• Tidak ada hasil yang ditemukan

THINKING KARANGAN NORMAN VINCENT PEALE

3.2. Konsep Norman Vincent Peale tentang Berpikir Positif dalam Buku The

3.2.2 Pikiran Damai Memberi Kekuatan

Saat sarapan di hotel, kami bertiga (kata Peale) tengah berdiskusi tentang seberapa nyenyak kami tidur. Satu orang mengeluh tidak bisa tidur. Ia berguling ke sana kemari hingga merasa letih. "Mungkin sebaiknya sebelum tidur saya tidak mendengarkan berita," katanya. "Kemarin malam, saya mendengar berita yang tidak enak didengar. Pernyataan "Berita yang tidak enak didengar" ini sungguh merupakan pernyataan yang tepat sehingga tidak heran bila ia merasa susah tidur. Katanya kemudian, "Mungkin juga karena kopi yang saya minum sebelum tidur" (Peale, 2010: 23).

Yang lain berkata, "Kalau saya, saya tidur nyenyak sekali. Saya membaca berita koran pagi dan mendengar siaran pagi-pagi sekali sehingga punya kesempatan untuk mencernanya sebelum pergi tidur." Katanya kemudian, "Saya selalu mempunyai rencana tidur dan tidak pernah gagal." Saya memintanya untuk menceritakan rencana tersebut. la kemudian menjelaskan, "Sewaktu kecil, ayah saya adalah seorang petani. la punya kebiasaan mengumpulkan anggota keluarga di ruang keluarga sebelum tidur. la kemudian membacakan kutipan-kutipan Alkitab. Saya masih bisa mengingatnya dan sesungguhnya, setiap kali saya dengar ayat-ayat Alkitab itu saya selalu merasa ayah saya yang mengucapkannya. Sesudah berdoa saya masuk ke dalam kamar dan tidur nyenyak sekali. Sayangnya, saat saya meninggalkan rumah, saya

juga meninggalkan kebiasaan membaca Alkitab dan berdoa (Peale, 2010: 24).

"Harus saya akui bahwa selama bertahun-tahun saya hanya berdoa jika berada dalam keadaan terjepit. Akan tetapi, beberapa bulan yang lalu sesudah mengalami suatu masalah yang sulit, saya dan istri saya memutuskan untuk mencoba kegiatan itu kembali. Kami merasa kebiasaan ini sangat membantu. Oleh karenanya, sekarang setiap malam sebelum tidur saya dan istri saya membaca Alkitab dan berdoa. Saya tidak tahu cara kerjanya, tetapi sejak saat itu saya tidur lebih nyenyak dan segala sesuatunya membaik. Saya merasa terbantu sehingga karenanya sekalipun dalam suatu perjalanan, seperti sekarang ini, saya tetap membaca Alkitab dan berdoa. Kemarin malam sebelum tidur saya membaca Mazmur 23. Saya membacanya keras-keras sehingga saya merasa lebih baik" (Peale, 2010: 24)

la menoleh ke arah orang di sampingnya dan berkata, "Saya tidak pernah tidur sambil mengingat-ingat berita yang tidak enak didengar. Saya tidur dengan pikiran penuh kedamaian." Ada dua pernyataan untuk Anda "Berita yang tidak enak didengar" dan "pikiran penuh kedamaian." Mana yang Anda pilih? Intinya ada pada perubahan sikap mental. Orang harus belajar hidup atas dasar pikiran yang berbeda. Kendati mengubah pikiran memerlukan usaha, hal ini jauh lebih mudah ketimbang terus hidup seperti apa adanya. Kehidupan yang penuh dengan tekanan itu sulit. Kehidupan yang dipenuhi dengan

batin yang damai, harmonis, dan tanpa stress merupakan jenis kehidupan yang termudah. Hal utama dalam mendapatkan kedamaian mental adalah mengubah pola pikir Anda menjadi sikap menerima terhadap anugerah kedamaian dari Tuhan. Sebagai ilustrasi sikap pasrah terhadap perasaan damai, saya ingin ceritakan pengalaman saya di suatu kota saat saya memberikan ceramah. Sebelum naik ke atas podium, saya duduk di belakang panggung berlatih ceramah. Seorang lelaki mendatangi saya dan ingin mengungkapkan masalah pribadinya (Peale, 2010: 25).

