BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Kondisi Eksisting TPST Bantargebang
5.3.4 Power House
Proses dekompposisi sampah secara anaerob yang terjadi pada landfill akan menghasilkan gas-gas hasil reaksi anaerobic seperti metana dan H2S. gas metan merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan
33 pemanasan global. Gas ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik. Agar gas landfill bisa dipakai, gas tersebut harus diambil terlebih dahulu. Caranya adalah bisa dengan memasang pipa perforated di dalam landfill.
Selain itu bisa juga dengan memasang sumur yang kemudian disambungkan dengan pipa. Gas yang masuk ke dalam pipa kemudian dialirkan ke power plant. Setiap hari TPST Bantargebang mampu menghasilkan listrik sebesar 5 sampai 8 MW. Unit power plant ini dikelola oleh PT Navigat Organic Energy Indonesia. Listrik hasil dari konversi gas metan tersebut selanjutnya dijual ke PLN untuk didistribusikan ke masyarakat, berikut gambar 5.13 pipa perforasi.
Gambar 5.13 Pipa Perforasi
Pada gambar 5.13 pipa perforasi digunakan untuk mengalirkan gas, gas kemudian masuk ke dalam chiller. Chiller berfungsi untuk menghilangkan kadar air di dalam gas. Chiller adalah mesin pendingin. Pendinginan akan mengikat air sehingga air tertinggal di dalam chiller dan gas kemudian dialirkan ke mesin.
Berikut gambar 5.14 proses gas masuk ke pipa chiller.
34 Gambar 5.14 Chiller
Setelah masuk ke dalam proses chiller lalu masuk ke proses filter.
Sebelum masuk ke dalam mesin, gas harus dihilangkan dari pengotor-pengotor yang menempel pada molekul gas. Pengotor-pengotor ini dihilangkan dengan menggunakan filter. Berikut gambar 5.15 yaitu proses filter.
Gambar 5.15 Proses Filter
Di dalam mesin, gas yang sudah bersih dari pengotor dibakar untuk menggerakkan piston. Cara kerja mesin ini sama seperti kebanyakan mesin di mobil. Saat gas dibakar, ledakan akan menggerakkan piston. Pergerakan piston ini
Filter
35 akan menggerakkan generator dan akhirnya dihasilkan listrik. Berikut gambar 5.16 ilustrasi ruang gerak pada piston.
Gambar 5.16 Ilustrasi Ruang Gerak Piston
Gas Engine yang digunakan bernama Jenbacher seri J 320 GS buatan General Electric. Mesin ini dibuat di kota Jenbach, Austria. Listrik kemudian dialirkan ke transformer, yang dimana transformer digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator. Listrik yang bertegangan rendah digunakan untuk menyuplai listrik bagi fasilitas yang ada di dalam TPST sedangkan listrik yang bertegangan tinggi dijual ke PLN dialirkan ke jaringan listrik PLN. Berikut gambar 5.17 proses transformer listrik.
Gambar 5.17 Transformer Listrik
36 5.2.5 Pengomposan
Sampah yang berasal dari pasar-pasar induk dari Provinsi DKI Jakarta diangkut oleh truk dan langsung di timbun di area composting. Jenis sampah yang masuk ke area composting yaitu sampah organik karena selain dari itu dapat mencemari proses pengomposan. Sampah dari pasar tersebut tidak dipisah dan dicacah terlebih dahulu karena ukurannya terlalu besar sehingga langsung ditaruh di lahan terbuka. Sampah dibolak-balik setiap 3 hari sekali sebagai proses aerasi menggunakan bulldozer. Ketika kompos sudah kering, sampah baru menjalani proses penggilingan, berikut gambar 5.18 proses aerasi dan proses penggilingan.
