• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Tahap Persiapan

Rangkaian kegiatan Pengujian Struktur Bangunan Gedung diawali dengan Tahap Persiapan yang meliputi

berapa proses sebagai berikut.

a. Pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Pengujian Struktur Bangunan memuat penjelasan

paling sedikit mengenai:

a. latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran kegiatan;

b. lingkup kegiatan dan lingkup lokasi;

c. kriteria atau persyaratan pelaksanaan kegiatan;

d. proses pelaksanaan kegiatan dan program kerja;

e. jangka waktu kegiatan;

f. keluaran substansial yang disyaratkan; dan

g. produk pelaporan yang dihasilkan.

b. Penyusunan Metodologi Kerja

Penyusunan Metodologi Kerja memuat penjelasan secara skematis mengenai alur tahap dan

langkah-langkah pelaksanaan kegiatan, pembahasan yang akan dilakukan, keluaran yang akan dihasilkan dari

tiap tahapan, serta durasi pelaksanaan kegiatan.

c. Penyusunan Jadwal Kerja

Penyusunan Jadwal Kerja memuat penjelasan secara tabulasi mengenai urutan tahap dan

langkah-langkah pelaksanaan kegiatan dalam dimensi jangka waktu pelaksanaan kegiatan.

d. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Mobilisasi Personil dan Peralatan memuat penjelasan mengenai personil yang akan dilibatkan dan

peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk waktu dan durasi pelibatan

personil dan penggunaan peralatan sesuai dengan urutan tahap dan langkah-langkah pelaksanaan

kegiatan.

2. Tahap Perencanaan

Tahap Perencanaan dalam rangkaian kegiatan Pengujian Struktur Bangunan Gedung meliputi berapa proses

sebagai berikut.

a. Pemeriksaan Dokumen

Pemeriksaan dokumen dalam kegiatan pengujian struktur bangunan gedung dilakukan untuk memahami

bentuk dan karakteristik struktur bangunan secara keseluruhan sebagai dasar penentuan metode dan

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 49

jenis pengujian yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam proses pemeriksaan

dokumen yaitu:

1) Pemeriksaan dokumen perencanaan struktur bangunan gedung, yang meliputi:

a) laporan perhitungan struktur;

b) laporan pemodelan struktur; dan

c) gambar rencana struktur dan gambar detail-detail struktur.

2) Pemeriksaan dokumen terbangun struktur bangunan gedung, yang meliputi:

a) gambar terbangun (as-built drawings) struktur dan gambar detail-detail struktur; dan

b) perubahan perhitungan dan pemodelan struktur (apabila terjadi perubahan pada saat

konstruksi); dan

c) laporan hasil pengujian material struktur pada saat pelaksanaan konstruksi.

3) Pemeriksaan kesesuaian antara dokumen perencanaan struktur dengan dokumen terbangun

struktur.

4) Penyusunan gambar terbangun (as-built drawings) struktur bangunan gedung disertai gambar

detail-detail struktur, apabila tidak tersedia. Hal ini diperlukan sebagai acuan dalam proses

pengujian lapangan dan analisis.

b. Pengamatan Visual Kondisi Struktur Bangunan

Pengamatan visual kondisi struktur bangunan dilakukan pada tahap awal di lapangan untuk mengetahui

secara kasat mata kondisi struktur bangunan gedung secara keseluruhan untuk menentukan pada tahap

selanjutnya metode dan jenis pengujian yang diperlukan. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam

pengamatan visual yaitu:

1) Pengamatan secara visual kesesuaian antara struktur bangunan faktual di lapangan dengan

gambar terbangun (as-built drawings) struktur. Yang dimaksud kesesuaian yaitu posisi

perletakan dan dimensi/ukuran struktur bangunan. Dalam hal terdapat perbedaan antara struktur

bangunan di lapangan dengan gambar terbangun (as-built drawings) struktur, maka diberikan tanda

dan keterangan pada gambar terbangun (as-built drawings) struktur untuk dilakukan

penyesuaian/koreksi gambar terbangun (as-built drawings) struktur.

2) Pengamatan secara visual kondisi (baik atau cacat/rusak) struktur bangunan faktual di

lapangan. Kondisi cacat/rusak dapat berupa melengkung, retak, patah, lembab, dan lain-lain.

