• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Tanaman Casuarina (Diameter dan Tinggi Tanaman)

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL LITBANG (Halaman 129-136)

PEMANFAATAN KOTORAN SAPI DAN PENANAMAN TANAMAN CASUARINA PADA LAHAN KERING DI HAMBALA SUMBA TIMUR

B. Pertumbuhan Tanaman Casuarina (Diameter dan Tinggi Tanaman)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari variabel yang diuji terhadap pertumbuhan Casuarina (diameter dan tinggi tanaman) pada semua umur pengamatan. Hasil uji Ortogonal Kontras (Tabel 1 dan Tabel 2) diameter tanaman menunjukkan bahwa pada semua umur pengamatan tanaman Casuarina yang ditanam bersama Leucaena dengan pemberian pupuk kotoran sapi 2 kg/lubang mempunyai diameter lebih besar dibandingkan Casuarina tunggal dengan pemupukan 2 kg/lubang. Hasil ini menunjukkan bahwa peranan Leucaena sebagai tanaman penambat nitrogen mampu memperbaiki kandungan N tanah yang rendah di wilayah penelitian. Sumbangan N ini nampaknya berhubungan dengan kemampuan kotoran sapi dalam memperbaiki karakteristik fisik tanah karena bahan organik yang terdekomposisi menjadi perekat yang mengikat butir-butir tanah menjadi agregat; mampu meningkatkan KTK tanah, dan mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

119

Tabel 1. Diameter tanaman (mm) pada setiap umur pengamatan

Perlakuan Umur Pengamatan (bulan)

8 bulan 12 bulan 16 bulan 20 bulan

Casuarina tunggal + kotoran sapi 2 kg/lubang (A)

7,83 11,93 14,45 21,88 Casuarina tunggal + kotoran sapi 3

kg/lubang (B)

8,34 12,06 13,96 23,44 Casuarina tunggal + Leucaena+

kotoran sapi 2 kg/lubang (C)

7,77 12,45 15,21 25,07 Casuarina tunggal + Leucaena+

kotoran sapi 3 kg/lubang (D)

8,19 12,64 16,00 25,87 Casuarina tunggal + A vilosa+

kotoran sapi 2 kg/lubang (E)

7,83 9,77 11,73 19,16 Casuarina tunggal + A vilosa+

kotoran sapi 3 kg/lubang (F)

8,07 11,63 14,23 21,30 Leucaena tunggal (G) 3,12 3,40 3,62 3,67 A. vilosa tunggal (H) 3,61 3,38 3,82 4,54

Tabel 2. Uji ortogonal kontras taraf 1% (**) dan 5% (*) dari diameter tanaman pada setiap umur pengamatan

Ortogonal Kontras Tingkat Nyata Taraf 1% (**) dan 5% (*)

8 bulan 12 bulan 16 bulan 20 bulan

C x D tn tn tn tn E x F tn tn tn tn A x C ** ** ** ** B x D tn tn tn tn A x E tn * tn tn B x F tn tn tn tn (CD) x(EF) tn ** * * (CD) x G ** ** * tn (EF) x H ** ** * tn (AB) x (CD) ** ** ** ** (AB) x (EF) ** ** ** **

Keterangan: ** berbeda sangat nyata taraf 1%, * berbeda nyata taraf 5%, tn= tdak nyata; A,B,C,D,E,F adalah pengaturan pola tanam dan dosis pemberian kotoran sapi (lihat padaTabel 1)

Kemampuan Leucaena dipadukan dengan pemberian pupuk kotoran sapi (CD) mampu memacu pembentukan diameter dibandingkan tanpa hadirnya Leucaena dengan pemberian pupuk yang sama (AB). Hasil ini menunjukkan bahwa Leucaena dapat memberikan sumbangan N lebih baik setelah fisik tanah dapat diperbaiki dengan pemberian kotoran sapi. Bahkan lebih baik pula dibandingkan peranan A. vilosa dengan perlakuan pemupukan kotoran sapi yang sama (EF) pada kontras CD x EF. Hasil ini menunjukkan pula bahwa Leucaena mampu berinteraksi positif dengan Casuarina

