• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian tahun 2016 konsisten dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian tahun 2015.

Efektif tanggal 1 Januari 2016, PGN menerapkan standar dan interpretasi baru atau revisi berikut ini, namun tidak memberikan dampak material pada laporan keuangan konsolidasian:

1. PSAK No. 4 (Revisi 2015): Laporan Keuangan Tersendiri.

Amandemen PSAK ini memperkenankan penggunaan metode ekuitas sebagai salah satu metode pencatatan investasi pada Entitas Anak, ventura bersama dan entitas asosiasi dalam laporan keuangan tersendiri entitas tersebut.

2. PSAK No. 5 (Revisi 2015): Segmen Operasi. Revisi PSAK ini menambahkan pengungkapan

gambaran singkat segmen operasi yang telah digabungkan dan indikator ekonomik yang memiliki karakteristik yang serupa.

3. PSAK No. 7 (Revisi 2015): Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi.

Penyesuaian ini menambahkan persyaratan pihak-pihak berelasi dan mengklariikasi pengungkapan imbalan yang dibayarkan oleh entitas manajemen.

4. PSAK No. 13 (Revisi 2015): Properti Investasi. Revisi PSAK ini memberikan klariikasi

bahwa PSAK No. 13 dan PSAK No. 22 saling mempengaruhi. PSAK No. 13 memberikan panduan untuk membedakan antara properti investasi dan properti yang digunakan sendiri. PSAK No. 22 memberikan panduan untuk menentukan apakah akuisisi properti investasi merupakan kombinasi bisnis.

5. PSAK No. 15 (Revisi 2015): Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama

Revisi PSAK ini memberikan klariikasi tentang pengecualian konsolidasi untuk entitas investasi ketika kriteria tertentu terpenuhi.

6. PSAK No. 16 (Revisi 2015): Aset Tetap

a. Amandemen PSAK ini mengklarifikasi bahwa penggunaan metode penyusutan yang berdasarkan pada pendapatan adalah tidak tepat.

b. Penyesuaian PSAK ini memberikan klariikasi terkait model revaluasi, bahwa ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada jumlah revaluasiannya.

Pemisahan jumlah tercatat dan akumulasi depresiasi dapat diperlakukan salah satunya sebagai berikut:

(i) Jumlah tercatat disajikan kembali secara konsisten dengan revaluasi jumlah tercatat dan akumulasi depresiasi disesuaikan untuk menyamakan perbedaan antara jumlah tercatat sebelum dan sesudah memperhitungkan akumulasi kerugian penurunan nilai; atau (ii)Akumulasi depresiasi dieliminasi terhadap

jumlah tercatat aset.

7. PSAK No. 19 (Revisi 2015): Aset Tak Berwujud a. Amandemen PSAK ini memberikan klariikasi

tentang anggapan bahwa pendapatan adalah dasar yang tidak tepat dalam mengukur pemakaian manfaat ekonomi aset tak berwujud dapat dibantah dalam keadaan terbatas tertentu.

b. Penyesuaian PSAK ini memberikan klariikasi terkait model revaluasi, bahwa ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada jumlah revaluasiannya.

Pemisahan jumlah tercatat dan akumulasi depresiasi dapat diperlakukan salah satunya sebagai berikut:

(i) Jumlah tercatat disajikan kembali secara konsisten dengan revaluasi jumlah tercatat dan akumulasi depresiasi disesuaikan untuk menyamakan perbedaan antara jumlah tercatat sebelum dan sesudah memperhitungkan akumulasi kerugian penurunan nilai; atau

(ii) Akumulasi depresiasi dieliminasi terhadap jumlah tercatat aset.

8. PSAK No. 22 (Revisi 2015): Kombinasi Bisnis. Amandemen PSAK ini untuk mengklariikasi

bahwa PSAK 22 tidak berlaku untuk akuntansi terhadap pembentukan pengaturan bersama dalam lingkup PSAK 66. Amandemen ini juga mengklariikasi lingkup pengecualian hanya berlaku untuk laporan keuangan entitas pengaturan bersama itu sendiri.

Penyesuaian PSAK ini mengklariikasi ruang lingkup dan kewajiban untuk membayar imbalan kontinjensi yang memenuhi deinisi instrumen keuangan yang diakui sebagai liabilitas keuangan atau ekuitas.

PSAK ini juga mengakibatkan dampak penyesuaian terhadap PSAK sebagai berikut: a. PSAK No. 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan

dan Pengukuran.

b. PSAK No. 57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.

