• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Penuntut Umum (P-19) Perkara atas nama

BAB III : PENERAPAN ASAS YANG MENGUNTUNGKAN DALAM

A. Kasus Posisi Perkara

5. Petunjuk Penuntut Umum (P-19) Perkara atas nama

pada pasal 14 huruf a KUHAP yang mengatur “ Penuntut umum mempunyai wewenang menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu ”, pasal 14 huruf b KUHAP “Mengadakan Pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik”. Dengan demikian penuntut umum P-16 melakukan penelitian/ memeriksa berkas perkara, meliputi kelengkapan formil dan kelengkapan materiil.

Pada saat perkara ini dalam proses penelitian/pemeriksaan berkas perkara oleh Penuntut Umum, pada tanggal 29 Juni 2018 diundangkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi, yang dalam pasal 2 peraturan ini menyatakan bahwa Peraturan Pemerintah

77 ibid. hlm. 47.

78 ibid

Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Penuntut Umum melalui surat Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi Nomor : B-2826 /N.5.4/Euh. 1/09/2018, tanggal 13 September 2018 perihal Pengembalian Berkas Perkara An. Tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka melanggar pasal 40 Ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, memberi petunjuk kepada penyidik Kepolisian Daerah Jambi, dengan petunjuk (P-19) sebagai berikut : a. Perkara atas nama SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka

pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

b. Telah terjadi perubahan peraturan yang disangkakan yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi, pada pasal 2 peraturan ini menyatakan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

c. Berdasarkan pasal 1 ayat (2) KUHP yang menyatakan “jika ada perubahan dalam perundangan-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya”.

d. Agar penyidik menggunakan kewenangannya untuk menghentikan penyidikan demi hukum berdasarkan pasal 109 ayat (2) KUHAP.

6. Penghentian penyidikan oleh penyidik (SP-3)

Penghentian penyidikan merupakan kewenangan dari penyidik yang diatur dalam pasal 109 ayat (2) KUHAP. Alasan-alasan penghentian penyidikan diatur secara limitatif dalam pasal tersebut, yaitu:

1. Tidak diperoleh bukti yang cukup, yaitu apabila penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka;

2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana;

3. Peghentian penyidikan demi hukum. Alasan ini dapat dipakai apabila ada alasan-alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana, yaitu antara lain karena nebis in idem, tersangka meninggal dunia, atau karena perkara pidana telah kedaluwarsa;79

SP3 diberikan dengan merujuk pada pasal 109 ayat (2) KUHAP, yaitu:

1. Jika yang menghentikan penyidikan adalah penyidik Polri, pemberitahuan penghentian penyidikan disampaikan pada penuntut umum dan tersangka/keluarganya

2. Jika yang menghentikan penyidikan adalah penyidik PNS, maka pemberitahuan penyidikan disampaikan pada:

a. Penyidik Polri, sebagai pejabat yang berwenang melakukan koordinasi atas penyidikan;

b. Penuntut umum;

Terhadap tersangka SAID HADI yang diduga melakukan tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sesuai dengan Pasal 40 ayat 2 Jo Pasal 21 ayat 2 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah dikirimkan berkas perkaranya oleh penyidik Kepolisian Daerah Jambi Nomor BP/22/VI/2018 Ditreskrimsus Kepolisian Daerah Jambi tanggal 27 Juni 2018 dan telah diberikan pentunjuk (P-19) oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Tinggi Jambi Nomor : B-2826 /N.5.4/Euh. 1/09/2018, tanggal 13 September 2018 perihal Pengembalian Berkas Perkara An. Tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka melanggar pasal 40 Ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang pada pokoknya menyampaikan bahwa telah terjadi perubahan peraturan yang mengatur

79 ibid hlm. 31.

tentang jenis satwa yang dilindungi yaitu Burung Kolibri Ninja (NECTARINIIDAE), Burung Pelatuk Bawang (DINOPIUM JAVANESE). Yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dinyatakan tidak berlaku lagi dan telah diundangkan peraturan baru yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tanggal 29 Juni 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi, yang dalam lampirannya tidak terdapat Burung Kolibri Ninja (NECTARINIIDAE), Burung Pelatuk Bawang (DINOPIUM JAVANESE) sebagai satwa yang dilindungi.

