• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN

4.4 Perubahan Faktor-faktor Pembentuk Rumah

Arsitektur tradisional Karo yang dikenal sekarang ini bukan suatu bentuk yang

stagnan, tetapi sesuatu yang berproses dan berubah dan mengalami transformasi.72

Kajian transformasi bentuk rumah adat Karo tidak dapat terlepas dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya. Sejak tahun 1950, Rumah tradisional Karo yang baru sudah menggunakan desain dan material yang lebih modern dan

sudah memiliki ruang didalamnya.73

Dilihat dari semua ini, dapat dipastikan bahwa arsitektur pasti berubah seiring dengan berjalannya waktu dan berubahnya faktor sosial budaya dan kebutuhan yang Pada beberapa desa seperti Desa Linggayang dan Desa Gurukinayan, bentukan atap dari rumah Karo pun sudah bertransformasi. Hal ini berarti telah terjadi perubahan sosial budaya serta kebutuhan yang kemudian mempengaruhi aktifitas dari pengguna rumah, sehingga merekamelakukan perubahan untuk menyesuaikan rumah mereka dengan pandangan hidup yang sekarang mereka miliki. Dapat dikatakan bahwa rumah menjadi suatu pernyataan fisik akan cara pandang hidup dari penghuninya dan menjadi pencitraan diri yang menggambarkan si pemilik rumah.

72

Ir. M. Nawawiy Loebis M.Phil, Ph.d (2004), Raibnya para Dewa hal - xviii, Bina Teknik Press 73

berpengaruh pada aktifitas. Pertanyaan yang timbul adalah ke arah mana arsitektur tradisional ini akan berkembang? Apakah ia menjadi arsitektur masa kini yang dapat dijadikan tolak ukur sejarah arsitektur sebelumnya atau malah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda dan memudarkan sejarah? Berikut merupakan gambar-gambar transformasi atap rumah tradisional Karo pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 dan gambar perubahan suasana interior dari rumah setelah berjalannya waktu pada Gambar 4.15.

Gambar 4.13 Transformasi Atap Rumah Adat Karo di Desa Linggayang Sumber: Ir. M. Nawawiy Loebis M.Phil, Ph. D (2004), Raibnya para Dewa,

Untuk melakukan penelitian dan perancangan rumah tinggal kontemporer berbasis Karo ini, penulis juga akan mengacu pada data hasil wawancara dari Keluarga Karo yang dikondisikan akan menjadi pemilik rumah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan contoh data kehidupan sosial budaya orang bersuku Karo masa kini dan apa-apa saja yang menjadi kebutuhan dan aktifitas mereka yang harus diakomodasi dalam rumah tinggal.

Gambar 4.14 Rumah Adat yang Bertransformasi, Dibangun pada Tahun 1950

Sumber:www.sinabungjaya.com

Gambar 4.15 Bagian Dalam Rumah yang Mulai Dirubah dan Disesuaikan dengan Aktivitas Pemilik Rumah

4.4.1 Perubahan faktor sosial budaya

Sesuai dengan penjabaran diatas, bahwa sosial budaya akan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka perubahan tersebut tentunya juga akan berpengaruh bagi tampilan rumah Karo dihubungkan dengan kasus proyek.

a.Perubahan kepercayaan.

Kepercayaan masyarakat Karo terdahulu sangatlah berbeda dengan masyarakat sekarang ini. Jika dulu para leluhur menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, maka sekarang sudah berubah menjadi sebuah agama yang jelas hukum dan asalnya yang dipercayai dari Tuhan Yang Maha Esa. Perubahan kepercayaan ini memberikan dampak bagi tampilan rumah dari masyarakat Karo khususnya bagi yang tinggal pada perkotaan. Kota identik dengan sesuatu yang modern dan cenderung bersifat global, sehingga tampilan rumah pun tidak menghasilkan bentukan yang menunjukkan citra dari si pemilik rumah. Untuk penelitian ini, pemilik yang akan dirancang rumahnya beragama Nasrani, dan berdasarkan hasil wawancara dan survei ke rumah yang sekarang ditinggali, tidak terdapat citra Karo maupun Nasrani yang diterapkan dalam desain rumah mereka seperti yang terlihat pada Gambar 4.16 dan 4.17.

b. Perubahan hukum dan adat istiadat.

Masyarakat Karo yang dulunya tinggal di desa-desa Karo mulai meninggalkan desa-desa mereka sejak tahun 1950-an dan mereka tidak memiliki kewajiban yang diatur dalam hukum mereka untuk menjaga dan melestarikan rumah tradisional. Mereka berpindah ke perkotaan dan mulai membaur dengan kehidupan modern sehingga hukum dan adat istiadat yang masih diterapkan sudah jauh berubah.