Proses Aerasi Proses Penggilingan
Gambar 5.18 Proses Aerasi dan Proses Penggilingan
Sampah kemudian masuk dalam suatu unit, dimana di dalamnya terjadi proses pemutaran, penyaringan, kemudian di masukkan ke vibrator dan menghasilkan kompos dengan butir-butir yang lebih kecil atau granular. Pada unit ini juga terjadi penambahan unsur hara. Setelah proses tersebut, kompos masuk dalam unit granul dimana bentuk kompos dibuat menjadi bentuk bulat dan diaduk dengan penambahan bakteri dalam medium cair. Selanjutnyakompos masuk dalam unit oven (pembakaran) pada temperatur 80⁰C agar kering, tetapi tidak sampai membuat bakteri yang telah ditambahkan mati, kemudian kompos dikeringkan kemudian dikemas, dan kompos siap digunakan. Berikut gambar 5.19 dari proses pembakaran hingga terbentuknya kompos yang sudah siap digunakan.
37 Proses Pembakaran Hasil Pembakaran Proses Pengemasan
Gambar 5.19 Proses Pembakaran, Hasil dan Proses Pengemasan
Sampah yang belum menjadi kompos, seperti sampah organik yang keras atau sampah anorganik dipisahkan kemudian dikirim ke landfill. Keseluruhan proses pengomposan ini berlangsung selama 45 hari hingga rasio karbon dalam kompos dibawah 15 %. Saat ini sedang dikembangkan penambahan enzim pada proses pengomposan sehingga waktu total proses pengomposan dapat berkurang menjadi 20 hari saja. Di samping lahan pengomposan terdapat suatu lahan kebun yang digunakan sebagai uji kompos. Dimana tanaman-tanaman yang berada di kebun tersebut diberi kompos hasil pengolahan. Berikut gambar 5.20 lahan yang digunakan untuk pengujian kompos.
Gambar 5.20 Lahan Uji Kompos
5.3 Pengembangan TPST Bantargebang
Sejumlah sarana dan prasarana akan dikembangkan di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Optimalisasi Bantargebang
38 yang dilakukan sejak DKI mengambil alih pengelolaan pada 2016, kini telah diamanatkan dalam Kegiatan Strategis Daerah (KSD).
5.3.1 Landfill Mining
Landfill mining atau menambangan sampah bertujuan untuk mengurangi sampah yang sudah tertimbun pada zona landfill. Landfill mining dapat mereduksi sampah yang sudah ditimbun yang dapat meningkatkan kapasitas penimbunan sampah di zona, memulihkan atau recovery material agar dapat dimanfaatkan kembali, hingga memperoleh lahan baru. Selain itu, sampah yang telah dikeruk berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Untuk menguji kelayakan sampah sebagai bahan bakar alternatif ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kerja sama penelitian dengan PT. Holcim Indonesia Tbk.
Tujuan utama dari landfill mining adalah sebagai berikut:
a. Konservasi Ruang TPST Bantargebang.
b. Pengurangan Area TPA.
c. Memperpanjang Umur TPST Bantargebang.
d. Penghapusan Sumber Kontaminasi Potensial.
e. Mitigasi Sumber Kontaminasi.
f. Pemulihan Energi.
g. Daur Ulang Material.
h. Pengurangan Dalam Sistem Manajemen Biaya.
i. Pembanguan Atau Penggunaan Kembali Lahan.
5.3.2 Pembangunan IPAS 4
TPST Bantargebang telah memiliki tiga fasilitas Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) yang belum maksimal mengolah air lindi yang ditimbulkan dari sampah yang dikelola di TPST Bantargebang. Untuk meningkatkan performa pengolahan air lindi, maka direncanakan akan dilakukan pembangunan fasilitas IPAS 4. Perencanaan pembangunan IPAS 4 telah dilakukan bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Lokasi
39 IPAS 4 direncanakan akan dibangun di zona IV setelah dilakukan landfill mining pada zona tersebut.
5.3.3 Gedung Pusat Riset dan Edukasi Sampah Nasional
Pembangunan pusat studi ini akan dilakukan dengan melakukan rehabilitasi dan renovasi total gedung operasional TPST Bantargebang. Pada gedung ini, nantinya akan dibangun beberapa fasilitas penunjang seperti laboratorium, ruang auditorium, dan berbagai fasilitas lainnya sehingga dapat nyaman digunakan untuk observasi dan penelitian kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang.