Saya katakan padanya kalau saat itu saya tidak bisa melakukannya karena saya baru saja diperkenalkan. Saya memintanya untuk menunggu. Saat saya berceramah, saya mencoba melirik pada lelaki di sisi panggung. Saya lihat dia berjalan mondar-mandir, namun untuk sesaat saya tidak melihatnya lagi. Beruntung ia sudah memberikan kartu namanya pada saya. Dari kartu nama tersebut tampaknya ia orang berpengaruh di kota itu. Saat kembali ke hotel, saya masih terganggu oleh pikiran tentang orang ini. Oleh karenanya, meski sudah larut, saya berusaha menghubunginya. la terkejut saat mendapat telepon dari saya. la berkata bahwa ia tidak dapat menunggu karena tahu saya sedang sibuk. "Saya hanya ingin Anda berdoa bersama saya," katanya. "Saya rasa jika Anda berdoa bersama saya, mungkin saya bisa merasakan sedikit kedamaian" (Peale, 2010: 25)

Saya pun berkata, "Tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk berdoa bersama lewat telepon." la pun menjawab dengan agak terkejut,

"Saya belum pernah mendengar tentang doa bersama lewat telepon." "Memangnya kenapa?" saya bertanya. "Telepon itu hanyalah alat

komunikasi. Memang Anda berada beberapa blok dari tempat saya, tetapi dengan telepon kita bisa bersama-sama." Kata saya melanjutkan, "Selain itu, Tuhan ada bersama kita. la ada pada kedua ujung saluran ini sekaligus juga di tengah-tengahnya. la ada bersama Anda dan saya." "Baiklah," sahutnya pasrah. "Saya ingin Anda berdoa untuk saya." Saya pun memejamkan mata dan berdoa untuk lelaki ini lewat telepon. Saya berdoa seolah-olah kami berada dalam satu ruangan. la bisa mendengar, Tuhan pun bisa mendengar. Saat selesai saya memberinya saran, "Maukah Anda berdoa?" Tak ada jawaban. Kemudian saya mendengar isak tangis. "Saya tidak bisa mengungkapkannya," katanya. "Menangislah barang sejenak kemudian berdoalah," saran saya. "Ungkapkan saja pada Tuhan semua yang mengganggu Anda. Saya rasa saluran ini sangat pribadi, kalaupun tidak, jika ada yang mendengarnya, tidak perlu dipermasalahkan. Yang didengar hanyalah sepasang suara. Tak seorang pun akan tahu itu Anda dan saya." Meski ragu-ragu, ia mulai berdoa. la mengungkapkan segala isi hatinya yang penuh dengan kebencian, frustrasi, dan kegagalan. Akhirnya, ia berkata dengan sedih, "Tuhan Yesus yang kukasihi, mungkin aku terlalu berani meminta-Mu melakukan sesuatu untukku, karena aku tidak pernah

melakukan sesuatu untuk-Mu. Aku rasa Kau tahu betapa tidak berartinya aku. Aku jenuh dengan semua nya ini. Yesus, tolong aku (Peale, 2010: 27).

Saya kembali berdoa dan meminta Tuhan menjawab doanya, "Tuhan, di ujung lain saluran telepon ini, tumpangkan tangan-Mu pada sahabat saya ini dan beri dia kedamaian. Bantulah dirinya untuk berpasrah diri dan menerima anugerah kedamaian dari-Mu." Saya berhenti sejenak. Ada keheningan yang cukup lama. Saya tidak akan pernah lupa dengan suaranya ketika lelaki itu berkata, "Saya akan selalu mengingat pengalaman ini. Saya ingin Anda tahu bahwa untuk pertama kalinya selama beberapa bulan ini saya merasa bersih, bahagia dan damai." Orang ini memanfaatkan teknik sederhana untuk mendapatkan pikiran damai. la mengosongkan pikirannya dan menerima anugerah kedamaian dari Tuhan (Peale, 2010: 27).

Seorang dokter berkata, "Kebanyakan pasien saya sebenarnya tidak mengalami gangguan apa pun, selain gangguan pikiran mereka. Oleh karenanya, saya menyediakan resep favorit saya untuk mereka. Resep tersebut bukanlah resep yang dapat Anda beli di apotek. Resep tersebut merupakan sebuah ayat Alkitab yang diambil dari Roma 12: 2. Saya tidak menuliskan ayat tersebut, tetapi meminta mereka mencarinya sendiri. Bunyi ayat itu adalah Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Agar menjadi lebih bahagia dan lebih sehat, mereka perlu pembaruan

pikiran, yaitu perubahan pola pikir. Jika mereka "menerima" resep ini, mereka akan mencapai suatu pikiran yang penuh dengan kedamaian. Ini membantu menghasilkan kesehatan dan kesejahteraan" (Peale, 2010: 27)

Metode utama mendapatkan pikiran yang damai adalah dengan berlatih mengosongkan pikiran. Yang ingin saya tekankan adalah betapa pentingnya seringkali melakukan katarsis mental. Saya anjurkan untuk melakukan pengosongan pikiran sedikitnya dua kali sehari. Pastikan Anda berlatih mengosongkan pikiran dari perasaan takut, bend, tidak aman, penyesalan, dan bersalam Yang jelas, "jika Anda secara sadar berusaha mengosongkan pikiran, Anda cenderung memberikan kelepasan. Pernahkah Anda merasa lega saat Anda mampu mengungkapkan kepada seseorang yang Anda percayai semua persoalan yang membuat Anda khawatir dan membebani hati Anda? Sebagai seorang pendeta, saya sering mengamati betapa orang sangat memerlukan orang lain yang bisa dijadikan tempat mengungkapkan semua yang mengganggu pikiran mereka (Peale, 2010: 28).

