• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Penyelenggaraan Pelatihan pada Rumah Akal dan Pesaing

H.2. Pola Pelatihan dan Asessment Pengajar

Di Mathmagic, proses pelatihan juga berfungsi untuk melakukan asessment terhadap kualitas pengajar yang merupakan faktor kunci untuk mendapatkan tenaga pengajar yang tepat. Perbandingan pola pelatihan dari ketiga lembaga kursus matematika Kumon, Jarimatika dan Mathmagic dapat dilihat pada Tabel 16.

Mathmagic menekankan proses learning by doing serta pengamatan praktek di kelas untuk menilai kemampuan pengajar. Dari sisi proses memang lebih lama dan lebih sulit dibandingkan pelatihan klasikal serta tidak mungkin dilakukan secara masal, namun hasilnya akan lebih

baik. Dari sisi jangka waktu pelaksanaan, dan perbandingan pada Tabel 15 dapat dilihat keperdulian Mathmagic dalam mengadakan pelatihan dan asessment untuk menjaga kualitas pengajar lebih baik dibandingkan dengan lembaga kursus lokal Jarimatika.

Tabel 15. Perbandingan Pola Pelatihan dan Asessment 3

A

• & )56

• & &

• B & % &

& & & & < % =

# & & & & A

+$ & A ' *$ & * A * )$ & ) A * '$ & ' A * & % < = &

Sumber : http://www.rumahakal.com; http://www.jarimatika.com; http://id.kumonglobal.com

Bagi Mathmagic proses pelatihan pengajar atau fasilitator merupakan suatu bagian dari proses pendirian suatu cabang dan sudah termasuk fasilitas dalam franchisee fee. Hal ini berbeda dengan Jarimatika, dimana proses pelatihan merupakan kegiatan bisnis yang mendatangkan penghasilan tambahan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan kualitas SDM terkait dengan kualitas pendidikan yang menjadi faktor kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah sebagai berikut

a. Pemilik usaha haruslah orang yang perduli pada dunia pendidikan, sehingga mendukung seluruh proses dan infrastruktur yang diperlukan untuk membuat sebuah lembaga kursus pendidikan dapat berkembang. Untuk mengetahui tingkat keperdulian tersebut biasanya diketahui melalui proses wawancara saat mengajukan proposal menjadi franchisee.

b. Pengajar selain memiliki tingkat pendidikan formal yang memadai juga memiliki keperdulian terhadap murid dan bersedia memecahkan persoalan yang dihadapi murid untuk mencari solusinya. Untuk bisa menilai hal tersebut tidaklah cukup proses pelatihan di kelas dan lulus ujian tertulis. Proses pengamatan pada saat learning by doing atau magang dapat memberikan penilaian yang lebih komprehensif.

Dalam hal ini, Mathmagic telah menjaga kualitas pengajar melalui proses pelatihan dan asessment yang baik.

I. Analisis SWOT I.1. Peluang

a. Potensi Pengembangan Pasar

Segmen market yang menjadi potensi pasar terbesar dari Mathmagic School adalah anak-anak SD. Berdasarkan data pada Tabel 16, jumlah anak yang bersekolah di Sekolah Dasar pada tahun 2007 secara nasional adalah 97,60 persen, sedang jumlah usia penduduk dengan kelompok usia 5 sampai 14 tahun sekitar 42 juta anak. Apabila diasumsikan jumlah anak yang mampu mengikuti kursus tambahan informal sebesar 10 persen, maka potensi pasar yang dapat digarap adalah 398.235 anak.