Gambar 4.16 Tampak Depan Rumah dari Pemilik Rumah dalam Penelitian

Sumber: Penulis

Gambar 4.17 Bagian Teras Rumah Pemilik Sumber: Penulis

Berdasarkan hasil wawancara dari pemilik rumah yang bersuku Karo, mereka sudah tidak menggunakan adat istiadat dengan upacara-upacara yang sekarang ini mereka anggap merepotkan dan sudah tidak berlaku lagi. Adat Istiadat yang berlaku di antara mereka adalah adat yang mengatur hubungan keluarga saja, dimana ada beberapa tabu untuk berbicara antara anggota keluarga tertentu ditilik dari hubungan darah dalam keluarga. Hukum dan aktifitas yang mereka terapkan dalam keluarga adalah hukum dari agama Nasrani, sehingga sifat ke-Karoan mereka sudah berbaur dengan agama yang mereka anut.

c. Perubahan pengetahuan.

Masyarakat Karo terdahulu membangun rumah bersama-sama dengan komunitasnya, dimana dukun menjadi orang yang mengarahkan pembangunan rumah sesuai dengan konsep yang sudah mereka yakini sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki pada masa itu. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang bangunan sudah sangat jauh berkembang, mulai dari penemuan material baru yang mudah didapat, teknologi konstruksi, dan lain sebagainya, berpengaruh pada tampilan rumah masa kini. Pada masa sekarang, pembangunan rumah biasanya akan diserahkan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan lebih di bidang tersebut, dan pemilik rumah merupakan konseptor yang biasanya akan

bertukar pikiran dengan ahlinya. Pemilik sebagai konseptor ini dilatar belakangi juga dari pengetahuan yang dimilikinya, begitu pula dengan ahli bangunan yang akan membuat rancangan dan pembangunan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jika dulu pengetahuan didapatkan dari alam dan kearifan lokal, dan diterapkan dalam perancangan bentuk rumah sehingga rumah seakan menjadi organisme hidup yang selaras dengan alam, pembangunan sekarang lebih kepada pencarian estetika bentuk dan kadang tidak selaras dengan alam tempat ia berdiri. Jika dulu arsitektur tradisional menciptakan bentuk yang inovatif dan belum ada sebelumnya, arsitektur masa kini juga berbuat yang sama, yaitu berusaha mencari inovasi yang terkadang malah membaurkan sejarah asalnya.

4.4.2 Perubahan faktor aktifitas

Jika dulu rumah tradisional Karo dihuni oleh banyak keluarga, sekarang ini mereka mengaku akan sangat risih jika harus berbagi hunian dengan yang bukan keluarga inti, namun hubungan kekeluargaan mereka antar keluarga besar masih tetap kuat dan masih melakukan pertemuan keluarga pada hari-hari besar dan hari libur.Untuk aktifitas sehari-hari, mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah pada siang hari dan baru akan pulang kerumah pada sore hari dan melakukan aktifitas bersama seperti makan malam bersama, berbincang, dan lainnya pada malam hari dan pada hari libur.

Aktifitas yang terjadi juga semakin kompleks karena bertambahnya tingkat privasi manusia, dimana mereka membutuhkan ruang-ruang bersama, namun juga membutuhkan ruang privasi untuk diri mereka masing-masing.

Aktifitas lain yang terjadi didalam rumah selain dari aktifitas harian adalah aktifitas keagamaan. Mereka sering berkumpul dengan saudara dan keluarga serta tamu-tamu lainnya untuk melangsungkan acara kebaktian dan acara-acara keagamaan lainnya.

4.4.3 Perubahan faktor iklim

Lokasi pembangunan rumah masih berada di Medan, sehingga masih sama-sama memiliki iklim tropis. Yang menjadi perbedaan adalah suhu dan sifat alam sekitarnya. Rumah adat Karo terdahulu terdapat di dataran tinggi dengan suhu yang dingin, sementara rumah kontemporer yang akan direncanakan berlokasi di dataran rendah yang bersuhu sedang ke panas.

Untuk permasalahan iklim tropis masih tetap harus diperhitungkan, karena kedua lokasi sama-sama berada di daerah dengan iklim tropis, maka masalah seperti hujan badai dan angin kencang akan tetap menjadi ancaman dalam desain.

4.4.4 Perubahan faktor konstruksi, material dan teknologi

Kemajuan teknologi telah menghasilkan inovasi-inovasi yang berperan serta dalam perkembangan arsitektur. Perkembangan teknologi telah menghasilkan inovasi

material dan konstruksi yang tidak lagi menghambat kreatifitas para praktisi dalam menggubah bentuk bangunan.

Konstruksi dan material juga merupakan penentu bentuk dari sebuah karya arsitektur. Tidak heran pula jika seiring berjalannya waktu, tampilan sebuah karya arsitektur juga berubah dari masa ke masa, karena manusia cenderung akan mencoba sesuatu yang baru dan selalu mencari sesuatu yang berbeda.

Sekarang ini, banyak jenis material yang dapat dipilih untuk dipakai dalam sebuah karya. Namun kebijakan dalam penentuan material mana yang akan dipilih

akan berpengaruh pada cost, waktu, sistem pendistribusian, dan kemudahan untuk

mendapatkan material. Material yang bersifat lokalitas, akan sangat mudah didapat dan akan cenderung lebih murah harganya serta lebih menguntungkan dari segi waktu dan biaya pendistribusiannya. Material yang harus dipesan dari luar daerah biasanya akan lebih mahal dan lebih rumit dalam sistem pendistribusiannya.