Sejak awal tahun 2010 konsep e-audit mulai diapungkan dan mendapat dukungan penuh dari pimpinan lembaga-lembaga negara. Konsep e-audit ini mulai diimplementasikan pada tataran penguatan konsepnya.
2011
2011
Dalam Rensra 2011-2015, dimasukkanlah program e-audit sebagai salah satu program utama yang akan dijalankan BPK. Penerapan
e-audit sendiri menjadi salah satu prioritas
utama dalam program kerja BPK. Seiring dengan pelaksanaan jalinan kerjasama melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan entitas, pada tahun 2011 sendiri, penerapan e-audit mulai dilakukan melalui modul piloting. Piloting pemeriksaan secara e-audit ini untuk pertama kalinya dilakukan.
Pada tahun 2012, melalui SK Sekjen BPK RI No.245/K/X-XIII.2/5/2012, telah ditetapkan Grand Design e-audit. Artinya, penyusunan grand design e-audit ini telah ditetapkan setelah ada perbaikan dan penyempurnaan dari grand design tahun sebelumnya yang telah disusun.
Selain itu, tahun 2012, BPK pun akan melanjutkan piloting e-audit tahap kedua. Pelaksanaan piloting e-audit tahun 2012 ini diharapkan pelaksanaannya memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan piloting 2011.
Piloting e-audit tahun 2012 ini sendiri
merupakan kegiatan lanjutan dan tidak terpisahkan dari piloting e-audit tahun 2011 dengan ruang lingkup yang diperbesar. Berbeda dengan kegiatan piloting yang dilakukan hanya pada periode pemeriksaan, pengembangan e-audit dilakukan sepanjang tahun sehingga hasil pengembangan e-audit yang dilakukan diluar periode piloting akan diujicobakan pada tahun 2012.
Pada piloting tahun 2012 akan diujicoba komponen-komponen pendukung pelaksanaan
e-audit. Adapun komponen-komponen yang
diujicobakan itu, pertama, ujicoba hasil pengembangan infrastruktur. Akan dilakukan ujicoba terhadap pembangunan koneksi antara BPK dengan entitas terperiksa serta antara BPK Kantor Pusat dengan BPK Kantor Perwakilan. Selain itu juga akan diujicoba
Command Center dan fasilitas pendukungnya.
Kedua, Ujicoba hasil penyempurnaan
perangkat lunak pendukung implementasi
sistem e-audit serta perangkat aturan untuk mengelola dan memanfaatkan sistem e-audit. Pada komponen ini akan diujicobakan Pusat Data dan Portal e-audit serta Pedoman, POS (Prosedur Operasional Standar), Panduan terkait Implementasi e-audit.
Pada tahun 2011, piloting pemeriksaan dengan dukungan e-audit terbatas hanya untuk kegiatan pemeriksaan laporan keuangan. Pada 2012, akan ada perluasan penggunaan jenis
2011
2011
pemeriksaan lain.Pada piloting tahap kedua, pemeriksaan keuangan terinci tetap akan menjadi objek sebagai kelanjutan dari pelaksanaan
piloting tahap pertama. Sebagai perluasan
cakupan kegiatan, piloting 2012 juga akan mengikutsertakan jenis pemeriksaan lain, yaitu pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemilihan entitas calon calon objek Piloting 2012 akan mempertimbangkan kesiapan tim pemeriksa dan kesiapan entitas dari sisi teknologi informasi. Entitas yang memiliki struktur data yang dapat memenuhi kebutuhan tim pemeriksa dan telah siap melakukan komunikasi data akan menjadi prioritas objek
piloting 2012.
Anggaran Biaya untuk kebutuhan Piloting 2012 menggunakan Rencana Kegiatan Sekjen dan Penunjang (RKSP) dan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) tahun anggaran 2012 yang
terdapat pada masing-masing Satker Pelaksana dan Pendukung e-audit dengan mengacu pada kegiatan pengembangan e-audit yang tercantum pada inisiatif strategis penerapan
e-audit dalam perolehan data pemeriksaan.
Adapun piloting e-audit tahap kedua ini akan melibatkan pihak eksternal yaitu entitas terperiksa dan pihak internal BPK. Entitas terperiksa sebagai pihak eksternal merupakan counterpart Tim Pengembangan
e-audit yang berperan sebagai penyedia data
untuk kebutuhan pemeriksaan. Sementara pihak internal BPK merujuk kepada Tim Implementasi e-audit yang akan dibantu oleh Tim Pendamping Piloting sebagai pengembang sistem e-audit (developer), Biro Teknologi Informasi di kantor pusat dan Liaison Officer atau petugas penghubung teknologi informasi di kantor perwakilan sebagai pengelola, serta Tim Pemeriksa sebagai pengguna.
"
TAHUN 2011 MENJADI TAHUN MENGAGUMKAN BAGI BPK. TAHUN DIMANA BANYAK RAIHAN POSITIF DIDAPAT. TINTA EMAS AKAN TERTOREH PADA LEMBARAN-LEMBARAN BUKU EKSISTENSI BPK. SEBUAH LANGKAH LANJUTAN YANG CUKUP BAIK SETELAH PONDASI KUAT BPK DIBANGUN PADA MASA KEPEMIMPINAN BPK PERIODE 2004-2009.
Tahun 2011 menjadi tahun mengagumkan bagi BPK. Tahun dimana banyak raihan positif didapat. Tinta emas akan tertoreh pada lembaran-lembaran buku eksistensi BPK. Sebuah langkah lanjutan yang cukup baik setelah pondasi kuat BPK dibangun pada masa kepemimpinan BPK periode 2004-2009.
