BAB I PENDAHULUAN
1.6 Manfaat Kerja Praktek
1.6.3 Bagi Perusahaan
1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri/
perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis.
4 2. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktek dalam pelaksanaan
Pengelolaan Sampah di TPST Bantargebang.
3. Adanya masukkan yang membangun dari mahasiswa yang melakukan kerja praktek.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Sampah berdasarkan Undang-undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (pasal 1 ayat 1 UU No. 18 2008). Sedangkan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus (pasal 2 ayat 1 UU No. 18 2008).
Sampah yang dikelola berdasarkan undang-undang ini terdiri atas:
a) Sampah rumah tangga.
b) Sampah sejenis sampah rumah tangga.
c) Sampah spesifik.
Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
b) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.
c) Sampah yang timbul akibat bencana.
d) Puing bongkaran bangunan.
e) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
f) Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Definisi sampah cukup bervariasi apabila didasarkan pada tidak adanya lagi kegunaan atau nilai dari material yang ada di sampah tersebut. Sampah adalah produk samping dari aktivitas manusia. Secara fisik sampah mengandung material/bahan-bahan yang sama dengan produk yang digunakan sebelumnya, yang membedakannya hanya kegunaan dan nilainya. Penurunan nilai, pada
6 banyak kasus, tergantung pada tercampurnya material-material tersebut dan seringkali karena ketidak-tahuan untuk memanfaatkan kembali material itu.
Upaya pemilahan umumnya dapat menaikkan kembali nilai dari sampah.
Dengan adanya pemilahan, maka akan ada upaya pemanfaatan kembali material daur ulang yang ada di dalam sampah. Sebagaimana terlihat pada (Gambar 2.1) hubungan terbalik antara tingkat pencampuran dan nilai adalah hal yang penting pada sampah (Kinantan, 2018).
Gambar 2.1 Hubungan Antara Sampah dan Nilainya Sumber: Kinantan, 2018.
2.2 Timbulan Sampah
Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang timbul dari dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan atau perpanjangan jalan (SNI 19-2454-2002). Data timbulan sampah berguna untuk menentukan fasilitas setiap unit pengelolaan sampah dan kapasitasnya misalnya
Penggunaan Konsumsi
Sampah
Pengembangan Nilai Produk yang
digunakan (usefull product)
7 fasilitas peralatan, kendaraan pengangkut dan rute angkutan, fasilitas daur ulang, luas dan jenis TPA.
Menurut SNI 19-2454-2002 metode yang digunakan untuk menentukan jumlah timbulan sampah adalah pengukuran berat dan volume. Volume merupakan ukuran yang penting dalam penentuan kendaraan pengangkut sampah, karena jumlah muatan yang dapat dimuat oleh satu kendaraan dibatasi oleh volume. Berat dapat mengukur timbulan secara langung, dan apabila menggunakan volume sebagai metode penentuan, maka harus diperhatikan kembali derajat kepadatannya, atau berat spesifik sampah penyimpanan.
2.3 Klasifikasi dan Sumber Sampah
Klasifikasi dan sumber sampah sangat diperlukan dalam perencanaan sistem pengelolaan persampahann khususnya dalam subsistem teknis operasional terutama dalam hal pengelolaan dan buangan akhir sampah. Berdasarkan Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan 2006 Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat PLP membagi klasifikasi sampah sebagai berikut:
1. Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentukannya, terdapat 2 kategori jenis sampah, yaitu:
a. Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Contohnya daun-daun, kayu, kertas, tulang, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan.
b. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mengandung senyawa organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme.
Contohnya kaca, kaleng alumunium, debu, dan logam.
Sedangkan pengelompokan sampah untuk benda-benda padat, pembagiannya adalah sebagai berikut:
a) Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik dan memiliki sifat mudah membusuk, misalnya sisa makanan.
8 b) Sampah kering (rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang sifatnya lambat atau tidak membusuk. Sampah kering ini terdiri atas 2 golongan, yaitu sampah kering logam (metallic rubbish) yang sifatnya tidak mudah terbakar misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas, dsb. Serta sampah sampah kering bukan logam (non-metallic rubbish) yang sifatnya mudah terbakar seperti kertas, kayu dan sisa-sisa kain.
c) Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar seperti kucing, anjing dan tikus.
d) Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes) misalnya pembakaran kayu, batu-bara, dan arang.
e) Sampah padat hasil industri (industry waste) misalnya potongan besi, kaleng, dan kaca.
f) Sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping) yaitu sampah yang dibuang oleh penumpang/pengemudi kendaraan bermotor.