120

dibandingkan dengan A. vilosa pada kondisi lahan di Hambala. Kehadiran A. vilosa ternyata menciptakan persaingan tersendiri dengan Casuarina dalam penggunaan faktor tumbuh seperti hara, air dan CO2. Hal ini ditunjukkan pada kontras AB x EF, dimana rerata diameter Casuarina lebih besar dengan pemupukan kotoran sapi pada semua tingkat pemberian (2 kg atau 3 kg/lubang) tanpa adanya tanaman A. vilosa. Kondisi ini terutama disebabkan A. vilosa memerlukan jumlah hara N yang sama dengan Casuarina sehingga perbaikan sifat fisik dengan pemberian pupuk kotoran sapi justru menciptakan persaingan akan kebutuhan hara yang sama, sedangkan Leucaena sama seperti Casuarina mampu menghasilkan N sendiri melalui fiksasi N yang dilakukanya.

Analisa terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, menunjukkan pula pola yang sama dengan analisa terhadap diameter tanaman. Rerata Casuarina mampu tumbuh dengan tinggi tanaman yang lebih baik (Tabel 3 dan Tabel 4) dengan perlakuan penanaman bersama Leucaena dengan pemberian pupuk kotoran sapi 2 kg/lubang dibandingkan Casuarina tunggal dengan pemupukan 2 kg/lubang. Bahkan pada semua tingkat pemupukan (2 kg dan atau 3 kg/lubang) dengan kehadiran Leucaena, Casuarina lebih tinggi dibandingkan tanpa Leucaena (kontras AB x CD). Hal ini menunjukkan pula bahwa perbaikan sifat tanah melalui perbaikan kemampuan granulasi dan kerapatan lindak tanah mampu menciptakan mikro kondisi dalam tanah yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Casuarina dan Leucaena.

Tabel 3. Tinggi tanaman (cm) pada setiap umur pengamatan

Perlakuan Umur pengamatan (bulan)

8 bulan 12 bulan 16 bulan 20 bulan

Casuarina tunggal + kotoran sapi 2 kg/lubang (A)

119,91 140,52 182,7 237,11 Casuarina tunggal + kotoran sapi 3

kg/lubang (B)

112,40 136,29 174,88 232,78 Casuarina tunggal + Leucaena+ kotoran

sapi 2 kg/lubang (C)

115,78 136,24 186,21 254,97 Casuarina tunggal + Leucaena+ kotoran

sapi 3 kg/lubang (D)

112,54 138,02 202,61 267,84 Casuarina tunggal + A. vilosa+ kotoran

sapi 2 kg/lubang (E)

117,26 125,71 156,58 209,46 Casuarina tunggal + A. vilosa+ kotoran

sapi 3 kg/lubang (F)

119,22 141,35 173,65 234,22 Leucaena tunggal (G) 30,5 33,90 37,33 43,78 A.vilosa tunggal (H) 43,67 42,27 47,80 67,00

121

Tabel 4. Uji Ortogonal Kontras taraf 1% (**) dan 5% (*) dari tinggi tanaman pada setiap umur pengamatan

Ortogonal Kontras Tingkat nyata taraf 1% (**) dan 5% (*) 8 bulan 12 bulan 16 bulan 20 bulan

C x D tn tn tn tn E x F tn ** tn tn A x C ** ** ** ** B x D tn tn tn tn A x E tn ** tn tn B x F tn tn tn tn (CD) x (EF) tn tn * * (CD) x G ** ** tn tn (EF) x H ** ** ** ** (AB) x (CD) ** ** ** ** (AB) x(EF) ** ** ** **

Keterangan: ** berbeda sangat nyata taraf 1%, * berbeda nyata taraf 5%, tn= tdak nyata