Pondasi BPK mulai dibangun secara kuat dengan diawali amandemen konstitusi negara, UUD’45. Sebelum amandemen, landasan hukum tertinggi BPK hanya terdapat pada satu pasal, yaitu Pasal 23 ayat 5 pada bab VIII Hal Keuangan, yang berbunyi: “Untuk memeriksa
tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.
Semangat reformasi yang membuncah sejak tahun 1998, kemudian merasuk pada ketatanegaraan Indonesia. Maka, dimulailah amandemen konstitusi negara, UUD’45. Pada amandemen terakhir UUD’45, kedudukan BPK semakin kuat.
Setelah amandemen keempat UUD’45, landasan hukum tertinggi BPK tidak hanya tertuang pada satu pasal saja. Bahkan tertuang dalam bab tersendiri yaitu Bab VIIIA dengan tiga pasal di dalamnya: Pasal 23E, 23F, dan 23G dengan tujuh ayat di dalamnya.
Tak cukup sampai disitu. Landasan hukum tertinggi yang sedemikian kuat itu kemudian dilengkapi dengan UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK. Selain itu, dalam menjalankan tugasnya BPK juga memiliki payung hukum lainnya, yaitu: UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Payung hukum yang sangat kuat telah didapat. Hal yang terpenting lainnya adalah membangun organisasi sesuai dengan semangat reformasi dan amanat konstitusi. Lahirlah kemudian program reformasi
birokrasi. BPK salah satu lembaga negara yang ikut ambil bagian di dalamnya. Dan, BPK juga dari sedikit institusi yang ikut serta dalam
piloting reformasi birokrasi yang digulirkan
medio 2008.
Dalam internal BPK sendiri, telah dibuat perencanaan dalam pembangunan kapasitas kelembagaannya. Lahirlah Rencana Strategis (Renstra) pertama BPK periode 2006-2010. Selain itu, reorganisasi dilakukan untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan reformasi. Pada tahun 2011, Renstra BPK 2011-2015 dirilis. Renstra ini merupakan kelanjutan dari Renstra sebelumnya. Dalam tahun yang sama BPK menjadi institusi pertama yang dinilai capaian program reformasi birokrasinya. Nilainya ‘Baik’. Pada tahun tersebut, BPK lah satu-satunya yang dinilai.
Selain itu, laporan kinerja BPK pada tahun 2011 menjadi yang terbaik bersama KPK. Capaian tersebut merupakan capaian yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 2007 sampai 2011, laporan kinerja BPK cenderung mengalami peningkatan yang positif.
Laporan kinerja BPK tahun 2007 hanya menduduki peringkat 41 dari 70 institusi yang dinilai. Tahun 2008, laporan kinerja BPK mengalami peningkatan menjadi peringkat
Tahun 2011 telah dilalui. Jalan ke depan telah membentang.Masih banyak tantangan yang mesti dijawab BPK dalam menjalankan tugasnya.
29 dari 74 institusi yang dinilai. Pada tahun 2009, kembali meningkat menduduki peringkat 10 dari 72 institusi yang dinilai. Setahun kemudian, 2010, menduduki peringkat ketujuh.
Momen bersejarah juga lahir pada tahun 2011. Organisasi lembaga-lembaga pemeriksa (Supreme Audit Institution) negara-negara anggota ASEAN dideklarasikan. BPK RI merupakan salah satu penggagasnya. Terpilih untuk pertama kalinya Ketua ASEANSAI adalah BPK. Pun hal yang sama dengan Kepala Sekretariat ASEANSAI yang juga dari BPK.
Tak hanya itu. Eksistensi BPK di dunia internasional kembali dikukuhkan. Pada tahun 2011 juga, BPK terpilih sebagai Ketua Kelompok Kerja Audit Lingkungan pada organisasi lembaga pemeriksa sedunia (INTOSAI WGEA). BPK memang cukup proaktif dalam melakukan pengembangan audit lingkungan.
Sebagai lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK secara rutin melakukan
pemeriksaan, baik itu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Tujuannya, tak lain dan tak bukan, untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sepertiapa yang diamanatkan konstitusi.
Pada tahun 2011, BPK melakukan pemeriksaan atas objek-objek yang tengah menjadi perbincangan, baik di masyarakat maupun media massa. Sebut saja, pemeriksaan investigasi lanjutan kasus Bank Century, pemeriksaan atas pembelian saham 7 persen saham divestasi PT NNT, pemeriksaan kinerja penyelenggaraan haji, pemeriksaan dana otonomi khusus Papua, dan lain-lain.
Apa yang telah dilakukan, dicapai, dan diraih BPK pada tahun 2011 tak serta-merta berpuas diri. Bermodalkan landasan hukum yang kuat dan kewenangan yang besar, tak lantas juga BPK dengan mudah melaksanakan tugasnya. Banyak tantangan ke depan yang justru lebih berat.
Penerapan pemeriksaan secara elektronik atau e-audit salah satunya. Pada tahun 2011, pengembangannya baru dilakukan. Butuh kerja keras dari BPK sendiri untuk memantapkan pondasi yang sudah mulai dibangun. Selain itu, sinergi atau kerjasama dengan entitas mutlak perlu dilakukan dalam memuluskan penerapannya.
Hal lain adalah dalam hal pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pada tahun 2011, memang ada kecenderungan kenaikan secara kuantitatif dalam perolehan opini “Wajar Tanpa Pengecualian” atas laporan keuangan entitas yang diperiksa. Namun, tetap masih banyak entitas yang