Lalu sumber-sumber sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sampah dari Permukiman
Sampah yang berasal dari sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain dan lain-lain.
2. Sampah dari Pertanian dan Perkebunan
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk buatan yang diperlakukan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Dan sampah pertanian lainnya yang berupa lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan namun sulit didaur ulang.
3. Sampah dari Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini dapat berupa bahan organik (misalnya kayu, bambu, triplek) dan bahan anorganik (misalnya semen, pasir, spesi, batu-batu, ubin, besi, baja, kaca dan kaleng).
9 4. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang berasal dari perdagangan seperti toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan. Yang terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dan lain-lain), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.
5. Sampah dari Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.4 Komposisi Sampah
Pengelompokan yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau
% volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan dan lain-lain. Komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan keanekaragaman aktivitas manusia. Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain.
b. Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas, logam, kaca, dan sebagainya.
c. Sampah yang berupa debu dan abu.
10 d. Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau fisis yang berbahaya.
Disamping berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula dihasilkan dari kegiatan kota termasuk dari rumah tangga.
Komposisi sampah juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
a. Cuaca mempengaruhi karena di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi.
b. Frekuensi pengumpulan mempengaruhi karena semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi.
c. Musim mempengaruhi jenis sampah karena akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.
d. Tingkat sosial ekonomi karena di setiap daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya.
e. Pendapatan per kapita masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen.
f. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi.
(Taufiqurrahman, 2016).
2.5 Pengelolaan Sampah
Pengeloalaan sampah didefinisikan sebagai suatu disiplin yang berkaitan dengan pengendalian atas timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prinsip prinsip dalam kesehatan masyarakat, ekonomi, keteknikan, konservasi, estetika, dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya termasuk (responsive) terhadap sikap masyarakat umum (Beevi et al, 2015).
Lebih lanjut Beevi et al. (2015), menjelaskan bahwa ruang lingkup pengelolaan sampah mencakup semua aspek yang terlibat dalam keseluruhan spektrum kehidupan masyarakat. Berbagai aspek yang dimaksud adalah semua fungsi administratif, keuangan, hukum, perencanaan, dan fungsi-fungsi
11 keteknikan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sampah. Penyelesaian masalah sampah juga dapat melibatkan hubungan-hubungan lintas disiplin yang kompleks antar bidang ilmu politik, bidang perencanaan kota dan regional, geografi, ekonomi, kesehatan masyarakat, sosiologi, demografi, komunikasi, konservasi, serta teknik dan ilmu bahan (material science).
Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste Management) adalah suatu kerangka petunjuk untuk merencanakan dan melaksanakan sistem pengelolaan sampah baru dan/atau menganalisis serta mengoptimalkan sistem saat ini. Pengelolaan sampah terpadu didasarkan pada suatu konsep yang mengarahkan kepada keterpaduan antar seluruh aspek dalam pengelolaan sampah, baik aspek teknis maupun non-teknis, yang pada kenyataannya seluruh aspek tersebut tidak pernah bisa dipisahkan (Alfons &
Padmi, 2015).
Pengelolaan sampah terpadu dapat dilakukan setelah melakukan evaluasi terhadap seluruh elemen unit fungsional sistem persampahan, yaitu:
1) Timbulan sampah (waste generation).
2) Penanganan, pemilahan, pewadahan, dan pemrosesan sampah disumbernya
3) Pengumpulan.
4) Pemilahan dan pemrosesan serta transformasi/perubahan bentuk dari sampah.
5) Pemindahan dan pengangkutan.
6) Pembuangan.
(Alfons & Padmi, 2015).
Secara konseptual untuk dapat mencapai tujuan dalam pengelolaan sampah terpadu maka terdapat hal yang paling diperlukan, yaitu: pengurangan sampah atau sering disebut dengan waste minimization, waste reduction, atau source reduction ditempatkan pada bagian paling atas dalam hirarki pengelolaan sampah (Gambar 2.2). Pengurangan sampah akan mengurangi jumlah sampah dan
12 secara alamiah akan merubah komposisi sampah, namun demikian akan selalu ada sampah yang masih harus dikelola (Kartika et al, 2017).
Gambar 2.2 Proses Daur Ulang Sumber: Kartika et al, 2017.