Tabel 16. Perhitungan Perkiraan Potensi Anak Mengikuti Kursus & & 1 >= # & 2 & & @ *((9>>= & # & & 8 8 ;9$7(C 65; **B+(;B9('$(( *+B69;B(9+$+( :)$';C +(5+' *+B:6*B*'9$(( +:B*''B''+$(* # );B:*)B6+*$+*

% & & &

& +(C );:B*)6

*) Sumber : Survei sosial dan ekonomi nasional, BPS, 2007, diolah

Menurut hasil survai Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2008,

jumlah peserta kursus adalah 1.348.565 orang, sedang jumlah peserta kursus ditingkat Sekolah Dasar sebesar 17.84 persen atau sebesar 240.584 anak. Data yang tersedia adalah peserta seluruh jenis kursus, sehingga peserta kursus matematika atau sejenisnya lebih kecil lagi.

Potensi jumlah anak yang mampu mengikuti kursus sebesar 398.235 anak sedang yang telah mengikuti berbagai kursus berjumlah 240.586 anak, berarti hanya sebagian saja yang mengikuti kursus matematika. Dengan demikian masih terdapat selisih yang cukup besar belum lagi ditambahkan dengan jumlah anak yang berpindah dari kursus matematika lain. Sehingga potensi pasar yang dapat digarap cukup besar.

Gambar 9. Peserta Kursus Menurut Pendidikan terhadap Tingkat Pendidikan

Sumber : Survai Direktorat Pembinaan Lembaga dan Kursus, Depdiknas 2008

b. Ketersediaan Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja sebagai tenaga pengajar yang besar memberikan keuntungan dalam hal kesempatan memilih tenaga kerja yang sesuai. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada bulan Agustus 2007 mencapai 9,11 persen, atau sebanyak 10.01 juta, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2007 mencapai 99,93 juta orang, dan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2007 tercatat sebanyak 109,94 juta orang. (www.indonesia.go.id 2008). Berdasarkan perhitungan pada Tabel 17,

jumlah tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat pendidikan Diploma dan Universitas mencapai 1, 22 juta orang.

Tabel 17. Perhitungan Jumlah Pengangguran Terbuka Nasional

Tingkat Pendidikan Pengangguran Pernah Bekerja (%) Pengangguran Baru (%) Diploma 2.3 3.2 Universitas 3.1 3.6 Jumlah (%) 5.4 6.7

Jumlah orang (juta) 0.55 0.68

Sumber : BPS 2008 diolah

c. Tingkat Upah yang Rendah

Tingkat upah dari tenaga pengajar merupakan biaya tetap yang paling tinggi diantara seluruh komponen biaya. Tingkat upah yang rendah mempengaruhi rendahnya biaya operasional sehingga lebih fleksibel dalam menentukan harga produk (biaya kursus) untuk menyesuaikan dengan daya beli masyarakat, sehingga pangsa pasar yang dapat digarap lebih luas. Pada Tabel 19 dapat dilihat gambaran standar gaji di Indonesia jauh lebih rendah dibadingkan standar gaji di negara-negara lain.

Tabel 18. Perbandingan Tingkat Upah Rata-rata Perbulan Nama Negara Tingkat Upah Rata-Rata

Perbulan (Rp. Juta) Indonesia 1.0 China 2.6 Singapore 25.5 Amerika Serikat 30.3 Jerman 50.1 Sumber : ILO, 2008

d. Posisi Kepentingan Produk (Pelajaran Matematika)

Kedudukan pelajaran matematika di sekolah formal sangat penting, contohnya dalam sistem ujian nasional nilai ujian matematika bersifat final dimana meskipun secara rata-rata telah memenuhi syarat, namun apabila tidak melampaui nilai minimal untuk mata pelajaran

matematika, maka siswa tidak lulus. Kebijakan ini didasarkan pada pentingnya kemampuan penalaran siswa yang dapat dilihat dari kemampuan menyelesaikan soal matematika. Tingginya kepentingan pelajaran matematika di sekolah menjadi faktor pendukung yang kuat pada tingkat permintaan konsumen.

e. Ketersediaan Sistem Franchise

Dengan berkembangnya sistem franchise di Indonesia memberikan kemudahan kepada pemilik usaha (franchisor) dalam hal mengakses permodalan, berbagi biaya dengan franchisee dan berbagi risiko. Dipihak lain para franchisee mendapatkan kemudahan dalam memperoleh produk yang sudah teruji dapat berkembang di pasar serta bantuan manajerial dari franchisor.

