam karya nonfiksi. Dengan adanya foto pendukung maka sebuah karya nonfiksi menjadi lebih menarik dan aplikatif. Menarik untuk dibaca dan mudah dipahami oleh si pembaca. Apalagi jika foto tersebut memang berkaitan benar dengan si karya.

Misalnya foto tentang kandang burung kenari yang tentu saja menambah informasi bagi pembaca apabila akan memilih kandang bagi ternak kenarinya. Demikian juga foto masakan yang sangat krusial pada buku resep masakan. Karena foto tersebut merupakan daya tarik bagi si buku.

Dalam dokumen Panduan Menulis Buku Nonfiksi (Halaman 78-82)

Dokumen terkait