Dalam hal terdapat kondisi cacat/rusak pada struktur bangunan faktual di lapangan, maka dilakukan

diberikan tanda dan keterangan pada gambar terbangun (as-built drawings) struktur.

c. Penentuan Metode dan Jenis Pengujian sesuai Tujuan Pengujian

Penentuan metode dan jenis pengujian dilakukan setelah memahami dan mengetahui karakteristik

struktur bangunan gedung sesuai dokumen perencanaan dan terbangun serta mengetahui kondisi faktual

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 50

struktur bangunan gedung secara di lapangan. Metode dan jenis pengujian ditentukan oleh Ahli Struktur

sesuai dengan tujuan pengujian yang diperlukan, misalnya seperti:

• mengetahui kekerasan, kuat tekan, dan mutu struktur;

• mengetahui tebal selimut beton;

• mengetahui lokasi, kedalaman, dan ukuran tulangan pada beton;

• mengetahui kondisi, integritas, dan daya tahan material struktur;

• mengetahui kondisi cacat/rusak seperti honeycomb, gelembung, celah, retak, korosi, karbonasi,

dan lain-lain;

• mengetahui presisi ketegakan struktur; dan/atau

• mengetahui kedalaman, integritas, daya dukung, dan kondisi cacat/kerusakan pondasi.

Metode dan jenis pengujian juga ditentukan atas pertimbangan akurasi hasil, efektivitas pelaksanaan,

serta efisiensi waktu dan biaya. Berdasarkan tujuan pengujian dan pertimbangan-pertimbangan tersebut,

maka ditentukan metode dan jenis pengujian yang diantaranya meliputi:

1) Metode Non-Destructicve Test (NDT)

Metode Non-Destructicve Test (NDT) merupakan teknik analisis struktur yang dilakukan untuk

menguji material struktur tanpa merusak fungsi dari benda uji tersebut. Beberapa Metode

Non-Destructicve Test (NDT) yang dapat dilakukan diantaranya:

a) Hammer Test, yang bertujuan untuk memperkirakan kuat tekan beton.

b) Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Test, yang bertujuan untuk mengukur mutu beton,

kedalaman retak dan keberadaan honeycomb pada beton, dengan pendekatan rambatan

gelombang ultrasonic.

c) Covermeter Test (Rebar Scanning), yang bertujuan untuk mengetahui tebal selimut beton

serta menemukan lokasi, kedalaman, dan ukuran tulangan baja, kabel, tegangan pos,

tembaga, dan saluran dalam beton, batu bata atau bahan non logam lainnya

d) Pulse Echo Test, yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan integritas beton serta

visuasliasi kondisi 3D di dalam struktur beton

e) Impact Echo Test, yang bertujuan untuk mendeteksi celah di dalam struktur dan ketebalan

suatu lapisan struktur perkerasan.

f) Brinell Test, yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material serta daya tahan

material tersebut.

g) Crack Test, yang bertujuan untuk mengukur kedalaman dan lebar retakan pada beton.

h) Half Cell Potential Test (Corrosion Test), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat korosi

besi tulangan yang berada di dalam beton

i) Carbonation Test, yang bertujuan untuk menguji tingkat karbonasi pada beton struktur

sehingga bisa diketahui umur bangunan tersebut.

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 51

j) Verticality Test, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat presisi ketegakan struktur

bangunan dengan pengukuran menggunakan Total Station,

k) Pile Test , yang bertujuan untuk untuk mengetahui integritas tiang pondasi, retakan pada tiang

pondasi, daya tiang pondasi, dan daya dukung tanah, menggunakan Crosshole Sonic Logging

(CSL), Pile Integrity Test (PIT), dan/atau Pile Driving Analyzer (PDA).