Dalam suatu perjalanan menuju Honolulu, saya melakukan kebaktian keagamaan di atas kapal S.S. Lurline. Saat berkhotbah saya sarankan kepada semua orang untuk membawa kekhawatiran dalam pikiran mereka ke buritan kapal dan secara imajinatif mengeluarkan setiap kekhawatiran tersebut dari pikiran mereka dan menjatuhkannya dari kapal sekaligus menyaksikannya lenyap. Saran ini memang terlihat

kekanak-kanakan, tetapi sesaat kemudian seorang lelaki datang menemui saya dan berkata, "Saya lakukan saran Anda dan saya merasa takjub dengan rasa lega yang saya alami." Katanya melanjutkan, "Selama perjalanan ini setiap petang saya membuang semua kekhwatiran saya dari kapal. Setiap hari saya menyaksikan kekhawatiran tersebut hilang tertelan samudera. Bukankah Alkitab menyatakan tentang melupakan hal-hal yang sudah berlalu?" (Peale, 2010: 29)

Orang ini bukanlah orang yang sentimentil dan tidak praktis. Justru sebaliknya, ia adalah orang dengan kemampuan mental yang luar biasa kuat. la seorang pemimpin di bidangnya. Memang, mengosongkan pikiran saja tidaklah cukup. Saat pikiran kosong, sesuatu pasti akan masuk. Pikiran tidak dapat terus-terusan kosong. Anda tidak dapat menahan pikiran kosong selamanya. Saya tahu ada juga orang yang sepertinya berhasil melakukan hal tersebut, tetapi umumnya orang perlu mengisi kembali pikiran yang kosong karena jika tidak pikiran lama yang sudah Anda buang akan masuk lagi (Peale, 2010: 29).

Untuk mencegah hal itu terjadi, Anda harus segera mengisi pikiran Anda dengan pikiran yang kreatif dan sehat. Kemudian jika perasaan seperti takut, benci, dan khawatir berusaha masuk lagi, perasaan-perasaan tersebut akan menemukan tulisan "Sudah Penuh" di depan pintu pikiran Anda. Mereka mungkin akan terus berusaha

masuk. Ini karena mereka merasa sudah nyaman setelah lama tinggal dalam pikiran Anda. Namun demikian, pikiran baru dan sehat yang sudah Anda masukkan dan dibentengi dengan baik akan menjadi lebih kuat, sehingga mampu menahan mereka. Dengan begitu, pikiran lama akan menyerah dan tidak akan mengganggu Anda lagi. Untuk seterusnya, Anda akan merasakan pikiran yang penuh dengan kedamaian (Peale, 2010: 29.

Selama satu hari, sekali dua kali berlatihlah memikirkan serangkaian perasaan damai. Biarkan gambaran mental tentang suatu tempat yang damai memasuki pikiran Anda seperti lembah yang hening di waktu malam disertai bayangan memanjang saat matahari terbenam. Atau sinar bulan keperak-perakan yang terpantul di atas air bergelombang, juga air laut yang terhempas secara lembut di atas pantai berpasir halus. Gambaran pikiran penuh kedamaian ini akan bekerja dalam pikiran Anda seperti obat yang menyembuhkan. Jadi, setiap hari biarkan gambaran damai bergerak pelan melintasi pikiran Anda (Peale, 2010: 30).

Latihlah teknik artikulasi-sugestif dengan mengulang-ulang secara keras beberapa kata damai. Karena kata-kata tersebut punya kekuatan sugesti yang mendalam, dengan hanya mengucapkannya daya penyembuhan akan muncul. Ucapkan kata-kata yang memperlihatkan perasaan panik, maka pikiran Anda pun akan terlihat gugup. Ulu hati Anda mungkin akan terasa tertusuk sehingga mempengaruhi seluruh

mekanisme fisik Anda. Namun, jika Anda ucapkan kata-kata penuh kedamaian dan menenangkan, pikiran Anda akan bereaksi dalam suatu cara yang penuh dengan kedamaian. Gunakan kata-kata seperti "keheningan." Ulangi kata itu beberapa kali. Keheningan merupakan salah satu kata paling indah di mana dengan hanya mengucapkannya saja mampu membuat situasi tenang (Peale, 2010: 30).