9. PSAK No. 24 (Revisi 2015): Imbalan Kerja. Amandemen PSAK 24 ini mengklariikasi

akuntansi untuk kontribusi iuran dari pekerja atau pihak ketiga yang tidak bergantung pada jumlah tahun jasa, misalnya iuran pekerja yang dihitung berdasarkan persentase tetap dari gaji.

10. PSAK No. 25 (Revisi 2015): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan Revisi PSAK ini memberikan koreksi editorial

tentang keterbatasan penerapan retrospektif.

11. PSAK No. 53 (Revisi 2015): Pembayaran Berbasis Saham.

Revisi PSAK ini mengklariikasi deinisi kondisi vesting dan secara terpisah mendeinisikan kondisi kinerja dan kondisi jasa.

12. PSAK No. 65 (Revisi 2015): Laporan Keuangan Konsolidasian.

Amandemen PSAK ini mengklariikasi tentang pengecualian konsolidasi untuk entitas investasi ketika kriteria tertentu terpenuhi.

13. PSAK No. 66 (Revisi 2015): Pengaturan Bersama. Amandemen PSAK ini mensyaratkan bahwa

seluruh prinsip kombinasi bisnis dalam PSAK No. 22 dan PSAK lain beserta persyaratan pengungkapannya diterapkan untuk akuisisi pada kepentingan awal dalam operasi bersama dan untuk akuisisi kepentingan tambahan dalam operasi bersama, sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman yang ada dalam PSAK No. 66.

14. PSAK No. 67 (Revisi 2015): Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain.

Amandemen PSAK ini mengklariikasi tentang pengecualian konsolidasi untuk entitas investasi ketika kriteria tertentu terpenuhi.

15. PSAK No. 68 (Revisi 2015): Pengukuran Nilai Wajar. Revisi PSAK ini mengklariikasi bahwa

pengecualian portofolio, yang memperkenankan Grup mengukur nilai wajar kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan secara neto, diterapkan pada seluruh kontrak (termasuk kontrak non-keuangan) dalam ruang lingkup PSAK No. 55.

16. PSAK No. 70: Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak.

PSAK ini memberikan opsi kebijakan akuntansi bagi entitas untuk menerapkan perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pengampunan Pajak berdasarkan Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak.

Pilihan kebijakan akuntansi tersebut adalah: - Menggunakan standar akuntansi yang

relevan pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (Pendekatan Umum).

- Menggunakan ketentuan spesiik dalam PSAK No. 70 (Pendekatan Pilihan)

17. ISAK No. 30: Pungutan.

ISAK ini merupakan interpretasi atas PSAK No. 57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi yang mengklariikasi akuntansi liabilitas untuk membayar pungutan, selain daripada pajak penghasilan yang berada dalam ruang lingkup PSAK No. 46: Pajak Penghasilan serta denda lain atas pelanggaran perundang-undangan, kepada Pemerintah.

Standar baru, revisi dan interpretasi yang telah diterbitkan namun belum berlaku efektif pada saat ini adalah sebagai berikut:

1. PSAK No. 1 (Revisi 2015): Penyajian Laporan Keuangan.

Amandemen PSAK ini memberikan klariikasi terkait penerapan persyaratan materialitas, leksibilitas urutan sistematis catatan atas laporan keuangan dan pengidentiikasian kebijakan akuntansi signiikan.

PSAK No. 3: Laporan Keuangan Interim; PSAK No. 5: Segmen Operasi;

PSAK No. 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan; dan

PSAK No. 62: Kontrak Asuransi.

2. PSAK No. 2 (Revisi 2016): Laporan Arus Kas. Amandemen PSAK ini mensyaratkan entitas

untuk menyediakan pengungkapan yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi perubahan pada liabilitas yang timbul dari aktivitas pendanaan,

termasuk perubahan yang timbul dari arus kas maupun perubahan nonkas.

3. PSAK No. 3 (Revisi 2016): Laporan Keuangan Interim. PSAK ini mengklariikasi bahwa pengungkapan

interim yang dipersyaratkan harus dicantumkan dalam laporan keuangan interim atau melalui referensi silang dari laporan keuangan interim, seperti komentar manajemen atau laporan risiko yang tersedia untuk pengguna laporan keuangan interim. Jika pengguna laporan keuangan tidak dapat mengakses informasi yang ada pada referensi silang dengan persyaratan dan waktu yang sama, maka laporan keuangan interim entitas dianggap tidak lengkap.

