• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RIWAYAT HIDUP

D. Manfaat Penulisan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Waralaba

Waralaba adalah pengikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Hal itu tertuang dalam Pasal 1 butir (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.16 Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 tentang Waralaba (PP Waralaba).

Definisi lain mengenai waralaba adalah suatu sistem distribusi dimana pemilik bisnis yang semi mandiri (terwaralaba atau franchisee) membayar iuran dan royalty kepada induk perusahaan pewaralaba untuk mendapatkan hak menggunakan nama dagang induk perusahaan, menjual barang atau jasanya, serta untuk menggunakan format dan sistem bisnisnya (Zimmerer and Scarborough 2008).

Ada tiga tipe dasar waralaba: waralaba nama dagang, waralaba distribusi produk, dan waralaba murni (Zimmerer and Scarborough 2008): Waralaba nama dagang meliputi suatu merek, dimana terwaralaba membeli hak untuk memakai nama dari pewaralaba tanpa pembatasan bahwa ia hanya mendistribusikan produk-produk tertentu dengan nama pewaralaba tersebut; waralaba distribusi produk artinya pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba untuk menjual produk-produk tertentu dengan nama merek dan merek dagang pewaralaba melalui jaringan yang selektif dan terbatas. Dua metode ini mengijinkan terwaralaba menggunakan beberapa identitas induk perusahaan (Zimmerer and Scarborough 2008).

Waralaba murni dikenal juga sebagai waralaba komprehensif atau waralaba format bisnis yang meliputi pemberian format bisnis lengkap kepada terwaralaba termasuk ijin menggunakan nama dagang, produk atau jasa, metode pengoperasian, rencana pemasaran, proses pengendalian kualitas, sistem komunikasi dua arah, dan layanan-layanan lain yang diperlukan. Singkatnya

terwaralaba membeli hak untuk sepenuhnya menggunakan semua elemen operasi bisnis terpadu (Zimmerer and Scarborough, 2008).

Keuntungan dari membeli waralaba adalah mendapatkan peluang memiliki bisnis dengan relatif cepat karena menggunakan produk dan nama dagang yang sudah terkenal. Suatu waralaba biasanya mencapai titik impas lebih cepat daripada bisnis mandiri, kebanyakan waralaba belum mencapai titik impas dalam waktu 6 sampai 18 bulan. Terwaralaba juga memanfaatkan pengalaman pewaralaba, yang pada kenyataannya pengalaman itulah yang dibeli oleh terwaralaba dari pewaralaba, karena banyak wirausahawan yang masuk dalam bisnis mandiri banyak membuat kesalahan (Zimmerer and Scarborough, 2008).

B. Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan terdiri dari dua kata, yaitu: Analisis dan Laporan Keuangan: Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil; Laporan Keuangan adalah Neraca, Laba Rugi dan Arus Kas (dana). Kalau digabungkan, Analisis Laporan Keuangan adalah: ”Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat” (Harahap, 1998).

1. Rasio Keuangan

Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya sehingga kita dapat menilai hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lainnya sehingga dapat memberikan penilaian (Harahap, 1998).

Salah seorang penulis yaitu Courties dalam Harahap (1998) memberikan kerangka rasio keuangan secara kategorik sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Rasio Keuangan (Courties)

Courties dalam Harahap (1998) melihat tiga aspek penting dalam menganalisa laporan keuangan, yaitu sebagai berikut

a. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang digambarkan oleh Return On Investment (ROI). Dan ROI ini digambarkan lebih rinci lagi oleh Rasio Profit Margin dan Capital Turn Over.

b. Management Performance adalah rasio yang menilai prestasi manajemen. Ia melihat dari sisi kebijakan kredit, persediaan, administrasi, dan struktur harta dan modal.

c. Solvency adalah kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya. Solvency ini digambarkan oleh arus kas baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Rasio rentabilitas atau profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumberdaya yang ada. Beberapa rasio rentabilitas yang dapat digunakan adalah:

! "

#$ %

a. Margin Laba (Profit Margin)

Pendapatan Bersih Margin Laba (Profit Margin) :

Penjualan

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan mendapatkan laba cukup baik.

b. Return on Aset

Laba Bersih Return on Aset :

Total Aktiva

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

c. Laba Bersih dibandingkan Jumlah Karyawan

Sebagai perusahaan jasa dimana asset utama perusahaan adalah karyawan, maka sangat relevan untuk mengukur kemampuan karyawan menghasilkan laba bagi perusahaan.

