• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lanjutan Lampiran 3. 1

B. Perumusan Masalah

Sektor UKM seyogyanya terus dikembangkan agar tumbuh menjadi usaha besar yang mampu berkontribusi optimal terhadap perekonomian Indonesia, maka perlu didukung oleh semua pihak agar kelemahan yang ada selama ini dapat diminimalisir. Terkait masih kecilnya porsi kredit perbankan untuk UKM dan pangsa BNI KUR diantara bank pelaksana KUR yang relatif kecil, maka perlu dikaji lebih jauh dan dicarikan benang merahnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam kajian ini adalah :

1. Skim kredit atau jenis pembiayaan apakah yang paling sesuai dengan UKM ?

2. Hambatan dan kendala apa saja yang dihadapi dalam penyaluran BNI KUR kepada para pelaku UKM ?

3. Strategi apakah yang harus dilakukan BNI untuk meningkatkan pangsa BNI KUR diantara bank pelaksana KUR ?

C. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah :

1.

Menganalisa karakeristik dan perilaku UKM serta kesesuaiannya

dengan skim kredit/pola pembiayaan yang paling tepat.

2.

Menganalisa hambatan dan kendala dalam penyaluran BNI KUR

kepada para pelaku UKM.

A. Perkreditan

Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang, maka

bisnis utamanya suatu kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan bahwa

bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa :

1. Bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik

2. Pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank

3. Perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank

4. Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara masyarakat

suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana.

Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan, bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan dikemudian hari (Compton, 1991).

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang

dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).

Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan

kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur

waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang dapat

mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah :

1. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak.

2. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).

3. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang.

B. Fungsi Kredit/Pembiayaan.

Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan pada umumnya, maka garis besar fungsi kredit/pembiayaan adalah :

1. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.

Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank akan

dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha produksi maupun perdagangan.

2. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang.

Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit, para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian, pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.

3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha, sehingga

penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku money creator.

4. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan, terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang

kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan

produktivitasnya.

5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi,

Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor prioritas secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. 6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut, orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik, juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya mendatangkan devisa bagi negara.

7. Sebagai alat hubungan ekonomi intemasional.

Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang, atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan, yaitu bunga relatif murah dan jangka waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar negara yang disebut “G to G” (Govemment to Govemment). Hubungan antar negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.

C. Kredit Usaha Rakyat (BNI KUR)

Dokumen terkait