2) Metode Destructicve Test (DT)

Metode Destructicve Test (DT) merupakan teknik analisis struktur yang dilakukan untuk menguji

material struktur dengan cara merusak benda uji tersebut, artinya dengan merusak benda uji

tersebut maka dapat diketahui titik batas ketahanannya. Beberapa Metode Destructicve Test (DT)

yang dapat dilakukan diantaranya:

a) Uji Tekan menggunakan Material dari Core Drill, yang bertujuan untuk menentukan tingkat

maksimal ketahanan beban tekan menggunakan mesin uji yang menekan benda uji sampai

retak bahkan hancur, sehingga nilai hasil pengukuran ketahanan beban tekan dapat diketahui.

b) Tensile Test, yang bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan maksimal yang bisa diterima

melalui uji tarik sampai putus, sehingga nilai hasil pengukuran tegangan maksimal dapat

diketahui.

d. Penentuan Komponen, Jumlah dan Sebaran Sampel Pengujian

Penentuan komponen, jumlah dan sebaran sampel pengujian dilakukan sebagai dasar pelaksanaan

pengujian di lapangan pada tahap selanjutnya. Penentuan komponen, jumlah dan sebaran sampel

pengujian dilakukan oleh Ahli Struktur sesuai karakteristik dan kondisi faktual struktur bangunan gedung.

Ditentukan komponen struktur apa saja yang akan dilakukan uji sesuai kebutuhan, misalnya struktur

pondasi, struktur kolom, struktur balok, struktur atap, dan komponen struktur lain sesuai kebutuhan.

Selain itu ditentukan juga jumlah dan sebaran sampel titik pengujian yang diperlukan dari setiap

komponen struktur tersebut dengan mempertimbangkan tingkat keyakinan atau akurasi hasil pengujian

yang diperlukan.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan dalam rangkaian kegiatan Pengujian Struktur Bangunan Gedung meliputi berapa proses

sebagai berikut.

a. Pelaksanaan Pengujian Lapangan

Pelaksanaan pengujian lapangan dilakukan sesuai hasil perencanaan pengujian yang telah dilakukan,

yaitu:

• melakukan pengujian struktur bangunan sesuai dengan komponen struktur yang perlu diuji, jumlah

dan sebaran titik sampel pengujian;

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 52

• menggunakan peralatan yang dibutuhkan.

Keluaran dari pelaksanaan pengujian lapangan merupakan data primer berupa data kuantitatif, data

kualitatif, dan/atau material sampel yang akan digunakan pada uji lanjutan (di laboratorium) dan/atau

proses analisis pada tahap selanjutnya.

b. Pelaksanaan Pengujian Laboratorium

Pelaksanaan pengujian laboratorium dilakukan sesuai kebutuhan (apabila diperlukan) sebagai tindak

lanjut untuk menguji sampel material dari lapangan menggunakan peralatan, mesin, komputasi, dan/atau

bahan-bahan tertentu yang terdapat di laboratorium. Keluaran dari pelaksanaan pengujian laboratorium

merupakan data primer berupa data kuantitatif dan/atau data kualitatif dari material sampel yang diuji

sebagai data dalam proses analisis pada tahap selanjutnya.

4. Tahap Analisis

Tahap Analisis dalam rangkaian kegiatan Pengujian Struktur Bangunan Gedung meliputi berapa proses

sebagai berikut.

a. Interpretasi Parameter Hasil Pengujian

Interpretasi parameter hasil pengujian dilakukan untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil pengujian

terhadap semua sampel uji struktur yang telah dilakukan di lapangan dan/atau laboratorium, berupa data

kuantitatif dan/atau data kualitatif terhadap batasan parameter yang disyaratkan untuk struktur bangunan

gedung dalam Pedoman Teknis dan SNI yang berlaku.

Interpretasi parameter hasil pengujian dilakukan sesuai tujuan pengujian, yaitu:

• tingkat kekerasan, kuat tekan, dan mutu struktur;

• ketebalan selimut beton;

• tulangan pada beton;

• kondisi, integritas, dan daya tahan material struktur;

• kondisi cacat/rusak pada struktur;

• presisi ketegakan struktur; dan/atau

• kedalaman, integritas, daya dukung, dan kondisi cacat/kerusakan pondasi.

b. Perhitungan Struktur

Perhitungan struktur dilakukan sesuai kebutuhan (apabila diperlukan) untuk menganalisis dan

mengevaluasi kemampuan struktur bangunan gedung berdasarkan data-data faktual yang telah

dikumpulkan. Perhitungan struktur dapat dilakukan sesuai kebutuhan analisis, meliputi:

1) Perhitungan Struktur Bawah, dengan melakukan:

a) input data tanah;

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 53

c) perhitungan daya dukung pondasi;

d) perhitungan poer kolom, berupa kontrol kekuatan geser pons dan penulangan lentur poer;

e) perhitungan kolom pedestal; dan

f) perhitungan sloof pondasi.