Dengan adanya sistem franchise ini pengembangan usaha dapat dilakukan dengan lebih mudah bagi pengusaha yang terbatas permodalannya. Dalam waktu relatif singkat, dengan promosi yang baik, maka pengembangan unit usaha dalam dilakukan dalam waktu relatif singkat.

I. 2 Ancaman

a. Persaingan dari Lembaga Kursus Sejenis

Lembaga kursus matematika yang saat ini berkembang cukup pesat dan diminati masyarakat diantaranya: Kumon, Sempoa, Sakamoto dan Jarimatika. Masing-masing lembaga kursus pesaing memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Dari sisi mutu produk, Kumon telah memiliki produk yang teruji secara internasional efektif sehingga mampu berkembang di 45 negara, serta meliliki kurikulum yang lengkap dari SD sampai dengan SLTA, namun tidak disesuaikan dengan kurikulum nasional. Mutu produk Mathmagic juga baik dari sisi metode dan kelengkapan kurikulum karena telah diakui dan mendapat penghargaan dari Pemerintah (Kementrian Riset dan Teknologi), dan memiliki kurikulum lengkap

sesuai dengan kurikulum nasional sampai dari kelas 1 SD sampai dengan kelas 3 SMP. Sedang Jarimatika kurikulumnya sangat terbatas, yaitu hanya mencakup aritmatika saja (berhitung) yang diperlukan sampai dengan kelas tiga Sekolah Dasar sehingga sebenarnya segmennya terbatas, namun demikian kesederhaan konsep lebih mudah diterima masyarakat luas.

Tabel 19. Perbandingan dengan Pesaing

! & # & &

>>> > >>>

2

> >>> >>

! !

>> >> >>

> >>> >>

& %

>> >> >>

%

>>> >> >

>>> >>> >

# %

>> >>> >

#@ 3 / +9 +; 14 Keterangan :

>

A & &D E

>>

A & E

>>>

A &D

Dari sisi biaya kursus, Kumon menetapkan biaya tertinggi dan cukup mahal yaitu Rp.320.000 perbulan di daerah Jabodetabek, sehingga segmen pasar dilayani lebih terbatas. Jarimatika menetapkan range harga lebih rendah (Rp.100.000 sampai dengan Rp.150.000) dibandingkan range harga Mathmagic sehingga lebih bersaing. Harga yang ditetapkan Mathmagic cukup fleksibel tergantung potensi daerah lokasi tempat kursus (Rp.100.000 sampai dengan Rp.250.000).

Biaya franchise fee Mathmagic lebih rendah dibandingkan Jarimatika untuk masa kontrak sepuluh tahun, yaitu sebesar Rp. 20 juta. Jarimatika menetapkan franchise fee sebesar Rp. 12,5 juta untuk masa kontrak 5 tahun, sehingga secara total untuk masa kontrak 20 tahun maka Mathmagic lebih murah namun untuk penyediaan modal awal

Jarimatika lebih murah. Sedang franchise fee Kumon paling tinggi, namun hanya dikenakan sekali saja selama usaha berjalan. Untuk keberlangsungan usaha jangka panjang merupakan hal yang baik, karena mengutamakan keberlanjutan jangka panjang. Sedang dari sisi biaya awal yang harus disediakan untuk memulai usaha lebih berat.

Untuk persyaratan franchisee, Kumon menetapkan syarat paling sulit karena harus wanita dan melalui tes karena pemilik haruslah menjadi pengajar utama. Tidak demikian dengan Jarimatika dan Mathmagic dimana pemilik tidak diharuskan melalui tes dan menjadi pengajar dan tidak dibatasi oleh gender.