Pewadahan Sampah Pengumpulan Sampah
Pemilahan Sampah Material daur ulang dipisahkan dari aliran
sampah
Pembuangan Sampah Sampah non daur ulang masuk kembali ke aliran sampah kota Pemasaran Sampah
Barang bermanfaat yang berbahan baku material daur
ulang dijual kembali ke pasar
Pemrosesan Sampah Material daur ulang diproses menjadi bahan baku selanjutnya
diproses kembali menjadi barang bermanfaat
13 BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
3.1 Jenis Metode
Jenis metode yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu salah satu jenis metode penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
Maka data yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan penulisan serta bertujuan untuk mengetahui efesiensi sistem pengelolaan sampah yang ada di TPST Bantargebang.
3.2 Metode Kerja Praktek
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi atas dua metode, yaitu:
1) Penelitian lapangan, dilakukan dengan observasi langsung pada objek penelitian yaitu lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
2) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip baik secara langsung maupun tidak langsung dari buku-buku, literatur-literatur yang bersifat ilmiah dan berhubungan langsung dengan topik yang diteliti maupun referensi data dari objek yang diteliti.
3.3 Lokasi Kerja Praktek
Lokasi pelaksanaan kerja praktek adalah di TPST Bantargebang yang beralamat Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat 17153.
14 Gambar 3.1 Lokasi TPST Bantargebang
Sumber:Google Maps, 2018.
3.4 Alasan Pemilihan Lokasi Kerja Praktek
Penulis mengambil lokasi kerja praktek di TPST Bantargebang karena ingin mengetahui sejauh mana ilmu teori yang di dapat di dalam kelas terhadap sistem pengelolaan persampahan terpadu yang ada di TPST Bantargebang. Selain itu, karena tempat kerja praktek yang dekat dengan tempat tinggal penulis, sehingga memperlancar pelaksanaan kegiatan kerja praktek.
3.5 Objek dan Ruang Lingkup Kerja Praktek
Objek kerja praktek ini adalah seluruh area yang merupakan kawasan TPST Bantargebang.
3.6 Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja praktek direncanakan selama tiga bulan yang diharapkan dapat dimulai pada bulan November 2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Berikut jadwal rencana kerja praktek yang direncanakan pada tabel 3.1
15 Tabel 3.1 Alokasi Waktu Perencanaan Kerja Praktek
No Kegiatan
Pelaksanaan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Penulisan Proposal
2. Konsultasi Proposal
3. Pengajuan ke Perusahaan 4. Studi Lapangan
5. Penulisan Laporan 6. Konsultasi Laporan 7. Revisi
8. Pengumpulan Laporan
16 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perusahaan
TPST Bantargebang merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi. Pemerintah DKI Jakarta sebagai pemilik lahan dan lokasi terletak dalam wilayah administratif Kota Bekasi. Pada tahun 2004, pengelolaan TPST Bantargebang diserahkan pada pihak swasta yaitu PT PBB. Kerjasama tersebut hanya berlangsung hingga tahun 2006. Selanjutnya, pada tahun 2008 tender pengelolaan TPST Bantargebang dimenangkan oleh PT Godang Tua Jaya joint operation PT Navigat Organic Energy Indonesia.
PT Godang Tua Jaya sebelumnya merupakan perusahaan yang mengelola sampah di PD Pasar Jaya. Perusahaan tersebut menyewakan alat-alat berat seperti bekhoe dan eskavator. PT Navigat Organic Energy Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik. Perusahaan tersebut memiliki pembangkit listrik tenaga gas metan di Provinsi Bali.
Kontrak operasional pengelolaan TPST Bantargebang antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Godang Tua Jaya joint operation PT NOEI yaitu selama 15 tahun hingga 2023. Setiap ton sampah DKI Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang dikenakan biaya pengelolaan sebesar USD 10.
TPST Bantargebang mulai dioperasikan sejak tahun 1989 oleh BKLH Provinsi DKI Jakarta dan BKLH Provinsi Jawa Barat dan masih berupa Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kemudian direvisi dengan surat persetujuan kelayakan lingkungan AMDAL, RKL, RPL No.660.1/ 206.BPLH.AMDAL/III/2010 tanggal 11 maret 2010. Saat ini status tanah milik pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Untuk perubahan pihak pengelola bisa di lihat pada Tabel 4.1.