4. PSAK No. 16 (Revisi 2015): Aset Tetap, untuk paragraf yang terkait dengan aset agrikultur.

Amandemen PSAK ini mengklariikasi bahwa aset biologis yang memenuhi deinisi tanaman produktif masuk dalam ruang lingkup PSAK 16. Deinisi, pengakuan dan pengukuran tanaman produktif mengikuti persyaratan yang ada dalam PSAK 16.

5. PSAK No. 24 (Revisi 2016): Imbalan Kerja. PSAK ini mengklariikasi bahwa pasar obligasi

korporasi berkualitas tinggi dinilai berdasarkan denominasi mata uang obligasi tersebut dan bukan berdasarkan negara di mana obligasi tersebut berada.

6. PSAK No. 46 (Revisi 2016): Pajak Penghasilan. Perubahan pada PSAK ini adalah sebagai berikut:

a. Menambahkan contoh ilustrasi untuk mengklariikasi bahwa perbedaan temporer yang dapat dikurangkan timbul ketika jumlah tercatat aset instrumen utang yang diukur pada nilai wajar dan nilai wajar tersebut lebih kecil dari dasar pengenaan pajaknya, tanpa mempertimbangkan apakah entitas memperkirakan untuk memulihkan jumlah tercatat instrumen utang melalui penjualan atau penggunaan, misalnya dengan memiliki dan menerima arus kas kontraktual, atau gabungan keduanya.

b. Mengklariikasi bahwa untuk menentukan apakah laba kena pajak masa depan yang tersedia cukup agar perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dapat dimanfaatkan, maka penilaian perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan pajak.

c. Menambahkan bahwa pengurangan pajak yang berasal dari pembalikan aset pajak tangguhan dikecualikan dari estimasi laba kena pajak masa depan. Lalu entitas membandingkan perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dengan estimasi laba kena pajak masa depan yang tidak mencakup pengurangan pajak yang dihasilkan dari pembalikan aset pajak tangguhan tersebut untuk menilai apakah entitas memiliki laba kena pajak masa depan yang memadai. d. Estimasi atas kemungkinan besar laba

kena pajak masa depan dapat mencakup pemulihan beberapa aset entitas melebihi jumlah tercatatnya jika terdapat bukti yang memadai bahwa kemungkinan besar entitas akan mencapai hal tersebut.

7. PSAK No. 58 (Revisi 2016): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki Untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

PSAK ini mengklariikasi bahwa perubahan dari satu metode pelepasan ke metode pelepasan lainnya dianggap sebagai rencana awal yang berkelanjutan dan bukan sebagai rencana pelepasan baru. Penyesuaian ini juga mengklariikasi bahwa perubahan metode pelepasan ini tidak mengubah tanggal klasiikasi sebagai aset atau kelompok aset yang dilepas.

8. PSAK No. 60 (Revisi 2016): Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

PSAK ini mengklariikasi bahwa entitas harus menilai sifat dari imbalan kontrak jasa untuk menentukan apakah entitas memiliki keterlibatan berkelanjutan dalam aset keuangan dan apakah persyaratan pengungkapan terkait keterlibatan berkelanjutan terpenuhi.

9. PSAK No. 69: Agrikultur

PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui saat memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Selisih yang timbul dari perubahan nilai wajar aset diakui dalam laba rugi periode terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai wajar secara jelas tidak dapat diukur secara andal. PSAK 69 memberikan pengecualian untuk aset

produktif yang dikecualikan dari ruang lingkup. Pengaturan akuntansi aset produktif tersebut mengacu ke PSAK 16. PSAK 69 tidak mengatur tentang pemrosesan produk agrikultur setelah masa panen. Sebagai contoh, pemrosesan buah anggur menjadi minuman anggur dan wol menjadi benang.

10. ISAK 31: Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK 13: Properti Investasi

ISAK 31 memberikan interpretasi atas karakteristik bangunan yang digunakan sebagai bagian

dari deinisi properti investasi dalam PSAK 13. Bangunan sebagaimana dimaksud dalam deinisi properti investasi mengacu pada struktur yang memiliki karakteristik isik yang umumnya diasoasiasikan dengan suatu bangunan yang mengacu pada adanya dinding, lantai, dan atap yang melekat pada aset.

Standar-standar tersebut diatas baru berlaku efektif pada tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2017 atau 2018.

Pada saat penerbitan laporan keuangan

konsolidasian ini, manajemen sedang mempelajari dampak yang mungkin timbul dari penerapan standar baru dan revisi tersebut serta pengaruhnya pada laporan keuangan Grup.

INFORMASI KELANGSUNGAN