Mathmagic dan Kumon mensyaratkan pengajar memiliki pendidikan fomal minimal D3 dan untuk Kumon ditambahkan persyaratan lain, yaitu harus wanita. Jarimatika mensyaratkan pengajar cukup setingkat D1. Hal tersebut terkait dengan kurikulum yang dimiliki lembaga kursus masing-masing dimana Kumon dan Mathmagic memiliki kurikulum yang cukup luas, sedang Jarimatika sangat sederhana sehingga tidak diperlukan kualifikasi yang tinggi.

Manajemen Mathmagic, dalam hal ini pemilik usaha banyak meluangkan waktu untuk pengembangan produk dan bahkan terlibat sebagai pengajar untuk produk tertentu yang sulit didelegasikan kepada staff pengajar lainnya. Hal ini menyebabkan pemilik usaha tidak memfokuskan diri pada pengembangan usaha, dan membatasi pengembangan usaha selama belum ditemukan metode yang efektif dalam membentuk cabang sesuai harapannya. Manajemen Kumon telah memiliki tim manajemen yang solid dan stabil. Jarimatika memiliki kelebihan dalam strategi pengembangan jaringan dan bisnisnya, dengan produk yang mudah dipasarkan dan persyaratan franchise yang lebih ringan membuat lembaga kursus ini berkembang sangat pesat dalam jangka pendek, yaitu 450 cabang.

Kumon yang didukung kemampuan finansial yang tinggi, banyak menggunakan strategi promosi above the line disamping itu secara rutin mengadakan uji coba kursus gratis selama 2 minggu dan 4 kali

pertemuan. Jarimatika banyak diekspose media masa ditambah dengan beberapa penghargaan yang diterima pemilik usaha Jarimatika yang diekspose oleh berbagai media above the line. Sementara Mathmagic lebih banyak menggunakan pendekatan below the line.

Sampai dengan saat ini Kumon telah memiliki 300 cabang di seluruh Indonesia dan Jarimatika telah memiliki 86 cabang, 450 unit, dan 7.550 siswa di seluruh Indonesia. Bahkan di kota Bogor yang merupakan basis dari Mathmagic, sudah tercatat sebanyak 70 cabang atau unit dan 800 siswa Jarimatika. Untuk mempermudah pengelolaan unit-unit yang banyak serta efisiensi biaya pengelolaan Jarimatika menunjuk beberapa cabang untuk menjadi pengawas unit-unit di sekitarnya.

Dari perbandingan di atas, dibandingkan pesaingnya, posisi Mathmagic kuat dalam hal: mutu produk dibandingkan pesaing lainnya. Cukup kuat dalam hal biaya kursus, franchise fee, kemudahan persyaratan franchise serta kualifikasi pengajar. Tetapi lemah dalam hal manajemen, promosi, dan jaringan.

b. Lemahnya Perlindungan HKI

Merek dagang (Trade Mark) Mathmagic School telah terdaftar di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No Agenda 300-2005-016467 dan Pendaftaran Hak Cipta Metode Matemagica Magicmatika No. C00200501878-1954. Namun demikian Mathmagic menghadapi beberapa masalah peniruan atau pemalsuan seperti berikut

a) Pembukaan lembaga kursus dengan metode yang sama dan nama yang hampir sama bahkan menjadi pewaralaba.

b) Penggunaan metode Mathmagic secara luas di berbagai sekolah dan lembaga kursus secara hukum boleh digunakan karena metodenya telah di-publish ke masyarakat luas melalui buku-buku yang diterbitkan

c) Pemalsuan buku metode matematika sering terjadi, sebagai contohnya setelah terbit buku Mathmagic, sebulan kemudian terbit sebelas buku dengan judul yang hampir sama.

Mudahnya peniruan metode dan nama yang mendekati tanpa adanya konsekuensi hukum akan mempengaruhi berkurangnya potensi perluasan jaringan Mathmagic School ke depan karena pangsa pasar telah dikuasai lembaga pelatihan lain.