17 Tabel 4.1 Perubahan Pihak Pengelola TPST Bantar Gebang
Tahun Pengelola
Agustus 1989-2004 Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta
2004-2006 Pihak Pariwisata
2007-November 2008 Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Desember 2008-Juli 2016 Pihak Pariwisata
2016-2020 Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Aset yang ada di lokasi Tempat Pembuangan Akhir Bantargebang dan dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupa tanah dan bangunan serta alat berat untuk mendukung operasional TPA.
Tabel 4.2 Aset Bangunan TPST Bantargebang
No. Jenis Bangunan Luas
18
13. Saluran Drainase 13.602 m2
14. IPAS I 17.680 m2
15. IPAS II 10.998 m2
16. IPAS III 12.500 m2
17. IPAS IV 12.000 m2
Tabel 4.3 Aset Alat Berat TPST Bantargebang
No. Jenis Alat Berat Unit
4.2 Informasi TPST Bantargebang 4.2.1 Visi dan Misi
Visi TPST Bantargebang yaitu “Menjadi perusahaan yang kuat dan profesional berbasis pada pengelolaan sampah dan lingkungan dengan memiliki beberapa divisi unit usaha lain”.
Sedangkan ada beberapa misi TPST Bantargebang yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki personal yang profesional pada bidang pengelolaan sampah.
2) Mitra pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah baik dalam negeri maupun luar negeri.
3) Mengembangkan bisnis dengan mendirikan unit-unit usaha lain.
4) Pemanfaatan sampah menjadi bahan baku industri.
5) Memberikan pembelajaran pengolahan sampah kepada instansi pemerintah (PEMDA) maupun masyarakat.
19 4.2.2 Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPST, 2021.
4.3 Rencana ke Depan
1) Akan Membangun Waste to Energy sebanyak 3-5 unit untuk menghabiskan 18 juta m3 sampah.
2) Menjadi TPST Regional (DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bogor).
3) Menjadi pusat studi persampahan.
Kepala Unit
20 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Klasifikasi Jenis dan Komposisi Sampah
Klasifikasi jenis dan komposisi yang dilakukan dengan mengetahui data primer, dengan dilakukannya penimbangan dan pemilahan menurut jenisnya agar memperoleh komponen dan kuantitas sampah tiap komponen yang masuk. Jenis dan komposisi sampah yang mendominasi TPST Bantargebang adalah sampah organik yaitu dari sampah sisa makanan. Selanjutnyaterdapat sampah plastik, kain, kertas dan sampah lain-lain yang mendominasi pada urutan kedua, ketiga, dan keempat. Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian terdahulu, yang dimana pada negara berkembang seperti Indonesia, sampah organik merupakan jenis sampah yang mendominasi dengan rata-rata persentase sekitar 42,16%.
Berikut tabel 5.1 jenis dan nilai persentase sampah di TPST Bantargebang.
Tabel 5.1 Jenis dan Nilai Persentase Sampah Periode 1 Bulan No. Jenis Sampah Nilai Persentase
1. Sisa Makanan 39%
Dari tabel 5.1 jenis dan nilai persentase sampah menjelaskan bahwa sampah yang paling banyak dihasilkan pada sampah organik yaitu sampah sisa makanan dengan nilai persentase sebesar 39% dan sampah anorganik yaitu sampah plastik dengan
21 nilai persentase sebesar 33%. Jadi sampah yang masuk ke TPST Bantargebang merupakan sampah yang berasal dari sampah permukiman, sampah perkantoran/pedagang, dan sampah industri. Jenis dan komposisi sampah yang dihasilkan yaitu sampah basah dan sampah kering yang berupa sisa makanan, kertas, kain, plastik, kardus, kayu dan lain-lain. Selain itu sampah B3 akan dipilah kembali dan diproses ke pengelola sampah B3.
5.2 Kondisi Eksisting TPST Bantargebang
Jenis landfill di TPST Bantargebang berdasarkan proses penutupan lahannya adalah sanitary landfill. Sanitary landfill merupakan metode pembuangan sampah yang paling bagus dimana pada metode ini sampah ditimbun pada satu lubang yang telah dipersiapkan kemudian dilakukan pemadatan dan ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup (Mahyudin, 2016).