Pola yang sama ditunjukkan pada kontras CD x EF menunjukkan bahwa interaksi Casuarina dengan Leucaena mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan interaksinya dengan tanaman A. vilosa pada semua tingkat pemupukan. Bahkan kehadiran A. vilosa menjadi pesaing bagi Casuarina dalam menggunakan faktor tumbuh yang kondisinya terbatas di wilayah penelitian. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan pada kontras AB mampu memacu pertumbuhan tinggi Casuarina lebih baik dibandingkan perlakuan dengan kontras EF (Tabel 4). Pada kondisi kesuburan tanah yang rendah tanaman dengan karakteristik yang sama akan bersaing dalam menggunakan faktor tumbuh (CO2, hara dan air) (Hardjowigeno, 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa pemberian kotoran sapi mampu memperbaiki sifat fisik tanah yang ditunjukkan dengan perbaikan granulasi tanah dan perbaikan kerapatan lindak tanah sehingga mampu menciptakan kondisi mikro tanah yang baik bagi ketersediaan unsur hara tanaman (perbaikan KTK). Hasil ini ditunjukkan pada analisa pertumbuhan tanaman (diameter dan tinggi tanaman) pada uji kontras pemberian pupuk kotoran sapi 2 dan 3 kg/lubang lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk kotoran sapi. Hasil ini sesuai dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa bahan organik seperti kotoran sapi akan meningkatkan pengikatan antar partikel tanah dan meningkatkan kemampuan mengikat air. Selain memperbaiki sifat fisik tanah pupuk organik juga memperbaiki sifat kimia tanah yaitu dengan membantu proses pelapukan bahan mineral, meningkatkan pH tanah dan mampu meningkatkan KTK tanah. Bahan organik juga memberikan makanan bagi kehidupan

122

mikroba dalam tanah. Bahan organik dalam tanah mempengaruhi jumlah mikroba yang ada dalam tanah (Lingga, 2010; Sutanto, 2003; Hardjowigeno, 2007). Pemberian dosis 3 kg/lubang (B) mampu memberikan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah lebih baik pada semua kombinasi perlakuan dibandingkan pemberian dosis 2 kg/ha (A). Hal ini sangat erat hubungannya dengan kondisi wilayah penelitian di Hambala yang mempunyai kandungan hara rendah (N, P, K dan C organik) dengan sifat fisik tanah struktur prisma kasar, tekstur agak berpasir dan bahan induknya mengandung batu gamping.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1) Pemanfaatan kotoran sapi dengan dosis 2 - 3 kg/lubang dan interaksinya dengan tanaman Casuarina dan Leucaena dengan model tanam tertentu dapat digunakan sebagai salah satu cara konservasi tanah dan air di wilayah kering seperti di KHDTK Hambala, Sub DAS Kambaneru, Sumba Timur.

2) Pemberian pupuk organik kotoran sapi mampu memperbaiki karakteristik fisik tanah di Hambala sehingga mampu memperbaiki kondisi ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman Casuarina.

3) Tanaman Leucaena mampu berinteraksi positif dengan Casuarina pada semua tingkat pemupukan kotoran sapi (2 kg/lubang dan 3 kg/lubang) dibandingkan interaksinya dengan tanaman A. vilosa.

4) Tanaman A. vilosa menjadi pesaing bagi Casuarina dalam penggunaan faktor tumbuh (N, P, K, C organik) yang kondisinya rendah seperti di KHDTK Hambala 5) Pemberian pupuk kotoran sapi 3 kg/lubang mampu memperbaiki kondisi fisik dan

kimia tanah lebih baik dibandingkan pemberian 2 kg/lubang pada semua model interaksi antara Casuarina, Leucaena, dan A. vilosa.

123

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1) Penggunaan kotoran sapi sebagai cara memperbaiki sifat fisik tanah dapat ditingkatkan sesuai dengan umur tanaman sampai pada fase tertentu dimana sistem perakaran tanaman Casuarina sudah mampu mengekplorasi kelapisan yang lebih dalam, dalam menggunakan faktor tumbuh.

2) Pemakaian jumlah yang banyak pada kotoran sapi dapat dikurangi sesuai dengan pertumbuhan tanaman Casuarina dengan cara mengganti pupuk padat dengan pupuk cair, baik dari tanaman maupun dari pupuk kotoran hewan yang dicairkan, agar lebih efisien dalam penyediaan unsur hara dan biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta. Lingga, 2010. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwendro, S dan Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sanchez, P.A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Bandung

Sutanto, S. 2003. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Kesuburan dan Kelestarian Tanah. Jurnal Teknologi, Bandung.

Yitnosumarto, S. 1990. Percobaan: Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Brawijaya Program MIPA. Malang

125

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL LITBANG (Halaman 129-136)

Dokumen terkait