Kumon telah memiliki brand image yang kuat, telah dikenal masyarakat secara luas dan didukung oleh organisasi yang kuat sehingga peniruan metode sulit dilakukan. Demikian pula dengan Jarimatika yang juga telah menerbitkan buku sehingga metodenya di-publish secara luas, telah memiliki jaringan yang kuat dan brand image yang cukup kuat pula.

c. Kurikulum Pendidikan Nasional

Kurikulum pendidikan selalu mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dibidang pendidikan. Hal tersebut menyebabkan adanya kebutuhan siswa yang berkembang pula dari waktu ke waktu. Perubahan kurikulum dalam waktu pendek akan menjadi ancaman bagi lembaga kursus karena kebutuhan siswa berkembang dan metode yang digunakan pada saat ini di lembaga kursus tersebut bisa saja suatu saat tidak dapat dipasarkan lagi karena tidak lagi dibutuhkan oleh murid-murid sekolah formal. Untuk itu diperlukan pengamatan dan penyesuaian secara kontinu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi serta melakukan antisipasi yang diperlukan.

Pemilik Mathmagic School selalu mengikuti hal tersebut dan memang memiliki kemampuan serta kepuasan untuk mengeksplorasi metode-metode matematika yang baru. Sebagai contohnya Matematika realistis adalah salahsatu produk untuk mengantisipasi metode pengajaran tersebut yang saat ini statusnya masih diujicobakan di beberapa sekolah sebelum diberlakukan secara nasional.

d. Daya Beli Masyarakat

Meskipun jumlah penduduk Indonesia sangat besar termasuk jumlah penduduk usia didik yang menjadi segmen market yang dituju, namun belum berarti pangsa pasar yang dapat digarap sebesar itu. Dengan belum meratanya kemakmuran di negara kita, maka jumlah keluarga sejahtera yang diperkirakan mampu mengikuti kursus jumlahnya masih terbatas. Dari 59 juta keluarga yang ada di Indonesia, pada tahun 2008 hanya 4.41 persen yang masuk dalam kategori Keluarga Sejahtera III Plus berdasarkan kriteria Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (http:/www.bkkbn.go.id/webs/upload/ data/RIKSK-PERPROPIN-SI-2008/).

e. Keterbatasan Kemampuan Franchisee

Tujuan dari setiap pengusaha untuk membeli franchise pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Dalam dunia pendidikan pendirian bisnis kursus ini harus diimbangi dengan kepentingan meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan pengalaman pembukaan cabang Mathmagic selama ini, franchisee yang berhasil adalah mereka yang sebelumnya bergelut di bidang pendidikan dan memiliki motivasi mendidik. Ketidakperdulian dan ketidakmampuan franchisee untuk mengimplementasikan visi dan misi Mathmagic School dapat berpengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat terhadap nama Mathmagic secara keseluruhan.

I.3. Kekuatan

a. Kualitas Produk

Dari hasil kuesioner kepada orangtua murid diperoleh data 13.79 persen sangat setuju dan 82.76 persen setuju putra/putrinya mengalami kemajuan yang berarti dalam memahami matematika setelah mengikuti kegiatan di Mathmagic, sedang 3.45 persen menyatakan belum tahu karena baru 1 bulan mengikuti kursus. Kemudian 10.34 persen menyatakan sangat setuju dan 86.21 persen setuju dan 3.45 persen cukup

setuju bahwa program pendidikan mendukung murid untuk mengikuti pelajaran di sekolah.

Sebaliknya orang tua murid yang anaknya pernah mengikuti kursus di tempat lain kemudian pindah ke Mathmagic disebabkan alasan: (a) terlalu banyak tugas; (b) hanya aritmatika saja sementara kebutuhan tugas sekolah lebih dari itu dan; (c) metode kurang efektif.