Setiap hari sampah yang di hasilkan oleh warga DKI Jakarta akan dikirimkan ke TPST Bantargebang menggunakan truk sampah. Saat truk sudah sampai, truk akan ditimbang menggunakan jembatan timbang untuk mendapatkan berat kotor dari truk tersebut. Setelah itu sampah akan dikirimkan ke zona titik buang landfill untuk dilakukan bongkar muatan sampah. Setelah sampah di bongkar, sampah akan di angkut oleh excavator dengan cara estafet di setiap terapannya. Setelah truk selesai unloading sampah, truk akan di cuci di bagian Car Washing. Sebelum truk kembai ke daerah masing – masing, berat kosong dari truk akan ditimbang terlebih dahulu, agar di dapatkan berat bersih dari sampah tersebut dengan cara mengurangkan berat truk masuk dengan berat truk keluar.
Berikut dokumentasi kegiatan dari proses penimbangan, pembongkaran atau pengangkutan sampah dan estafet excavator.
22 Gambar 5.1 Proses Penimbangan Truk Sampah
Gambar 5.2 Proses Pembongkaran Sampah
Gambar 5.3 Proses Estafet Excavator
23 Gambar 5.4 Proses Car Washing
Tumpukan sampah di titik buang ini mencapai 81,91 hektar pada lahan 108,3 hektar. Sampah diangkut menggunakan alat berat. Sebelum sampah diletakkan, diawali dengan membuat konstruksi landfill yang terdiri dari lapisan ground liner atau tanah di dasar landfill yang dipadatkan. Kemudian dilapisi oleh geo membran, bahan mirip plastik berwarna hitam dengan ketebalan 2.5 mm yang terbuat dari High Density Polietilene (HDPE). Lapisan ini berfungsi sebagai penahan lindi agar tidak masuk ke air tanah. Kemudian, di atas geo membran dilapisi oleh geo tekstil, lapisan yang berguna untuk mencegah gas metan menyebar. Gas metan dihasilkan akibat proses dekomposisi bahan organik secara anaerob. Di timbunan sampah tersebut dibuat pipa perforasi yang mempunyai fungsi untuk ventilasi sebagai sirkulasi udara untuk mencegah kebakaran karena suhu yang terlalu tinggi dan ledakan akibat produksi gas metan yang berlebih.
Selain itu terdapat pipa yang mempunyai fungsi adalah mengalirkan gas metan ke pembangkit listrik.
Di TPA Bantargebangmempunyai zona wilayah masing-masing meliputi 5 (lima) zona dengan total area dan effective area sebagai berikut:
24 Gambar 5.5 Pembagian Zona TPST Bantargebang
Sumber: Dinas Kebersihan, 2007.
Dari gambar 5.1 zona tersebut berada di tiga desa yaitu desa cikiwul, desa sumur batu dan desa ciketing udik. Dengan beberapa pembagian zona operasi yang terdiri dari beberapa sub zona yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Pembagian Zona Area TPST Bantargebang
Wilayah Total Area (Ha) Area Efektif (Ha)
Zona I (3 sub zona) 25 18,3
Zona II (3 sub zona) 23 17,7
Zona III (6 sub zona) 35 25,41
Zona IV (5 sub zona) 13 11
Zona V (3 sub zona) 12 9,5
Total 108 81,91
Sumber: Dinas Kebersihan, 2007.
25 Dari tabel 5.2 terdapat 5 zona wilayah yang terdiri dari zona I yang memiliki 3 sub zona dengan total luas area sebesar 25 hektar dan area efektif sebesar 18,3 hektar, zona II yang memiliki 3 sub zona dengan total luas area sebesar 23 hektar dan area efektif sebesar 17,7 hektar, zona III yang memiliki 6 sub zona dengan total luas area sebesar 35 hektar dan area efektif sebesar 25,41 hektar, zona IV yang memiliki 5 sub zona dengan total luas area sebesar 13 hektar dan area efektif sebesar 11 hektar, dan zona V yang memiliki 3 sub zona dengan total luas area sebesar 12 hektar dan area efektif sebesar 9,5 hektar. Maka total luas area zona tersebut yaitu sebesar 108 hektar dan total area efektif yaitu sebesar 81,91 hektar.
5.2.1 Zonasi Sanitary Landfill TPST Bantargebang
Terdapat 5 zonasi sanitary landfill di TPST Bantargebang, dimana dari zonasi tersebut, 3 zona merupakan zona aktif (zona I, IV, V), 2 zona tidak aktif
Terdapat 5 zonasi sanitary landfill di TPST Bantargebang, dimana dari zonasi tersebut, 3 zona merupakan zona aktif (zona I, IV, V), 2 zona tidak aktif