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 KUHP yang mengatur “jika terjadi perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan”. Karena proses penanganan perkara atas nama tersangka SAID HADI masih dalam proses penyidikan oleh Kepolisian Daerah Jambi, berdasarkan hal tersebut sesuai dengan petunjuk penuntut umum (P-19) yang antara lain menyatakan agar penyidik menggunakan kewenangannya untuk menghentikan penyidikan demi hukum berdasarkan pasal 109 ayat 2 KUHAP.

Kepolisian Daerah Jambi telah mengeluarkan Surat Ketetapan Nomor:

S.TAP/27.b/X/2018/Ditreskrimsus tanggal 31 Oktober 2018 tentang penghentian penyidikan perkara atas nama tersangka SAID HADI dengan memperhatikan:

i. Perkara An. Tsk SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka agar pasal 40 Ayat 2 Jo Pasal 21 ayat 2 huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

ii. Telah terjadi perubahan Peraturan yang disangkakan yaitu Permen LHK Nomor : P.20/MENLHK/SETJEN/KUM. 1/6/2018 tanggal 29 Juni 2018, pada pasal 2 yang pada pokoknya menyatakan Peraturan Pemerintah Nomor : 7 Th 1999 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

iii. Berdasarkan pasal 1 ayat 2 KUHP yang menyatakan “jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya.

iv. Untuk penyelesaian perkara ini agar penyidik menggunakan kewenangannya berdasarkan pasal 109 KUHAP.

B. Penerapan Asas Legalitas Dan Asas Menguntungkan Melalui Prinsip Dominus Litis dalam Perkara Tersangka SAID HADI.

Seperti yang telah dibahas terdahulu, tentang asas legalitas yang terdapat dalam pasal 1 ayat 1 KUHP yang mengatur bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.

Dengan demikian suatu perbuatan dapat dipidana, jika telah ada peraturan yang melarang perbuatan tersebut, didalam peraturan tersebut juga terdapat sanksi ancaman pidana yang harus dijatuhkan terhadap pelaku atas perbuatan yang dilakukannya.

Dalam proses penegakan hukum di Indonesia, penjatuhan sanksi atau hukuman dilakukan melalui proses persidangan yang dimulai sejak adanya laporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan proses persidangan untuk menjatuhkan hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana apakah pidana penjara, kurungan atau denda.

Asas Legalitas yang merupakan asas pokok dalam proses hukum, dipergunakan penyidik, Penuntut Umum dan Hakim, sehingga ada kepastian hukum dalam proses penyidikan, penuntutan dan persidangan. Tidak ada lagi kriminalisasi terhadap masyarakat, yang tidak akan dipidana jika perbuatan yang dilakukan belum diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Asas legalitas yang mengandung prinsip peraturan harus tertulis dan tegas, peraturan tidak boleh berlaku surut dan tidak boleh dilakukan penafsiran analogi terhadap peraturan perundang-undangan tersebut agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dalam penerapan ketentuan perundang-undangan.

Asas Legalitas ini yang dipergunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan terhadap tersangka Said Hadi yang disangka melakukan tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem yaitu pada hari kamis 24 Mei 2018 sekira pukul 14:00 Wib bertempat di jalan RB Siagian Nomor. 33 Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, saksi Krismanto Padang selaku Pegawai Negeri Sipil pada Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi bersama dengan saksi Chandra Bagus Setiawan petugas Kepolisian Daerah Jambi, mendapat informasi dari masyarakat bahwa di Jl RB Siagian Nomor 33 Kecamatan Jambi Selatan kota Jambi telah terjadi tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistem, kemudian kedua saksi tersebut menuju tempat yang dimaksud dan bertemu dengan tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang telah melakukan tindak pidana menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup yaitu