Sangat setuju 13.79% Setuju 82.76% Tidak setuju 0.00% 0.00% Kurang setuju 0.00% Belum terlihat 3.45%

Gambar 10. Hasil Survai kemajuan setelah mengikuti Mathmagic Hasil survai kepada murid-murid menunjukkan bahwa 26,67 persen menyatakan sangat setuju dan 63.33 persen menyatakan setuju serta 10 persen menyatakan cukup setuju bahwa setelah mengikuti kursus Mathmagic lebih mudah mengerti matematika. Kemudian 30 persen sangat setuju, 50 persen setuju dan 20 persen setuju setelah mengikuti matematika lebih mudah mengikuti pelajaran matematika di sekolah. Mengenai metode belajar yang diterapkan 23.33 persen menyatakan sangat setuju, 46.67 persen setuju dan 30 persen cukup setuju, bahwa metode yang diberikan membuat anak-anak senang menikuti kursus di Mathmagic.

Dari hasil survai tersebut dapat dilihat bahwa produk Mathmagic dalam hal ini kurikulum dan metode belajar yang dimiliki Mathmagic

memiliki kualitas yang baik karena efektif menjawab kebutuhan konsumen sehingga dapat menjadi produk yang dapat diandalkan.

b. Harga Produk

Berdasarkan hasil survai, 24,14 persen menyatakan biaya kursus murah dibandingkan kualitas yang diberikan dan 75,86 persen menyatakan sesuai. Sedang dari sisi biaya kursus dibandingkan penghasilan orangtua sebanyak 3,45 persen menyatakan sangat murah, 27,59 persen menyatakan murah, 65,52 persen menyatakan sedang/sesuai dan 3,45 persen menyatakan mahal.

Dari hasil survai tersebut terlihat bahwa harga yang dibebankan sesuai dengan mayoritas kemampuan orangtua serta sesuai dengan kualitas yang diberikan kepada konsumen. Sehingga dapat disimpulkan strategi penetapan harga sudah tepat.

c. Lokasi Tempat Kursus

Dari tiga lokasi kursus yang diamati, satu lokasi terletak di daerah yang ramai dilalui kendaraan umum, sedang dua lokasi lain berada di dalam kompleks perumahan. Lokasi yang berkembang cepat baik adalah yang berada di daerah yang ramai dilalui kendaraan umum dan mudah diakses oleh kendaraan umum, dimana jumlah muridnya mencapai 103 orang. Sedang tempat kursus yang berada di dalam perumahan, jumlah muridnya berkisar antara 45 sampai 50 orang meskipun sudah lebih dahulu berdiri. Tempat kursus yang berada di dalam perumahan konsumennya terbatas pada anak-anak yang bertempat tinggal di perumahan tersebut.

Dari sisi kenyamanan tempat kursus sebesar 96 persen murid menyatakan suhu di dalam kelas dingin dan sisanya menyatakan cukup sejuk, sedang kondisi ruangan kelas sebanyak 24 persen murid menyatakan menarik dan 76 persen menyatakan cukup menarik.

Dari hasil pengamatan dan survai dapat disimpulkan bahwa lokasi, kursus sangat menentukan berkembangnya usaha. Lokasi di

dalam perumahan membatasi segmen market yang dapat dilayani karena kemudahan transportasi menjadi faktor yang penting bagi konsumen. Meskipun lokasi kursus di dalam perumahan yang cukup ramai dengan jumlah murid berkisar 40-50 murid sudah melampaui titik Break Even Point, yaitu 18 orang.

d. Kemampuan Manajemen

Manajemen dalam hal ini pemilik usaha mementingkan kualitas pendidikan, dimana Mathmagic School harus mampu membantu murid-muridnya dalam meningkatkan kemampuan matematika. Pembatasan perkembangan cabang disebabkan karena pemilik usaha mementingkan setiap cabang dapat dikelola sesuai visi dan misi perusahaan. Untuk kepentingan jangka panjang hal ini sangat penting untuk keberlangsungan usahanya. Pemilihan franchisee yang tepat menjadi persyaratan utama untuk membuka cabang berikutnya.

