• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

B. Angka Kesakitan

8. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis namun meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional.

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak sakit.

Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:

a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 s/d 7 x 24 jam.

b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.

Terdapat 2 tipe kusta yaitu:

a. Kusta kering (PB/Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6 bulan dengan Rifampicin dan DDS.

Tanda-tandanya:

 Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut.

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 42  Permukaan bercak tidak berkeringat

 Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar dari pada tipe basah.

b. Kusta Basah (MB/Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS.

Tanda-tandanya:

 Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan.

 Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak.

 Pada permukaan bercak, sering ada rasa bila disentuh dengan kapas.

 Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka.

Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur.

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 43

Pembagian menurut daerah endemis dibedakan dalam 3 kategori: a. High Endemic, dimana angka kejadian/prevalensi rate-nya lebih dari

1/10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru/Case Detection Rate (CDR) lebih dari 5/100.000 penduduk)

b. Sustained Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/10.000 penduduk namun CDR lebih dari 5/100.000 penduduk)

c. Low Endemic, dimana prevalensi rate kurang dari 1/10.000 penduduk dan CDR kurang dari 5/100.000 penduduk)

Menurut WHO (1980) batasan istilah dalam cacat Kusta adalah:

a. Impairment: segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma, ginekomastia, madarosis, claw hand, ulkus, dan absorbsi jari.

b. Dissability: segala keterbatasan atau kekurang mampuan (akibat impairment) untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas kehidupan yang normal bagi manusia. Dissability ini merupakan objektivitas impairment, yaitu gangguan pada tingkat individu termasuk ketidakmampuan dalam aktivitas sehari-hari, misalnya memegang benda atau memakai baju sendiri.

c. Handicap: kemunduran pada seorang individu

(akibat impairment atau disability) yang membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung pada umur, seks, dan faktor sosial budaya. Handicap ini merupakan efek penyakit kusta yang berdampak sosial, ekonomi, dan budaya.

d. Deformity: kelainan struktur anatomis

e. Dehabilitation: keadaan/proses pasien Kusta (handicap) kehilangan status sosial secara progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya.

f. Destitution: dehabilitasi yang berlanjut dengan isolasi yang menyeluruh dari seluruh masyarakat tanpa makanan atau perlindungan (shelter).

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 44

Di Kabupaten Jepara terdapat RS Kelet yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta.

Gambar 3.19

Distribusi Penderita Kusta Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2012

High Endemic Sustained Endemic Low Endemic 15 8 16 3 7 26 1 2 DONOROJO KELING KEMBANG BANGSRI PAKIS AJI JEPARA TAHUNAN KEDUNG BATEALIT PECANGAAN NALUMSARI MAYONG WELAHAN KALINYAMATAN MLONGGO KARIMUN JAWA

Pemetaan mengacu pada kategori daerah endemis dengan kategori Low Endemic, Sustained Endemic dan High Endemic. Prevalensi yang ada di Kabupaten Jepara untuk Tahun 2012 adalah 1,3 per 10.000 penduduk dengan CDR 7,62/100.000 penduduk sehingga Kabupaten Jepara dalam daerah High

Endemic (tabel 17,19).

Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di Kabupaten Jepara untuk kusta PB 100 % dan kusta MB 14,68 % (tabel 20).

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 45

9. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Imunisasi mempunyai tujuan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak).

Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah: 1) Bayi (0–11 bulan)

Bagi bayi merupakan imunisasi rutin dengan mendapatkan Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali.

2) Balita

Pemberian imunisasi berupa lanjutan dan booster bagi imunisasi dasar. Imunisasi yang dapat diberikan Polio, MMR, HIB, Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll.

3) Anak sekolah (SD/MI)

Imunisasi pada anak SD/MI pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

 Imunisasi DT pada anak kelas 1

 Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan kelas 3

 Imunisasi Campak pada anak kelas 1 4) Wanita Usia Subur (WUS)

Setiap WUS termasuk ibu hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali selama hidupnya (TT 5 dosis) dengan interval tertentu yaitu waktu pemberian antara TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu, antara TT 2 dengan TT 3 minimal 6 bulan, antara TT 3 dengan TT4 minimal 1 tahun dan antara TT 4 dengan TT 5 minimal 1 tahun.

Yang termasuk PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri dan Tetanus Neonatorum. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (REDCAM) dan Eliminasi Tetanus Neonatarum (ETN).

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 46

Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatrum, dan Campak).

Kabupaten Jepara kasus PD3I yang muncul Tetanus Neonatarum dan Campak :

a. Tetanus Neonatarum

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum.

Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Dikatakan Tetanus neonatarum bila terjadi pada persalinan bayi. Bila terjadi pada bayi lahir dapat menjadikan bayi berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah kelahiran. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 47

Untuk lima tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 3.20

Penemuan Kasus Tetanus Neonatarum di Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2012

Di Kabupaten Jepara tiga tahun terakhir tidak terjadi kasus kematian tetanus neonatorum (tabel 21). Bila terjadi satu kasus saja perlu mendapatkan perhatian karena sudah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) didaerah tersebut.

b. Campak

Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae

measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau

batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia). Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: (1) bayi berumur lebih dari 1 tahun (2)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 2008 2009 2010 2011 2012 Tetanus Neonatarum

| Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 48

bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan (3) dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

Adapun kasus campak mempunyai trend dalam 5 tahun terakhir:

Gambar 3.21

Penemuan Kasus Campak di Kabupaten Jepara Tahun 2008 – 2012

Pada Tahun 2012, penemuan kasus di Kabupaten Jepara sebesar 69 kasus dengan penderita laki-laki sebanyak 34 orang dan perempuan 35 orang. Dimana puskesmas yang terbesar kasus Campak adalah Puskesmas Jepara sebesar 16 kasus disusul Puskesmas Batealit sebesar 15 kasus, tidak ada kasus kematian (tabel 22).

Dokumen terkait