• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Pengembangan TPST Bantargebang

5.3.4 PLTSa BPPT

Waste to Energy akan dibangun sebanyak 3- 5 unituntuk menghabiskan 18 Juta m3 sampah. Pilot project PLTSa menggunakan teknologi proses termal yang dapat memusnahkan sampah secara cepat, signifikan dan ramah lingkungan. Pilot project PLTSa didesain untuk beroperasi secara kontinyu 24 jam/hari dan 250-300 hari/tahun, menggunakan bahan bakar sampah dengan kapasitas 100 ton/hari dan menghasilkan listrik sebesar 700 kW yang akan digunakan untuk pengoperasian internal unit PLTSa. Pilot project ini akan digunakan menjadi sarana riset dan percontohan untuk penanganan sampah kota-kota besar. khususnya kota besar yang masuk dalam Perpres 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pengolahan Sampah menghasilkan energi listrik Berbasis teknologi Ramah Lingkungan. Salah satunya kota yang termasuk dalam Perpres ini adalah DKI Jakarta.

5.4 Pembahasan

Sampah yang di buang ke TPST merupakan sampah yang berasal dari wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Dengan metode pengumpulan sampah di TPS titik regional, lalu sampah tersebut di angkut ke TPST Bantargebang. Berikut data grafik yang tercatat pada tahun 2019 terdapat 1.125 TPS di DKI Jakarta atau

40 bertambah 1% dari tahun sebelumnya. Jumlah ini didominasi oleh pool gerobak dan pool kontainer yaitu masing-masing sebanyak 417 dan 296 TPS.

Gambar 5.21 Data Sampah di TPST Bantargebang periode 2018-2019

Pada proses pengumpulan tersebut TPST memberikan fasiltas seperti pol gerobak, pol container, bak beton, dipo, TPS dan TPS 3R. Dari wilayan DKI Jakarta dengan beberapa regional dapat diketahui jumlah data dan persentase sampah yang dikumpulkan pada periode 2019 bisa di lihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Data Jumlah Pengumpulan Sampah periode 2019

Sebanyak 33% dari 1.125 TPS ada di wilayah Jakarta Timur dan data di atas merupakan jumlah TPS terbanyak di banding dengan wilayah lain. Jumlah di dominasi oleh banyaknya TPS jenis bak beton dengan jumlah 118 TPS. Jumlah TPS terbanyak ada di Jakarta Barat dengan jumlah 259 TPS. Di wilayah DKI Jakarta, jumlah pool gerobak merupakan jumlah terbanyak dibandingkan jenis

41 TPS lainnya. Sedangkan jenis TPS paling sedikit yaitu TPS 3R dengan jumlah 17 TPS.

TPST Bantargebang juga memiliki peran serta terhadap masyarakat dalam mengatasi permasalah yang ditimbulkan dari kegiatan yang berlangsung. Dengan ada tata cara kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai, pertama kepala daerah atau salah satu pihak dapat merencanakan atau menawarkan rencana kerja sama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek tertentu.

Kedua Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima, rencana kerja sama tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama yang paling sedikit memuat a) subjek kerja sama; b) objek kerja sama; c) ruang lingkup kerja sama;

d) hak dan kewajiban para pihak; e) jangka waktu kerja sama; f) pengakhiran kerja sama; g) keadaan memaksa; dan h) penyelesaian perselisihan. Ketiga kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama melibatkan perangkat daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait. Keempat kepala daerah dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk kerja sama. Adapun Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKD).

Lalu setelah dilakukan tata cara tersebut, masyarakat sekitar area TPST Bantargebang diberikan kompensasi berupa uang. Dari data yang sudah diperoleh dari Kepala Daerah masing-masing sesuai Kartu Keluarga (KK), maka uang kompensasi tersebut diberikan dengan nominal uang Rp. 200.000,00. Wilayah yang diberikan kompensasi merupakan wilayah yang terkena dampak dari kegiatan di TPST Bantargebang.

42 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan dari proses pengelolaan sampah di TPST Bantargebang yang dihasilkan diantaranya:

1. Klasifikasi jenis sampah yang diangkut ke tpst bantargebang yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Sampah organik yang terdiri dari sampah sisa makanan dan sampah anorganik yang terdiri dari sampah plastik, kain, karet/kulit, kertas, pet, kayu dan lainnya. Namun untuk sampah b3 dilakukan pemilahan dan diangkut oleh pihak pengelola sampah B3.