Kekuatan manajemen yang lain adalah kemampuan mengembangkan produk untuk menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan kurikulum pendidikan nasional. Hal ini menjadi penting karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan metode yang dikembangkan harus teruji.

e. Metode Rekrutmen dan Pelatihan

Berdasarkan hasil survai, 82 persen responden yang dalam hal ini adalah staff pengajar menyatakan bahwa metode dan proses rekrutmen staff pengajar memadai dan 18 persen menyatakan cukup memadai. Sedang metode dan proses pelatihan staff pengajar 82 persen menyatakan memadai dan 18 persen menyatakan cukup memadai.

Metode training for trainers yang dilaksanakan dengan cara klasikal 3 hari serta on the job training selama satu bulan memang cukup efektif, sehingga tenaga pengajar sudah siap pakai ketika mulai mengajar. Dengan perkembangan cabang yang terbatas sampai dengan saat ini metode ini bisa berjalan baik dan efektif.

I. 4. Kelemahan

d) Keterbatasan Manajerial

Keterbatasan manajerial menyebabkan lembaga kursus Mathmagic ini lambat berkembang dibandingkan usaha sejenis (dalam hal ini adalah Jarimatika yang telah memiliki 86 cabang dan 450 unit). Pemilik usaha lebih melihat ke depan dimana pengembangan kurikulum merupakan faktor penting yang menyebabkan Mathmagic bisa bertahan dalam jangka panjang.

Kebanyakan lembaga kursus matematika memiliki keterbatasan kurikulum sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan kurikulum matematika secara lengkap, contohnya Jarimatika dan Sempoa hanya memiliki kurikulum aritmetika dasar, sementara matematika sendiri sangat luas, contohnya tuntutan sekolah formal mengharus anak-anak menguasai aljabar, geometri, statistika, dan lain sebagainya. Tempat kursus matematika seperti Sempoa dan Jarimatika hanya mampu memenuhi kebutuhan anak-anak sampai kelas 2 atau 3 SD saja, sementara Mathmagic memiliki kurikulum yang diperlukan sampai dengan pelajaran SMP.

Permasalahan yang dihadapi oleh Mathmagic adalah keterbatasan tenaga manajerial, dimana pemilik harus merangkap fungsi pengembangan kurikulum dan pengembangan jaringan, karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka yang menjadi fokus pemilik sampai dengan saat ini adalah pengembangan kurikulum sementara pengembangan jaringan dilakukan seadanya saja. Dengan memiliki 32 cabang, dimana 30 cabang dimiliki oleh franchisee, pengelolaan keuangan belum dapat dilaksanakan dengan baik, masih ada beberapa cabang yang menunda pembayaran atau tidak melakukan pembayaran. Dengan 30 cabang yang dimiliki penerimaan royalti fee 10 persen yang diperoleh dengan rata-rata jumlah murid 30 orang saja, Mathmagic seharusnya menerima sekitar Rp. 15 juta perbulannya, sedang pada saat ini royalti fee yang diperoleh perbulan hanya sekitar Rp. 7 juta saja. Dari

tigapuluh franchisee, terdapat 8 franchisee yang berkembang pesat dengan jumlah murid antara 100 sampai dengan 200 murid; 5 franchisee baru yang berkembang cukup baik dengan jumlah siswa sekitar 40 orang; sedang sisanya yaitu 17 franchisee menyatakan perkembangan siswa dibawah standar, namun kebenarannya sulit dipastikan karena belum adanya sistem pemantauan yang dapat diandalkan. Kedepan Yayasan berencana untuk membangun sistem pemantauan secara online, untuk pelaporan keuangan, jumlah siswa baru maupun lama yang masih aktif.

Kurang optimalnya pengelolaan franchisee disebabkan adanya pergantian pengurus beberapa waktu sebelumnya, dimana pengurus yang

Dokumen terkait