• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Pariwisata dan Budaya

ANALISIS PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

4.1.2 Permasalahan Pariwisata dan Budaya

Sektor pariwisata dapat membuka peluang kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses perumusan kebijakan, aspirasi warga memegang peranan yang cukup penting sebagai salah satu dasar perumusan masalah dan isu-isu strategis yang terkait dengan pariwisata. Salah satu data yang dapat digunakan sebagai parameter/tolak ukur keberhasilan sektor pariwisata dalam pembangunan adalah data wisatawan dan pelaku usaha wisata. Data wisatawan dan pelaku usaha wisata yang akurat, sangat tergantung dari ketepatan metode yang dilaksanakan termasuk data jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan di suatu daerah. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia, pariwisata di Kota Yogyakarta merupakan potensi unggulan daerah. Sampai dengan tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta mencapai 2.460.967 orang meningkat 1.200.309 orang atau 95,21 % dibanding tahun 2007 yang mencapai 1.260.658 orang.

Beberapa masalah utama yang perlu segera ditindaklanjuti dan ditangani secara langsung maupun bertahap. Secara umum, beberapa hal yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan wisata di Kota Yogyakarta adalah:

1) Kebersihan di kawasan wisata dan sekitarnya.

Predikat Kota Yogyakarta sebagai daerah wisata masih perlu memperhatikan kenyamanan wisatawan terutama dalam hal kebersihan di kawasan yang menjadi daya tarik wisatawan. Beberapa hal yang menjadi sorotan dalam permasalahan kebersihan wisata adalah kebersihan toilet, perilaku membuang

sampah, coretan di area sekitar tempat wisata, kebersihan sarana transportasi, kebersihan sarana akomodasi dan lain-lain. Adanya biaya kebersihan di sarana umum seperti di toilet semakin memperpuruk citra kebersihan Kota Yogyakarta.

Dalam hal ini bukan dilihat dari nilai uang yang menjadi permasalahan, tapi karakter sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang memperhatikan profesionalisme.

Kebersihan kawasan wisata menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah, masyarakat baik pengunjung maupun pedagang yang berjualan di objek wisata perlu selalu menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sekecil apapun sampah, hendaklah dibuang pada tempatnya agar memudahkan para petugas kebersihan yang bekerja. Upaya pemerintah dalam penyediaan tong-tong sampah dan plang-plang himbauan agar masyarakat, wisatawan, pelaku usaha wisata untuk menjaga kebersihan dan keindahan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.

2) Keamanan dan ketertiban yang menjamin kenyamanan wisatawan.

Rasa nyaman dan aman untuk berwisata di Kota Yogyakarta dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan tiap tahun baik domestik maupun internasional serta lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta. Meskipun prestasi yang ditunjukkan pada sektor wisata terus membaik, maka perlu dijaga dan bahkan inovasi baru yang menjadi daya tarik bagi kenyamanan wisatawan.

Kenyamanan di jalan, ruang publik di lokasi wisata dan sekitarnya perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Kota Yogyakarta. Adanya pengamen dan peminta-minta di persimpangan jalan, di ruang publik maupun di kawasan wisata membuat wisatawan terganggu dan gerah akan keberadaannya. Meskipun tidak berdampak langsung bagi sektor pariwisata secara langsung akan tetapi kondisi seperti ini lambat laun jelas menjadi bumerang bagi pariwisata.

3) Kekuatan sarana prasarana pariwisata, baik akomodasi, transportasi untuk wisatawan maupun jasa pelayanan pariwisata.

Salah satu keperluan yang penting bagi para wisatawan adalah kebutuhan akan sarana penginapan/hotel yang nyaman dan memadai. Hal ini terkait dengan rasa nyaman wisatawan saat melepas lelah dan mempersiapkan kembali untuk beraktifitas di hari berikutnya. Selain itu jaringan dan sarana transportasi juga perlu

menjadi perhatian dalam memberikan kemudahan bagi wisatawan menuju obyek dan daya tarik wisata.

§ Perlu diperhatikan sarana prasarana dan kesehatan lingkungan, peningkatan kualitas SDM, kenyamanan dan keamanan

§ Dukungan public transportation, kemudahan menjangkau obyek wisata.

§ Sarana tempat parkir yang memadai, tertib dan nyaman.

4) Kampanye sadar wisata, sadar budaya pada para pelaku usaha wisata.