Laba Bersih Rasio Laba Bersih terhadap

Jumlah Karyawan : Jumlah Karyawan

2. Analisis Pulang Pokok (Break Even Analysis)

Analisis Pulang Pokok (Break Even Analysis) adalah metode yang sangat bermanfaat untuk studi kasus, karena dapat mengetahui keterkaitan antara biaya tetap (fixed cost), biaya variable (variable cost) dan tingkat pendapatan (revenue) pada berbagai tingkat operasional. Kurva break even yang menunjukkan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan dan biaya

(pada sumbu Y), sehingga diagram ini mampu menunjukkan laba atau kerugian pada berbagai tingkat keluaran (output) (Rangkuti 2006).

Melalui metode ini kita dapat mengetahui pemilihan strategi yang tepat untuk berbagai model produksi yang akan digunakan, caranya dengan menggunakan perbandingan berbagai alternatif metode produksi. Menurut Rangkuti (2006) Analisis break even dapat menunjukkan hal-hal berikut: a. Potensi laba untuk produk atau jasa yang akan dibuat.

b. Apakah volume penjualan yang diprediksi sesuai dengan break even yang telah dihitung atau tidak.

c. Besarnya jumlah biaya variabel per unit yang mendekati break even, berdasarkan peramalan penjualan dan penetapan harga.

d. Besarnya jumlah biaya tetap yang mendekati break even.

e. Apakah tingkat harga yang telah ditetapkan mempengaruhi nilai break even atau tidak.

Analisis break even menggunakan asumsi bahwa semua biaya yang berkaitan dengan proses produksi setiap jenis produk atau jasa yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu biaya variabel dan biaya tetap (Rangkuti 2006). Biaya variabel adalah semua biaya yang sifatnya berubah-ubah, tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan, misalnya biaya overhead. Sementara biaya tetap adalah biaya yang relatif konstan dan sedikit sekali dipengaruhi oleh banyaknya luaran yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya investasi mesin, depresiasi, bunga dan pajak serta asuransi.

Perbedaan antara harga dan biaya variabel masing-masing unit produk yang dihasilkan disebut dengan unit profit margin (p-C). Perhitungan volume penjualan dapat dihitung dengan cara:

a. R = revenue (pendapatan)

VC = total variabel cost (biaya variabel) FC = total fixed cost (biaya tetap) AVC = average variabel cost

Z = profit (laba) P = harga per unit

U = jumlah unit pada titik break even

b. R = FC + VC + Z

Karena Z = 0 (pada titik break even) Maka R = FC + VC (pada titik break even) c. Untuk mengetahui titik break even (BEP)

P x U = FC + VC x U atau U = FC / (P – AVC)

3. Analisis Kelayakan Investasi

Untuk mengetahui kelayakan investasi suatu usaha dari aspek finansial, lazim digunakan metode penilaian seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP).

NPV, menurut Subagyo (2007), adalah metode analisis keuangan yang memperhatikan adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus kas dapat dinilai sekarang (periode awal investasi) melalui pemotongan dengan faktor pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (persentase bunga). Caranya dengan menghitung nilai sekarang (present value atau PV) dari proceeds (laba setelah pajak + penyusutan) yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan Iebih besar dari investasinya atau menghasilkan NPV positif, maka usul investasi tersebut dapat diterima, demikian pula sebaliknya.

IRR rnerupakan metode penilaian dengan menggunakan perluasan metode NPV, dimana tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays) atau pada i posisi NPV sama dengan nol akan diperoleh tingkat (rate) persentase tertentu. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, serta setiap keuntungan bersih ditanamkan kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat

keuntungan yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek (Soeharto 1995).

PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dan dapat dilakukan dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto. Dengan demikian, PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan, agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya (Kuswandi 2005).

C. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah variable pemasaran (marketing mix) yang terkendali dan harus dikelola untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga kepuasan pelanggan dan tujuan organisasi tercapai (Hasan Ali 2008). Unsur-unsur utama dalam strategi pemasaran adalah empat P yaitu product (produk), place (tempat/metode distribusi), price (harga) dan promotion (promosi). Empat faktor ini saling memperkuat dan jika terkoordinasi dengan baik akan meningkatkan daya tarik penjualan suatu produk dan jasa (Zimmerer dan Scarborough 2008).

C.1. Produk

Produk merupakan elemen yang sangat penting dalam pemasaran. Produk atau jasa yang harus memuaskan kebutuhan konsumen. Produk berjalan melalui berbagai tingkat pertumbuhan. Daur hidup produk menunjukkan tahap-tahap pertumbuhan yang menentukan keputusan untuk melanjutkan suatu produk, kapan perlu dilakukan produk lanjutan, dan kapan perlu melakukan perubahan produk (Zimmerer dan Scarborough 2008).

Gambar 2. Bauran Pemasaran (Zimmerer dan Scarborough 2008) a. Tahap Perkenalan

Dalam tahap perkenalan pemasar memperkenalkan produk kepada calon pelanggan. Tingkat penerimaan yang tinggi jarang terjadi pada tahap ini. Umumnya produk baru harus mendobrak pasar dan bersaing dengan produk yang sudah ada di pasar. Iklan dan promosi membantu produk baru menjadi cepat dikenal. Biaya pemasaran pada tahap ini sangat tinggi. b. Tahap Pertumbuhan dan Penerimaan

Setelah melalui tahap perkenalan, produk memasuki tahap pertumbuhan dan penerimaan. Pada tahap ini pelanggan mulai membeli produk, penjualan mulai naik, laba mulai diperoleh. Jika dalam tahap ini gagal diterima pelanggan, maka produk dapat hilang dari pasar. Apabila sukses margin laba dan penjualan akan terus meningkat.

c. Tahap Kedewasaan dan Persaingan

Dalam tahap kedewasaan dan persaingan, penjualan terus meningkat, tetapi laba memuncak dan kemudian menurun ketika pesaing memasuki pasar. Umumnya perusahaan akan menurunkan harga jual agar dapat bersaing dan dapat mempertahankan pangsa pasar. Penjualan memuncak pada tahap kejenuhan pasar dari daur hidup produk, yang merupakan peringatan bagi para pemasar bahwa inilah saatnya untuk memperkenalkan produk generasi berikutnya.

d. Tahap Penurunan Produk

Tahap terakhir dari daur hidup produk adalah tahap penurunan produk. Pada tahap ini penjualan menurun terus secara drastis. Tidak ada perusahaan yang selalu dapat mempertahankan posisi penjualan tanpa pembaruan produk.

Rentang waktu masing-masing tahap dalam daur hidup produk bergantung pada jenisnya. Penelitian yang dilakukan oleh MIT mengemukakan bahwa daur hidup produk umumnya berlangsung antara 10 sampai 14 tahun, tetapi panjangnya daur hidup tersebut nampaknya semakin menciut (Zimmerer dan Scarborough, 2008).

C.2. Place (Tempat atau Metode Distribusi)

Tempat atau metode distribusi menjadi semakin penting karena pelanggan semakin mengharapkan layanan dan kenyamanan yang semakin memuaskan. Tren ini merupakan kekuatan yang mendorong pertumbuhan cepat jaringan internet sebagai alat pemasaran dan belanja. Segala kegiatan yang meliputi pergerakan barang sampai ke tempat pelanggan membeli menghasilkan manfaat tempat (place utility) (Zimmerer dan Scarborough, 2008).

C.3. Price (Harga) Produk atau Jasa

Harga produk atau jasa adalah faktor kunci dalam keputusan membeli. Harga mempengaruhi penjualan dan laba. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008) harga yang benar tergantung pada tiga faktor, yaitu : a. struktur biaya perusahaan,

b. penilaian mengenai pasar, dan

c. citra perusahaan yang ingin dibentuk dalam pikiran pelanggan.

Bagi beberapa perusahaan faktor di luar harga bisa lebih efektif daripada perang harga. Persaingan non harga, seperti penawaran coba gratis, bebas ongkos pengiriman, perpanjangan waktu garansi, dan jaminan uang kembali, bertujuan untuk mengurangi perhatian terhadap harga barang dan menekankan

pada sifat tahan lama, kualitas, reputasi, dan lain-lain (Zimmerer dan Scarborough, 2008).