Kata lain yang mengandung daya penyembuh adalah "ketenteraman." Gambarkan suatu suasana yang tenteram saat Anda mengucapkannya. Ulangi pelan-pelan dalam suasana hati yang disimbolkan dengan kata tersebut. Kata-kata seperti ini punyai potens menyembuhkan jika digunakan dengan benar. Pemanfaatan kutipan puisi atau ayat-ayat Alkitab bisa juga membantu. Seorang lelaki kenalan saya yang berhasil mencapai kedamaian pikiran punya kebiasaan menulis di atas lembaran kartu kutipan-kutipan yang mengekspresikan perasaan damai. la selalu membawa selembar kartu dalam dompetnya dan melihatnya beberapa kali hingga ia menghapal tiap kutipan tersebut. la bilang bahwa tiap gagasan damai yang masuk ke alam bawah sadarnya "melumasi" pikiran dengan perasaan damai (Peale, 2010: 30).

Konsep damai sesungguhnya merupakan pelumas bagi pikiran yang kacau. Salah satu kutipan yang ia gunakan adalah kutipan yang berasal dari suasana mistik abad ke-16, "Jangan biarkan sesuatu

mengganggu Anda. Jangan biarkan sesuatu menakuti Anda. Segalanya akan berlalu kecuali Tuhan. Tuhan saja sudah cukup (Peale, 2010: 31). 3.2.3. Memilih Energi Konstan

Menurut Peale seorang pelempar bola baseball dalam Liga Utama ikut bermain dalam suatu pertandingan ketika suhu udara di atas 100°F. Berat badannya turun beberapa kilogram karena pengerahan energi yang besar di siang hari. Suatu saat selama pertandingan, energinya anjlog. Namun, ia punya cara unik untuk memulihkan kekuatannya kembali. la hanya mengulangi sebuah ayat Kitab Perjanjian Lama yang berbunyi, "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Peale, 2010: 43)

Frank Hiller si pelempar bola itu bilang pada saya (kata Peale) bahwa dengan mengingat-ingat ayat ini mampu memberinya kekuatan baru sehingga ia mampu menyelesaikan pertandingan dengan energi yang berlimpah. Katanya kemudian, "Saya masukkan pikiran pembangkit energi yang kuat dalam benak saya." Cara pandang kita terhadap perasaan punya efek nyata terhadap bagaimana secara fisik perasaan kita yang sebenarnya. Jika pikiran Anda bilang Anda mampu, mekanisme tubuh, saraf, dan otot menerima fakta tersebut. Jika pikiran tertarik, Anda bisa terus beraktivitas tanpa batas. Agama berfungsi

lewat pikiran. Agama sesungguhnya merupakan sistem mendisiplinkan pikiran. Dengan membenamkan keyakinan dalam pikiran, pikiran akan mampu meningkatkan energi. Anda pun terbantu menyelesaikan

aktivitas karena Anda punya dukungan dan sumber energi. Seorang teman di Connecticut, terlihat enerjik, penuh vitalitas, dan

bersemangat. la bilang ia ke gereja secara teratur untuk "menyetrumkan akinya." Konsep ini masuk akal. Tuhan adalah sumber dari semua energi-energi alam semesta, energi atom, energi listrik, dan energi spiritual. Sesungguhnya segala bentuk energi berasal dari Tuhan. Alkitab memberi tekanan pada masalah ini, "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambahkan semangat kepada yang tiada berdaya" (Peale, 2010: 46)

Dalam ayat yang lain, Alkitab menjelaskan tentang proses pemberian energi dan pemberian ulang energi, ... di dalam Dia kita hidup (yaitu, mempunyai vitalitas), kita bergerak (memiliki energi dinamis), kita ada (mencapai kesempurnaan)..." Berkomunikasi dengan Tuhan bisa jadi membangkitkan aliran energi dalam diri kita. Saat melakukan kontak spiritual dengan Tuhan melalui pola pikir kita, energi ilahi mengalir melalui pribadi kita sehingga otomatis memperbarui perilaku kreatif-orisinil kita. Saat komunikasi tersebut terputus, kepribadian dalam tubuh, pikiran dan roh berangsur-angsur kosong. Jam listrik yang disambungkan pada energi listrik tak akan berhenti. la akan terus menunjukkan waktu secara tepat. Coba cabut

kabelnya, jam akan berhenti bergerak. Jam kehilangan kontak dengan kekuatan yang mengalir melalui alam semesta. Kesimpulannya, proses ini juga berlaku pada manusia meski dengan cara yang kurang mekanistis (Peale, 2010: 47).