Keberadaan Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya memang membutuhkan dukungan dari semua pihak baik dari masyarakat maupun pemerintah. Kekhasan budaya yang ada akan menjadi sebuah ikon Kota Yogyakarta yang akan membedakannya dengan kota-kota lainnya. Kebudayaan Yogyakarta yang berpangkal pada kebudayaan yang dikembangkan oleh Kraton Yogyakarta pada dasarnya merupakan budaya adiluhung yang sampai saat ini masih terlestarikan dengan baik. Kesadaran masyarakat dalam menghidupkan nilai-nilai budaya Yogyakarta belum optimal karena masih berorientasi pada event/pementasan, belum menjadi aktifitas kegiatan pembinaan yang rutin dilaksanakan. Tidak hanya masyarakat yang memerlukan sadar wisata dan sadar budaya, akan tetapi peran pelaku usaha pariwisata dalam menggiatkan sadar wisata dan sadar budaya dapat menambah kekuatan bagi daya tarik wisata berbasis budaya di Kota Yogyakarta.

Sebagai kota pariwisata kesadaran adanya sapta pesona yang terdiri dari keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukkan, keindahan, keramahan dan kenangan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh masyakarat.

Tujuh konsep tersebut bertujuan untuk menciptakan keadaan pariwisata yang baik dan pendapatan asli daerah Kemudahan akses, transportasi, akomodasi yang memadai, kegiatan yang menarik untuk dilakukan, dan fasilitas penunjang lainnya dapat berpengaruh pada citra Yogyakarta sebagai kota pariwisata.

5) Kecintaan generasi muda terhadap budaya tradisional

Kebudayaan Jawa yang menjadi ruh nilai-nilai budaya di Kota Yogyakarta saat ini sudah cukup memperoleh apresiasi yang baik dari masyarakat. Hal ini terlihat dari tingkat partisipasi masyarakat Yogyakarta utamanya generasi muda dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa. Meskipun dari sisi kuantitas

masih perlu ditingkatkan karena sangat dipengaruhi oleh dampak masuknya arus budaya global, namun bukan berarti tidak ada regenerasi dalam transformasi seni dan tradisi Jawa.

Potensi kesenian dan juga adat istiadat serta sistem nilai yang ada di masyarakat merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Oleh karena itu pelestarian mutlak harus dilakukan untuk menjamin kesinambungan, namun bukan berarti seni dan tradisi menjadi sesuatu yang tidak dapat dijadikan sebuah potensi khusus bagi Kota Yogyakarta. Kekayaan inilah yang menjadikan Kota Yogyakarta kaya akan potensi budaya sehingga ditetapkan Pariwisata berbasis Budaya yang akan dikembangkan di Kota ini.

6) Diversifikasi atraksi pariwisata, melalui pengembangan dan inovasi di sektor wisata.

Diversifikasi atrataksi pariwisata perlu ditingkatkan untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung ke Kota Yogyakarta sehingga atraksi wisata yang ditawarkan tidak monoton dan menjadi kejenuhan bagi wisatawan. Atraksi wisata yang ditawarkan harus memiliki karakter yang mantap dan unik sehingga memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan dan dapat menimbulkan efek untuk mengunjungi atraksi wisata tersebut.

7) Kegiatan pariwisata berbasis budaya, khususnya atraksi budaya, kampung wisata serta museum sebagai obyek utama untuk dikunjungi.

Permasalahan muncul ketika pembangunan sektor pariwisata sedikit demi sedikit mengancam eksistensi dan kelestarian budaya lokal. Secara perlahan-lahan tetapi pasti masyarakat akan mengadopsi budaya yang lebih modern yang berasal dari luar budayanya sendiri. Pengembangan pariwisata Yogyakarta perlu diarahkan pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pelestarian budaya. Untuk menciptakan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kelestarian budaya, ada sejumlah hal yang dapat ditempuh. Pertama, penggalakan kembali festival-festival kebudayaan lokal. Kedua, perlu adanya pemetaan tata ruang pariwisata.

Ketiga, memberikan muatan lokal kebudayaan dalam kurikulum pendidikan di Yogyakarta. Keempat, revitalisasi keraton sebagai pusat kebudayaan. Kelima, pembentukan tim pemantau pengembangan pariwisata.

Jika berhasil diciptakan pengembangan pariwisata yang memperhatikan kelestarian budaya, dapat diyakini bahwa dari waktu ke waktu Yogyakarta akan tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai kota pariwisata.