C.4. Promosi

Promosi menyangkut baik periklanan maupun penjualan secara pribadi. Tujuannya adalah menginformasikan dan membujuk pelanggan. Iklan, mengkomunikasikan manfaat barang dan jasa kepada calon pelanggan melalui media massa. Penjualan secara pribadi melibatkan seni membujuk dalam penjualan dengan dasar tatap muka. Program promosi adalah usaha untuk membentuk persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa. Pemasaran bukanlah pertempuran antarproduk, melainkan pertempuran antarpersepsi (Zimmerer dan Scarborough, 2008).

D. Strategi Perusahaan

Perencanaan strategis merupakan proses perencanaan jangka panjang dengan tujuan menyusun strategi perusahaan yang sesuai dengan misi, sasaran serta kebijakan perusahaan. Untuk menyusun strategi di tingkat korporat perlu diketahui terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan diciptakan. Penciptaan keunggulan bersaing tersebut mengacu pada pemain baru yang masuk ke dalam industri, kekuatan daya beli konsumen, kekuatan pemasok serta produk substitusi sejenis yang dapat dianggap sebagai pesaing (Rangkuti, 2006). Strategi korporat merupakan landasan penyusunan strategi di tingkat unit bisnis dan strategi fungsional dimana secara keseluruhan merupakan satu kesatuan strategi yang saling mendukung dan terkait dalam menghasilkan sinergi bagi perusahaan.

Setiap perusahaan harus memiliki kompetensi inti untuk memperoleh posisi di pasar dan pengaruh pasar. Menurut Rangkuti (2006), untuk memiliki kompetensi inti perusahaan harus memiliki tiga kriteria berikut,

a. Nilai bagi pelanggan (customer perceived value), yaitu ketrampilan yang memungkinkan suatu perusahaan memberikan manfaat yang fundamental

kepada pelanggan, sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal atau lebih murah dibandingkan produk/jasa perusahaan lain.

b. Diferensiasi bersaing (competitor differentiation), yaitu kemampuan untuk berkembang dari segi daya saing. Jadi ada perbedaan antara kompetensi yang diperlukan dan kompetensi pembeda. Tidak layak suatu kompetensi inti jika mudah ditiru pesaing.

c. Dapat diperluas (extendability), dimana kompetensi inti dapat diperluas sesuai keinginan konsumen di masa yang akan datang, sehingga tidak menjadi usang.

Kegiatan yang penting dalam menganalisa strategi perusahaan adalah memahami seluruh informasi, melakukan analisis situasi dan memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan. Hubungan sebab akibat dari semua informasi yang tersedia harus diketahui sebelum melakukan analisis lebih mendalam. Menurut Rangkuti (2008), petunjuk untuk memasahami masalah yang ada adalah sebagai berikut

1. Mengetahui tujuan perusahaan

a) Ke arah mana perusahaana akan dibawa (visi perusahaan)? b) Faktor-faktor kunci apa yang harus diperhatikan?

c) Kapan tujuan tersebut harus dicapai? 2. Deskripsi mengenai bisnis

a) Bagaimana posisi produk yang dihasilkan? b) Bagaimana posisi harga?

c) Bagaimana keahlian manajemen yang dimiliki? d) Bagaimana kondisi persaingan yang ada? e) Siapa pemain yang paling kuat di industri ini? 3. Deskripsi Organisasi

a) Bagaimana struktur organisasi yang dimiliki?

c) Bagaimana keahlian sumber daya manusia? d) Bagaimana dengan gaya manajemen? 4. Evaluasi secara keseluruhan

a) Bagaimana peluang yang ada?

b) Bagaimana dengan kekuatan yang dimiliki? c) Bagaimana dengan masalah yang dihadapi? d) Bagaimana kelemahan yang ada?

5. Alternatif kunci

a) Bagaimana caranya menggunakan seluruh kekuatan untuk merebut peluang dan mengatasi ancaman?

b) Bagaimana mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman?

c) Bagaimana prioritas ditentukan? 6. Memilih alternatif

a) Alternatif apa yang terbaik?

b) Alternatif apa yang dapat memperbaiki situasi?

c) Alternatif apa yang dapat meningkatkan kegiatan operasional? d) Perubahan apa yang bersifat kritis?

e) Sumber daya apa yang bersifat kritis? f) Bagaimana dengan penjadwalan kritis?