2. Kondisi eksisting pengelola di TPST Bantargebang yaitu sampah yang diangkut dari pasar menggunakan truk sampah, dibawa ke TPSTBantargebang. Lalu setelah truk sampai ke TPST akan dilakukan proses penimbangan menggunakan jembatan timbangan untuk mengetahui berat kotor truk tersebut. Truk tersebut dikirim ke zona titik buang landfill untuk dilakukan bongkar muatan sampah menggunakan excavator. Setelah itu sampah diangkut secara berurutan di setiap terapannya, dan dilakukan pemdatan menggunakan bulldozer. Setelah truk selesai unloading sampah, truk akan dicuci dibagian car washing dan ditimbang kembali untuk mengetahui berat kosongnya. Berikut gambar proses penimbangan, pengangkutanmenggunakan excavator, pemadatan menggunakan bulldoze, ,dan pencucian truk.

3. Strategi TPST Bantargebang dalam mereduksi sampah diantara lain, sebagai berikut:

a) Kegiatan Strategi Daerah (KSD) yang sudah berjalan yaitu pengelolaan menggunakan sistem sanitary landfill, pengolahan air lindi dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) yang terdiri dari 3

43 IPAS, pemanfaatan gas dari hasil anaerobic (power house), dan pengomposan.

b) Kegiatan Strategi Daerah (KSD) yang akan dilakukan yaitu pembangunan sistem landfill mining, penambahan pembangunan IPAS 4, pembangunan gedung riset dan edukasi sampah nasional serta pembangunan PLTSa.

6.2 Saran

Dengan melihat kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang yang telah dijalankan, adapun saran yang diberikan antara lain:

1. Sebaiknya diberikan area/batas aman untuk alat berat dan pengumpul sampah, agar tidak terjadi kecelakan kerja.

2. Sebaikya pihak penangggung jawab lapangan dapat lebih tegas dalam menerapkan regulasi baik untuk operator alat berat maupun para pengumpul sampah.

3. Sebaiknya pihak penanggung jawab atau HSE lebih meningkatkan penataan system Agar membangun suasana yang aman dan produktif dalam proses pengelolaan sampah di TPST Bantargebang.

44 DAFTAR PUSTAKA

Alfons, A. B., & Padmi, T. (2015). Analisis Multi Kriteria Terhadap Pemilihan Konsep Pengelolaan Sampah. Jurnal Teknik Lingkungan, 21(2), 138-148.

Beevi, B. S., Madhu, G., & Sahoo, D. K. (2015). Performance and kinetic study of semi-dry thermophilic anaerobic. Waste Management, 36, 93-97.

Dinas Kebersihan, 2007 Tentang Pembagian Zona TPST Bamtar Gebang.

Dinas Lingkungan Hidup, 2018 Tentang Komposisi dan Karakteristik Sampah.

Kartika, C. K., Samadikun, B. P., & Handayani, D. S. (2017). Perencanaan Teknis Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1-12.

Kinantan, B. (2018). Waste management as an effort to improve urban. Materials Science and Engineering, 309, 1-6.

Luthfi, a. k. (2016). Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya (Vol. 4). surabaya: publika.

Mahyudin, P. R. (2016). Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.

EnviroScienteae, 10(1), 33-40.

Nugroho, P. (2013). Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Sari , S., Yenie , E., & Elystia , S. (2015). Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Fisika dan Kimia. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau, 2(1), 1-11.

SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.

Sumantri, A. (2015). Kesehatan Lingkungan. jakarta: kencana prenada media group.

UU No.18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Yustikarini, R. (2017). An Evaluation and Study of Trash Treatment in Reducing Loading of Solid Waste Processing Plant at TPA Milangasri, District of Magetan. Proceeding Biology Education Conference, 14(1), 177-185.

45 LAMPIRAN 1 HASIL UJI OUTPUT IPAS 1

46 LAMPIRAN 2 HASIL UJI OUTPUT IPAS 2

47 LAMPIRAN 3 HASIL UJI OUTPUT IPAS 3

48 LAMPIRAN 4 SURAT IJIN KERJA PRAKTEK

Dokumen terkait