• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rahasia Sumber Ide Yang Original

Dalam dokumen Panduan Menulis Buku Nonfiksi (Halaman 51-55)

MENGGALI IDE KREATIF

D. Rahasia Sumber Ide Yang Original

Ide original itu anugerah Sumber : clip art

Begitu banyaknya hal yang bisa membuat aliran ide kita deras. Justru dari hal-hal yang ada pada diri kita sendiri. Dari adanya indra yang sempurna, dari adanya hubungan baik dengan orang di sekitar kita, dan kemampuan diri untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa.

Ide yang diperoleh berdasarkan kemampuan diri mengelola berbagai sumber ide yang ada di sekitar kita inilah justru sumber ide yang original. Bukan ide yang timbul karena ada

buku lain yang sedang trend. Bukan pula ide yang tumbuh karena seringnya kita ke toko buku dan mengamati berbagai jenis judul di sana.

Ide yang original juga tak harus dibeli, tak perlu ditebus dengan rupiah, dan tak takut dicuri. Mengapa? Karena ketika kita memiliki sebuah ide, kemudian kita sharing ide tersebut kepada pihak penerbit atau agensi maka tak ada seorangpun yang mampu menuangkan ide kita dalam sebuah tulisan kecuali diri kita sendiri sebagai pemilik ide.

Meskipun ada kemungkinan ide kita bisa ditulis oleh orang lain, kita tak perlu khawatir. Nantinya akan ada saatnya kita bisa menuangkan sendiri ide tersebut ke dalam sebuah naskah.

Selagi kita mendapatkan ide dengan cara yang baik, maka tak perlu takut jika kemudian ide kita ternyata dicuri. Kadangkala kita harus bisa menerima kenyataan bahwa banyak orang yang memiliki ide sama. Hanya saja ide tetaplah akan menjadi ide apabila tidak diolah menjadi judul dan naskah.

Berikut beberapa rahasia menemukan dan menyematkan ide original kita :

- Bekali diri dengan ilmu dan ketrampilan

Membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan menjadi syarat mutlak seorang penulis nonfiksi. Membekali diri dengan ilmu bukan hanya dengan membaca saja, tetapi bisa dengan meneruskan sekolah, mengikuti kursus, dan menyerap pengetahuan dari berbagai media serta informasi terpercaya. Membuka mata, membuka hati, dan membuka pikiran terhadap hal-hal positif.

Membuang jauh hal negatif serta menenggelamkan diri dalam keinginan untuk terus belajar. Merendahkan hati untuk menerima masukan dan nasehat dari orang yang lebih pintar dan berpengalaman. Tidak perlu memintanya karena mereka akan datang dan membagi ilmunya jika melihat kita bersifat baik.

Membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan juga membuka wawasan seorang penulis menjadi lebih luas. Dengan wawasan yang luas, pengetahuan, dan ketrampilan maka ide akan bermunculan dengan sendirinya. Tidak perlu meniru, semua berjalan sesuai apa yang kita ketahui dan kita kuasai. Jadi, membuat ide original bisa dilakukan oleh setiap orang. Indahnya menulis nonfiksi.

Mengikuti seminar dan bedah buku, salah satu cara menambah pengetahuan

Sumber : dokumen pribadi

- Tumbuhkan sikap empati

Mengembangkan sikap empati, bukan simpati. Simpati berarti kita akan terlalu banyak mengurusi orang lain. Ada hal apapun pada diri orang lain, kita seakan berhak menilai, berhak ikut campur, dan berhak meluapkan emosi.

Usahakan sikap simpati seperti itu tidak hadir dalam kehidupan kita sebagai penulis nonfiksi. Gantilah sikap simpati menjadi sikap empati. Empati membuat diri kita merasa lebih bebas dan lega mengekspresikan ide. Empati membuat kita mampu belajar dari keadaan dan kejadian yang menimpa orang lain tanpa terlalu dalam ikut terhanyut.

Sikap empati tidak lalu mematikan hati nurani, tetapi membuat seseorang lebih logis untuk bergaul, bersenda gurau, bersahabat, yang kesemuanya bermuara pada kebaikan dan niat baik semata.

Sikap empati membuat kita merasa bahwa persaingan dengan sesama penulis dalam mengeluarkan ide atau menyusun naskah sebagai tambahan semangat untuk menjadi lebih baik. Bukan lantas menganggap bahwa bersaing akan melumpuhkan kreatifitas, membuat sakit hati bila kalah, dan perasaan kecewa yang didapat dari tumbuhnya sikap simpati.

- Pahami satu ide sebelum menuangkannya dalam catatan

Mengasah diri untuk menelurkan ide original bukanlah hal yang sulit. Didasari dengan niat baik dan pengasahan terhadap kemampuan dan kepekaan, maka seorang penulis nonfiksi mudah menemukan ide dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hanya saja, kadangkala ide tersebut menjadi mentah dan tinggal hanya sebagai ide apabila kurang adanya pemahaman tentang maksud dan arah ide tersebut akan dibawa menjadi sebuah naskah.

Sebelum mencatat ide yang berjalan di kepala, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu arah ide tersebut nantinya. Misalnya ketika kita menghadiri resepsi pernikahan kerabat, dimana banyak sekali tamu undangan yang mengenakan sanggul modern maka terbersit sartu ide di kepala untuk membuat buku kecantikan tentang sanggul.

Hanya saja ide tersebut tetap harus dimengerti dan diarahkan untuk membuat sanggul yang seperti apa? Sanggul sehari-hari, sanggul pesta, atau justru sanggul pengantin? Inilah yang dinamakan dengan pemahaman sebelum mencatat ide yang telah ada di kepala.

- Catat ide pada media yang mudah terbaca

Setelah memahami ide dan arah yang akan dilakukan, maka kita perlu mencatatnya dalam sebuah media yang mudah dilihat dan dibaca. Misalnya saja jika kita memiliki notes atau buku catatan kecil yang sering dibuka, maka catatlah ide tersebut di sana. Atau misalnya jika kita sering melihat gadget, maka catatlah ide di gadget tersebut. Semua catatan itu akan sangat bermanfaat ketika kita membutuhkannya untuk dikenalkan ke penerbit atau agensi.

Ketika penerbit atau agensi memerlukan buku-buku tentang kecantikan, maka kita tinggal membuka catatan ide tentang buku pembuatan sanggul atau perawatan rambut dan sebagainya.

Sumber ide bagi penulis nonfiksi itu melimpah. Banyak hal yang bisa kita gali secara faktual dari kehidupan sehari-hari. Nantinya butuh kemauan, kemampuan, dan narasumber jika diperlukan untuk mewujudkannya menjadi sebuah buku sarat informasi.

Oleh karenanya jangan takut kehabisan ide dan menconteknya dari karya penulis lain. Olah ide sedemikian hingga nampak unik, menarik, dan patut untuk disusun menjadi sebuah buku layak terbit.

Jadi, masihkah bingung menunggu datangnya ide?

Dalam dokumen Panduan Menulis Buku Nonfiksi (Halaman 51-55)

Dokumen terkait