§ Terkait dengan kampung wisata, sebutan Prawirotaman dan Sosrowijayan sebagai ‘kampung Internasional' membuktikan kedekatan atmosfir Kota Yogyakarta dengan 'selera eksotisme' wisatawan mancanegara.

§ Sebagian besar kecamatan di Kota Yogyakarta memiliki obyek wisata museum, oleh karena itu upaya pengembangan dan promosi untuk menggugah daya tarik wisatawan perlu ditingkatkan.

Tabel 4.5. Jumlah Obyek, Jenis Obyek dan Nama Obyek Wisata Kota Yogyakarta 2010

LOKASI

KECAMATAN JUMLAH

OBYEK JENIS OBYEK NAMA OBYEK

Pakualaman 2 Budaya 1. Istana Pura Pakualaman

Museum 2. Museum Khusus Pura Pakualaman

Gondomanan 11 Bangunan

bersejarah 1. Gedung Agung 2. Beteng Vredeburg 3. Gedung Sositet LOKASI

KECAMATAN JUMLAH

OBYEK JENIS OBYEK NAMA OBYEK

4. Monumen Serangan Umum 1 Maret 5. Masjid Agung

Museum 6. Museum Beteng Vredeburg 7. Museum Sonobudoyo I 8. Museum Sonobudoyo II

Budaya 9. Pagelaran Wayang Kulit Ramayana Museum Sonobudoyo

Pendidikan 10. Taman Pintar

Kraton 9 Sejarah 1. Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat

2. Istana Air Taman Sari 3. Masjid Soko Tunggal

LOKASI

KECAMATAN JUMLAH

OBYEK JENIS OBYEK NAMA OBYEK

4. Masjid Agung

Museum 5. Museum Sri Sultan HB IX 6. Museum Kereta

7. Museum Pagelaran Kraton Minat Khusus 8. Kampung Taman

9. Pasar Burung Ngasem Mergangsan 7 Taman Rekreasi 1. Pura Wisata

Museum 2. Museum Perjuangan 3. Museum Biologi

4. Museum Dewantara Kirty Griya 5. Museum Sasmitaloka / Pangsar

Jendral Sudirman.

Budaya 6. Pentas Ramayana Purawisata 7. Pentas Ramayana Ndalem

Pujokusuman

Umbulharjo 3 Taman Rekreasi 8. Kebun Raya & Kebun Binatang Gembiraloka

9. Museum Gembiroloka 10. Kebun Plasma Nutfah Pisang

Gondokusuman 1 Museum - Museum TNI-AD Dharma Pertama

Tegalrejo 1 Museum - Museum Sasana Wiratama

P.Diponegoro

Danurejan 1 Museum - Museum batik dan Sulaman

Kotagede 1 Ziarah - Makam raja-raja mataram

Gedongtengen 1 Minat Khusus - Malioboro

Matrijeron 1 Minat Khusus - Kampung Wisata Kerajinan Dukuh Sumber Data : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, 2011

8) Lama tinggal (length of stay)

Lama tinggal wisatawan mancanegara di Kota Yogyakarta relatif masih rendah. Rata-rata lama tinggal wisatawan itu pada kisaran 2 hari dua malam saja.

Atraksi budaya dan kesenian-kesenian budaya Jawa sangat potensial dikembangkan di Kota Yogyakarta hal ini berpotensi untuk dapat meningkatkan lama tinggal.

Lanjutan Tabel 4.5

Tabel 5.6. Lama Tinggal Wisatawan di Kota Yogyakarta

No. Tahun Lama Tinggal

1. 2007 2,01 hari

2. 2008 2,39 hari

3. 2009 2,41 hari

4. 2010 2,47 hari

Sumber: Statistik Pariwisata, 2011

9) Penyediaan paket wisata dan cinderamata yang memiliki kekhasan produk lokal yang berkualitas internasional.

Dalam pengembangan paket wisata/tour pariwisata diharapkan dapat lebih melibatkan pasar. Hal penting dalam mengembangkan paket wisata nusantara perlu memenuhi tiga hal, yaitu sesuai dengan preferensi target pasar, penyebaran ke destinasi pariwisata yang lebih luas, serta mampu bersaing dengan paket-paket wisata luar negeri. Sasaran pasar potensial paket wisata nusantara adalah ; (1) segmen keluarga, (2) segmen rombongan pelajar/mahasiswa, (3) segmen perusahaan swasta/instansi, (4) segmen dewasa (27-46 tahun), dan (5) segmen kelompok ekonomi menengah keatas.