5.3.4 PLTSa BPPT
Waste to Energy akan dibangun sebanyak 3- 5 unituntuk menghabiskan 18 Juta m3 sampah. Pilot project PLTSa menggunakan teknologi proses termal yang dapat memusnahkan sampah secara cepat, signifikan dan ramah lingkungan. Pilot project PLTSa didesain untuk beroperasi secara kontinyu 24 jam/hari dan 250-300 hari/tahun, menggunakan bahan bakar sampah dengan kapasitas 100 ton/hari dan menghasilkan listrik sebesar 700 kW yang akan digunakan untuk pengoperasian internal unit PLTSa. Pilot project ini akan digunakan menjadi sarana riset dan percontohan untuk penanganan sampah kota-kota besar. khususnya kota besar yang masuk dalam Perpres 35 tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pengolahan Sampah menghasilkan energi listrik Berbasis teknologi Ramah Lingkungan. Salah satunya kota yang termasuk dalam Perpres ini adalah DKI Jakarta.
5.4 Pembahasan
Sampah yang di buang ke TPST merupakan sampah yang berasal dari wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Dengan metode pengumpulan sampah di TPS titik regional, lalu sampah tersebut di angkut ke TPST Bantargebang. Berikut data grafik yang tercatat pada tahun 2019 terdapat 1.125 TPS di DKI Jakarta atau
40 bertambah 1% dari tahun sebelumnya. Jumlah ini didominasi oleh pool gerobak dan pool kontainer yaitu masing-masing sebanyak 417 dan 296 TPS.
Gambar 5.21 Data Sampah di TPST Bantargebang periode 2018-2019
Pada proses pengumpulan tersebut TPST memberikan fasiltas seperti pol gerobak, pol container, bak beton, dipo, TPS dan TPS 3R. Dari wilayan DKI Jakarta dengan beberapa regional dapat diketahui jumlah data dan persentase sampah yang dikumpulkan pada periode 2019 bisa di lihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Data Jumlah Pengumpulan Sampah periode 2019
Sebanyak 33% dari 1.125 TPS ada di wilayah Jakarta Timur dan data di atas merupakan jumlah TPS terbanyak di banding dengan wilayah lain. Jumlah di dominasi oleh banyaknya TPS jenis bak beton dengan jumlah 118 TPS. Jumlah TPS terbanyak ada di Jakarta Barat dengan jumlah 259 TPS. Di wilayah DKI Jakarta, jumlah pool gerobak merupakan jumlah terbanyak dibandingkan jenis
41 TPS lainnya. Sedangkan jenis TPS paling sedikit yaitu TPS 3R dengan jumlah 17 TPS.
TPST Bantargebang juga memiliki peran serta terhadap masyarakat dalam mengatasi permasalah yang ditimbulkan dari kegiatan yang berlangsung. Dengan ada tata cara kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai, pertama kepala daerah atau salah satu pihak dapat merencanakan atau menawarkan rencana kerja sama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek tertentu.
Kedua Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima, rencana kerja sama tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama yang paling sedikit memuat a) subjek kerja sama; b) objek kerja sama; c) ruang lingkup kerja sama;
d) hak dan kewajiban para pihak; e) jangka waktu kerja sama; f) pengakhiran kerja sama; g) keadaan memaksa; dan h) penyelesaian perselisihan. Ketiga kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama melibatkan perangkat daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait. Keempat kepala daerah dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk kerja sama. Adapun Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKD).
Lalu setelah dilakukan tata cara tersebut, masyarakat sekitar area TPST Bantargebang diberikan kompensasi berupa uang. Dari data yang sudah diperoleh dari Kepala Daerah masing-masing sesuai Kartu Keluarga (KK), maka uang kompensasi tersebut diberikan dengan nominal uang Rp. 200.000,00. Wilayah yang diberikan kompensasi merupakan wilayah yang terkena dampak dari kegiatan di TPST Bantargebang.
42 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan dari proses pengelolaan sampah di TPST Bantargebang yang dihasilkan diantaranya:
1. Klasifikasi jenis sampah yang diangkut ke tpst bantargebang yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Sampah organik yang terdiri dari sampah sisa makanan dan sampah anorganik yang terdiri dari sampah plastik, kain, karet/kulit, kertas, pet, kayu dan lainnya. Namun untuk sampah b3 dilakukan pemilahan dan diangkut oleh pihak pengelola sampah B3.