2) Perhitungan Struktur Primer, dengan melakukan:

a) perhitungan elemen struktur primer, berupa balok induk memanjang, balok induk melintang,

dan kolom; dan

b) perhitungan sambungan, berupa sambungan balok – balok, sambungan balok – kolom,

sambungan antar kolom, dan sambungan base plate.

3) Perhitungan Struktur Sekunder, dengan melakukan:

a) perhitungan pelat, berupa pelat lantai dan pelat atap

b) perhitungan balok anak;

c) perhitungan balok penumpu; dan

d) perhitungan tangga, berupa pelat anak tangga, pengaku pelat anak tangga, pelat bordes, balok

bordes, balok utama tangga, dan balok penumpu tangga.

c. Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur dilakukan sesuai kebutuhan (apabila diperlukan) untuk menganalisis dan

mengevaluasi kemampuan struktur bangunan gedung berdasarkan data-data faktual yang telah

dikumpulkan, sebagai simulasi dari hasil perhitungan struktur yang dilakukan. Pemodelan struktur dapat

dilakukan sesuai kebutuhan analisis, meliputi:

1) Masukan Data Struktur dalam Pemodelan, dengan melakukan:

a) data masukan material;

b) data masukan elemen struktur, berupa balok, kolom, pelat lantai dan atap;

c) besaran massa; dan

d) pemodelan struktur tiga dimensi;

2) Pemodelan Pembebanan Struktur Utama.

3) Pemodelan Pembebanan Gempa, dengan melakukan:

a) penentuan klasifikasi situs tanah;

b) parameter respon spektrum rencana, dengan menentukan nilai Ss dan S1, Fa dan Fv, SMS

dan SM1, SDS dan SD1, Kategori Desain Seismik (KDS), serta Grafik Respon Spektrum;

c) sistem struktur dan parameter sistem;

d) arah pembebanan;

e) analisis modal; dan

f) kombinasi pembebanan.

4) Kontrol Penerimaan Pemodelan Struktur, dengan melakukan:

a) kontrol beban aksial kolom; dan

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 54

b) kontrol penerimaan beban balok anak.

5) Kontrol Desain untuk Modal Respon Spektrum, dengan melakukan:

a) kontrol partipasi massa;

b) batasan periode fundamental struktur;

c) perhitungan gaya geser dasar gempa; dan

d) kontrol simpangan antar lantai.

d. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dihasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan tingkat

kelaikan struktur bangunan gedung, apakah masih laik untuk dapat menahan beban fungsi dan kegiatan

di dalam bangunan gedung atau sudah tidak laik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, selanjutnya

diberikan rekomendasi yang menjelaskan apa yang harus dilakukan terhadap struktur bangunan gedung,

apakah diperlukan perkuatan (retrofitting) struktur apabila kesimpulan menyatakan struktur sudah tidak

laik.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap Penyusunan Laporan pada tahap akhir dari keseluruhan rangkaian kegiatan Pengujian Struktur

Bangunan Gedung, yaitu untuk mendokumentasikan seluruh proses kegiatan yang telah dilakukan. Laporan

Pengujian Struktur Bangunan Gedung memuat:

a. Bab Pendahuluan, terdiri dari pemahaman kerangka acuan kerja (KAK); metodologi kerja dan

jadwal kerja; serta mobilisasi personil dan peralatan.

b. Bab Perencanaan, terdiri dari hasil pemeriksaan dokumen; hasil pengamatan visual kondisi struktur

bangunan; metode dan jenis pengujian; serta komponen, jumlah dan sebaran sampel pengujian.

c. Bab Pelaksanaan, terdiri dari hasil pelaksanaan pengujian lapangan serta hasil pelaksanaan

pengujian laboratorium.

d. Bab Analisis, terdiri dari interpretasi parameter hasil pengujian; perhitungan struktur; serta

pemodelan struktur.

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Pasar 55