memperniagakan satwa yang dilindungi berupa 340 (ekor) burung kolibri dan 2 (ekor) burung pelatuk bawang, kemudian kedua saksi memfoto burung kolibri Ninja dan burung pelatuk bawang dan memperlihatkan foto burung tersebut kepada ahli yaitu Sahroni yang sehari-harinya bertugas sebagai Tenaga Perlindungan Hutan dan Pengamanan Hutan lainnya pada BKSDA Provinsi Jambi dan menurut keterangan ahli bahwa burung kolibri ninja masuk Family Nectariniidea dan burung Pelatuk bawang dengan nama latinnya Dinopium Javanese, bahwa jenis satwa tersebut termasuk dilindungi karena :

1.Populasi yang sudah sangat sedikit/berkurang;

2. Terjadi penurunan populasi yang sangat signifikan;

3. Terdapat satwa endemik/satwa yang hanya berada pada tempat tertentu;

Satwa berupa burung kolibri ninja serta burung pelatuk bawang adalah jenis satwa yang dilindungi berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

Tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang disangka pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, “ Setiap orang dilarang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ”.

Pasal dalam Undang-undang ini yang menjadi asas Legalitas bagi penyelidikan, penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Polda Jambi, dengan tahapan menerima

laporan, melakukan penyelidikan, penyidikan melalui pengiriman Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang dikirimkan kepada Penuntut Umum pada Kejaksaan Tinggi Jambi dan selanjutnya mengirimkan berkas perkara tahap 1 ke Kejaksaan Tinggi Jambi, sehingga telah sesuai penerapan asas Legalitas dalam proses Penyidikan terhadap tersangka Said Hadi yang disangka melakukan tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Prinsip yang terkandung dalam asas Legalitas yaitu peraturan harus tertulis dan tegas, tidak berlaku surut dan tidak mempergunakan penafsiran analogi telah diterapkan dalam proses penegakan hukum terhadap tersangka Said Hadi. Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem telah ada sejak tahun 1990, sedangkan perbuatan tersangka Said Hadi dilakukan pada tanggal 24 Mei 2018, sehingga telah ada peraturan terlebih dahulu yang telah diatur dan ada mengandung sanksi pidana, demikian juga Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pada saat diundangkan telah mencabut peraturan yang sebelumnya, sehingga sudah tepat diterapkan ketentuan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem diterapkan dalam menjerat perbuatan pidana tersangka Said Hadi, tentang penafsiran Analogi, jelas bahwa redaksi yang terdapat dalam pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, “ Setiap orang dilarang

melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ”. Sudah jelas dan tidak perlu dilakukan lagi penafsiran Analogi sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang berbeda. Demikian lah pembahasan tentang penerapan asas Legalitas dalam pasal 1 ayat 1 KUHP diterapkan dalam perkara Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem terhadap tersangka Said Hadi.

Tentang penerapan asas yang menguntungkan yang diatur dalam pasal 1 ayat 2 KUHP: “ Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan”.

Sebagaimana pembahasan terdahulu bahwa hal-hal yang terkandung didalam pasal ini adalah :

a. Adanya Perubahan Undang-undang;

b. Terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan;

Jika dikaitkan asas menguntungkan ini dengan kasus posisi dari perkara atas nama tersangka Said Hadi, bahwa tersangka Said Hadi pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 ayat (2) huruf a UU RI No. 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, “ Setiap orang dilarang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) ”. Bahwa tersangka Said Hadi pada hari kamis 24