Dengan menjawab semua pertanyaan di atas, perusahaan dapat memahami segala sesuatu yang akan dianalisis secara menyeluruh, termasuk kondisi lingkungan eksternal serta kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan.

E. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesess) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti 2006).

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Dua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strength dan Weaknesess serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats (Rangkuti 2006).

Gambar 3. Analisis SWOT (Rangkuti 2006) !

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk mendapatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi memiliki kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan adalah meminimalkan permasalahan internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

F. Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal

Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan secara kualitatif menurut analisis lingkungan internal dan eksternal dengan menggunakan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) dan mariks evaluasi faktor internal (IFE). Matriks tersebut diperlukan untuk mempermudah menyusun strategi perusahaan terkait dengan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi. Untuk mengevaluasi peluang dan ancaman dapat digunakan matriks EFE dan IFE, sedangkan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE).

Tahapan dalam penyusunan matriks EFE dan IFE adalah sebagai berikut. 1. Menuliskan daftar peluang dan ancaman pada kolom pertama.

2. Memberi bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.

3. Memberi rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga yang menyatakan tingkat respon perusahaan terhadap setiap faktor. Rating 4 = respon yang superior, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, 1 = respon di bawah rataan. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal yang diharapkan. Namun demikian, upaya ini merupakan penilaian subyektif.

4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot. 5. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot.

Total skor terbobot nilainya antara 1-4. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan perusahaan mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman dan nilai 4 menunjukkan perusahaan telah sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman. Sedangkan nilai 2,5 menggambarkan bahwa perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rataan untuk matriks EFE (Rangkuti 2006).

Total nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi perusahaan yang sangat buruk dan nilai 4 mengindikasikan perusahaan pada kondisi sangat baik. Sedang nilai 2,5 menunjukkan situasi internal pada tingkat rataan (Rangkuti 2006). Matriks Internal-Eksternal (IE) mengindikasikan 9 sel strategi (Gambar 4).

1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy)

Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit, atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya sehingga dapat meingkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi perusahaan berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha meningkatkan pangsa pasar. Dengan demikian perusahaan yang belum

mencapai titik critical mass (mendapatkan profit dari large scale production) akan mengalami kekalahan, kecuali jika perusahaan ini dapat memfokuskan diri pada pasar tertentu yang menguntungkan.

2. Strategi Pertumbuhan melalui Konsentrasi dan Diversifikasi

Ada dua strategi pertumbuhan pada tingkat korporat, yaitu konsentrasi pada satu industri atau diversifikasi ke industri lain. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan yang memiliki kinerja yang baik cenderung mengadakan konsentrasi, sedang perusahaan yang relatif kurang memiliki kinerja yang baik cenderung mengadakan diversifikasi agar dapat meningkatkan kinerjanya. Jika perusahaan memiliki strategi konsentrasi, dia dapat tumbuh melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal melalui sumberdayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumberdaya dari luar. Jika perusahaan memilih strategi diversifikasi, dia dapat tumbuh melalui konsentrasi atau diversifikasi, baik secara internal melalui pengembangan produk baru maupun eksternal melalui akuisisi. Contoh strategi pertumbuhan adalah sel 1,2,5, 7 dan 8.

3. Konsentrasi melalui Integrasi Vertikal (sel 1)

Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distribusi). Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi.

Intergrasi vertikal dapat dilakukan dengan menggunakan sumber daya internal maupun eksternal. Keuntungan integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta meningkatnya koordinasi dan kontrol.

4. Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal (sel 2 dan 5)

Strategi pertumbuhan melalui intergrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain, dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan berada dalam industri yang sangat atraktif (sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan

penjualan dan profit, dengan cara memanfaatkan keuntungan economics of scale baik di produksi maupun pemasaran. Sementara jika perusahaan berada dalam moderate attractive industry, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5). Tujuannya relatif lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. Perusahaan yang berada di sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi, dan teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi atau joint ventures

Dokumen terkait