2. Kondisi eksisting pengelola di TPST Bantargebang yaitu sampah yang diangkut dari pasar menggunakan truk sampah, dibawa ke TPSTBantargebang. Lalu setelah truk sampai ke TPST akan dilakukan proses penimbangan menggunakan jembatan timbangan untuk mengetahui berat kotor truk tersebut. Truk tersebut dikirim ke zona titik buang landfill untuk dilakukan bongkar muatan sampah menggunakan excavator. Setelah itu sampah diangkut secara berurutan di setiap terapannya, dan dilakukan pemdatan menggunakan bulldozer. Setelah truk selesai unloading sampah, truk akan dicuci dibagian car washing dan ditimbang kembali untuk mengetahui berat kosongnya. Berikut gambar proses penimbangan, pengangkutanmenggunakan excavator, pemadatan menggunakan bulldoze, ,dan pencucian truk.
3. Strategi TPST Bantargebang dalam mereduksi sampah diantara lain, sebagai berikut:
a) Kegiatan Strategi Daerah (KSD) yang sudah berjalan yaitu pengelolaan menggunakan sistem sanitary landfill, pengolahan air lindi dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) yang terdiri dari 3
43 IPAS, pemanfaatan gas dari hasil anaerobic (power house), dan pengomposan.
b) Kegiatan Strategi Daerah (KSD) yang akan dilakukan yaitu pembangunan sistem landfill mining, penambahan pembangunan IPAS 4, pembangunan gedung riset dan edukasi sampah nasional serta pembangunan PLTSa.
6.2 Saran
Dengan melihat kegiatan pengelolaan sampah di TPST Bantargebang yang telah dijalankan, adapun saran yang diberikan antara lain:
1. Sebaiknya diberikan area/batas aman untuk alat berat dan pengumpul sampah, agar tidak terjadi kecelakan kerja.
2. Sebaikya pihak penangggung jawab lapangan dapat lebih tegas dalam menerapkan regulasi baik untuk operator alat berat maupun para pengumpul sampah.
3. Sebaiknya pihak penanggung jawab atau HSE lebih meningkatkan penataan system Agar membangun suasana yang aman dan produktif dalam proses pengelolaan sampah di TPST Bantargebang.
44 DAFTAR PUSTAKA
Alfons, A. B., & Padmi, T. (2015). Analisis Multi Kriteria Terhadap Pemilihan Konsep Pengelolaan Sampah. Jurnal Teknik Lingkungan, 21(2), 138-148.
Beevi, B. S., Madhu, G., & Sahoo, D. K. (2015). Performance and kinetic study of semi-dry thermophilic anaerobic. Waste Management, 36, 93-97.
Dinas Kebersihan, 2007 Tentang Pembagian Zona TPST Bamtar Gebang.
Dinas Lingkungan Hidup, 2018 Tentang Komposisi dan Karakteristik Sampah.
Kartika, C. K., Samadikun, B. P., & Handayani, D. S. (2017). Perencanaan Teknis Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1-12.
Kinantan, B. (2018). Waste management as an effort to improve urban. Materials Science and Engineering, 309, 1-6.
Luthfi, a. k. (2016). Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya (Vol. 4). surabaya: publika.
Mahyudin, P. R. (2016). Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.
EnviroScienteae, 10(1), 33-40.
Nugroho, P. (2013). Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Sari , S., Yenie , E., & Elystia , S. (2015). Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Fisika dan Kimia. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau, 2(1), 1-11.
SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.
Sumantri, A. (2015). Kesehatan Lingkungan. jakarta: kencana prenada media group.
UU No.18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Yustikarini, R. (2017). An Evaluation and Study of Trash Treatment in Reducing Loading of Solid Waste Processing Plant at TPA Milangasri, District of Magetan. Proceeding Biology Education Conference, 14(1), 177-185.
45 LAMPIRAN 1 HASIL UJI OUTPUT IPAS 1
46 LAMPIRAN 2 HASIL UJI OUTPUT IPAS 2
47 LAMPIRAN 3 HASIL UJI OUTPUT IPAS 3
48 LAMPIRAN 4 SURAT IJIN KERJA PRAKTEK