Mei 2018 sekira pukul 14:00 Wib bertempat di jalan RB Siagian Nomor. 33 Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, saksi Krismanto Padang selaku Pegawai Negeri Sipil pada Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi bersama dengan saksi Chandra Bagus Setiawan petugas Kepolisian Daerah Jambi, mendapat informasi dari masyarakat bahwa di Jl RB Siagian Nomor 33 Kecamatan Jambi Selatan kota Jambi telah terjadi tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistem, kemudian kedua saksi tersebut menuju tempat yang dimaksud dan bertemu dengan tersangka SAID HADI Bin SAID SALIM AL-MADIHI yang telah melakukan tindak pidana menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup yaitu memperniagakan satwa yang dilindungi berupa 340 (ekor) burung kolibri dan 2 (ekor) burung pelatuk bawang, kemudian kedua saksi memfoto burung kolibri Ninja dan burung pelatuk bawang dan memperlihatkan foto burung tersebut kepada ahli yaitu Sahroni yang sehari-harinya bertugas sebagai Tenaga Perlindungan Hutan dan Pengamanan Hutan lainnya pada BKSDA Provinsi Jambi dan menurut keterangan ahli bahwa burung kolibri ninja masuk Family Nectariniidea dan burung Pelatuk bawang dengan nama latinnya Dinopium Javanese, bahwa jenis satwa tersebut termasuk dilindungi, sebagaimana jenis satwa tersebut masuk dalam lampiran satwa yang dilindungi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa.

Setelah adanya laporan tentang telah terjadinta tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, Penyidik Kepolisian Daerah Jambi, melakukan Penyidikan dan telah mengirimkan ke Penuntut Umum berupa :

a. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP/27/V/2018 tanggal 29 Mei 2018 yang ditanda tangani oleh Direktur Kriminal Khusus ditujukan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi, atas nama tersangka Said Hadi Bin Said Salim Al-Madihi, yang disangka melakukan tindak pidana : barang siapa dengan sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup” sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2) Jo pasal 21 ayat (2) huruf a Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya.

Pasal 109 ayat (1) KUHAP mengatur “Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum”;80

b. Kejaksaan Tinggi Jambi mengeluarkan surat perintah penunjukan Jaksa Penuntut Umum an. Yusma, SH, untuk mengikuti perkembangan penyidikan dan meneliti hasil penyidikan perkara tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan administrasi perkara tindak pidana, dengan register (P-16);

c. Tanggal 27 Juni 2018, Penyidik Kepolisian Daerah Jambi, mengirimkan berkas perkara (tahap 1) Nomor : BP/22/VI/2018/Ditreskrimsus Polda Jambi atas nama tersangka Said Hadi ke Kejaksaan Tinggi Jambi;

Sebagaimana diatur dalam pasal 110 ayat (1) KUHAP mengatur “Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada Penuntut Umum”.

Ketika Penuntut Umum melaksanakan kegiatan penelitian/memeriksa berkas perkara berdasarkan ketentuan pasal 110 ayat (1) mengatur sebagai berikut:

1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidikan wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum” :

2. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik serta petunjuk untuk dilengkapi”;

80 ibid. hlm. 40.

3. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib melakukan penyidikan tambahan sesuai petunjuk dari penuntut umum”;81

Pada saat proses penanganan perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya masih dalam tahap Penyidikan oleh Penyidik Kepolisian Daerah Jambi dan berkas perkaranya telah dikirimkan ke Penuntut Umum untuk dilakukan penelitian/memeriksa berkas perkara, apakah telah memenuhi syarat Formil maupun memenuhi syarat Materiil dan perkaranya masih dalam tanggung jawab Penyidik Kepolisian Daerah Jambi, terjadi perubahan peraturan tentang lampiran jenis-jenis satwa yang dilindungi yaitu Burung Kolibri dan Burung Pelatuk Bawang, yang termasuk jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 telah dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tanggal 29 Juni 2018, yang dalam pasal 2 menyatakan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tersebut jenis burung Kolibri dan Burung Pelatuk Bawang tidak termasuk dalam lampiran jenis burung yang dilindungi atau satwa yang dilarang untuk dipelihara, diperniagakan.

Berdasarkan hal terebut ketika Penuntut Umum melakukan penelitian berkas perkara, telah ditemukan perubahan terhadap lampiran peraturan yang melarang memiliki, memperniagakan jenis burung kolibri dan pelatuk bawang, sehingga perbuatan tersangka Said Hadi yang memiliki 340 ekor burung kolibri dan 2 ekor

81 ibid.

burung pelatuk bawang, sudah bukan merupakan tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositem, maka menurut pendapat Penuntut Umum, tidak dapat lagi dilakukan penuntutan, maka Penuntut Umum berpendapat bahwa terhadap tersangka Said Hadi harus diterapkan asas yang menguntungkan bagi tersangka yaitu peraturan baru Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tanggal 29 Juni 2018, bukan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 yang sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Asas menguntung diterapkan terhadap penanganan perkara tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem berdasarkan pasal 1 ayat 2 KUHP yang mengatur : “ Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan ”. Basanya perubahan Peraturan perundang-undangan sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya yaitu jenis hukuman pidana diatur dalam 10 KUHP, dimulai dari pidana penjara, kurungan dan denda, bila terjadi perubahan ketentuan peraturan dari pidana penjara menjadi pidana kurungan, pidana kurungan berubah menjadi pidana denda atau sebaliknya, dalam perkara ini justru semula perbuatan tersangka Said Hadi merupakan tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem karena jenis burung yang diperniagakan oleh tersangka Said Hadi semula merupakan burung yang dilindungi, berdasarkan peraturan baru bukan lagi jenis burung yang dilindungi, sehingga perbuatan tersangka Said Hadi bukan lagi menjadi tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Penuntut Umum dalam Petunjuknya (P-19) salah satu point, menyarakan agar penyidik Kepolisian Daerah Jambi untuk melakukan kewenangannya berdasarkan pasal 109 KUHAP yaitu melakukan Penghentian Penyidikan perkara atas nama tersangka Said Hadi.

Pemberlakukan asas menguntungkan terhadap tersangka Said Hadi, mempergunakan dasarnya pasal 1 ayat 2 KUHP, yang salah satu prinsipnya bahwa peraturan tidak boleh berlaku surut, karena kekhawatiran tentang kriminalisasi perbuatan masyarakat, namun dalam penanganan perkara tersangka Said Hadi justru sangat menguntungkan bagi tersangka Said Hadi, yaitu perbuatannya bukan lagi tindak pidana, sehingga harus dihentikan Penyidikannya.

Fungsi dan Peranan prinsip Dominus Litis yang ada pada Penuntut Umum kewenangan melakukan penuntutan sejatinya menjadi monopoli mutlak penuntut umum yang lazim disebut asas ‘dominus litis’.

Tugas Penuntut Umum diatur dalam pasal 14 KUHAP dan dipertegas kembali dalam pasal 138 KUHAP. Pasal ini yang menjelaskan tugas Penuntut Umum untuk menerima berkas perkara dan selanjutnya melakukan penelitian, jika belum lengkap dapat memberikan petunjuk kepada Penyidik untuk melengkapi berkas perkaranya.

Ketentuan pasal 14 KUHAP mengatur : Penuntut Umum mempunyai kewenangan :

a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu;

b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;

c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;

d. Membuat surat dakwaan;

e. Melimpakan perkara ke pengadilan;

f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;

g. Melakukan penuntutan;

h. Menutup perkara demi kepentingan hukum;82

Pasal 138 ayat (1) KUHAP mengatur “Penuntut umum setelah menerima hasil penyelidikan dari penyidik segera mempelajari dan menelitinya dalam waktu 7 hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum ” dan Pasal 138 ayat (2) mengatur “ Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum ”.83

Tugas dan Fungsi Penuntut Umum dalam proses Pra Penuntutan yang merupakan pelaksanaan prinsip Dominus Litis, ternyata tugas dan fungsi tersebut, dilaksanakan dengan secara profesional, terhadap tanggung jawab pembuktian nantinya di persidangan pidana, jika suatu perkara dinyatakan tidak memenuhi unsur atau perkara tersebut tidak merupakan tindak pidana, maka tugas Penuntut Umum pada

82 ibid. hlm. 5.

83 ibid. hlm. 40.

tahap penelitian/pemeriksaan berkas perkara dilakukan, agar sistem penegakan hukum berjalan sesuai dengan rasa keadilan.

Fungsi hukum adalah untuk mencapai rasa keadilan, kepastian hukum serta

Fungsi hukum adalah untuk mencapai rasa keadilan, kepastian hukum serta