• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA 79 LAMPIRAN

5.5. Pola Usahatani Optimal

Optimalisasi pola usahatani dilakukan pada tingkat wilayah di Kecamatan Sungai Raya dengan fungsi tujuan memaksimumkan pendapatan wilayah yang memiliki lahan dengan berbagai tipe kualitas lahan dengan kendala luas lahan, , tenaga kerja dan modal usaha. Berdasarkan input data pada Lampiran 13, semua faktor yang merupakan faktor pembatas dalam kegiatan usahatani sesuai keadaan saat ini dimasukkan sebagai kendala. Jika pola optimal dapat dijalankan oleh petani maka petani akan memperoleh tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, karena dalam solusi optimal terjadi realokasi sumberdaya sehingga menjadi lebih efisien.

Pendapatan petani yang diperoleh jika menjalankan solusi optimal adalah lebih dari Rp. 89,2 milyar per tahun di wilayah Kecamatan Sungai Raya. Pendapatan optimum ini dapat dicapai apabila petani menanam padi-padi musim tanam pertama dan kedua pada kualitas lahan 1 seluas 5.417,72 ha, pada kualitas lahan 2 seluas 7.993 ha dan kualitas lahan 3 seluas 5.861 ha, tanpa menanam padi- padi.jagung dan padi-padi.ubi kayu (musim tanam pertama dan kedua).

Hasil analisis pola usahatani optimal, menunjukkan pada kualitas lahan 1 dari jumlah keseluruhan lahan yang tersedia 7.460 ha hanya terpakai seluas 5.417,72 ha pada pola tanam padi-padi musim tanam pertama dan kedua seperti terlihat pada Tabel 7, dan masih tersisa lahan seluas 2.042,28 ha. Sisa lahan ini masih dapat dioptimalkan penggunaannya dengan menambah faktor kebijakan baru. Pada kualitas lahan 2 dari luas lahan yang tersedia 7.993 ha dan kualitas lahan 3 dari jumlah lahan yang tersedia 5.861 ha tidak ada lahan yang tersisa, digunakan seluruhnya untuk pola tanam padi-padi musim tanam pertama dan kedua.

Dari Tabel 26. dapat dilihat bahwa nilai Marjinal (harga bayangan) yang negatif terjadi pada pola tanam padi-padi.jagung dan padi-padi.ubi kayu pada kualitas lahan 1,2 dan 3. Hal ini berarti akan terjadi penurunan pendapatan pada setiap penambahan 1 ha lahan untuk setiap komoditas, misalnya jika dipaksakan menanam padi-padi.jagung musim tanam pertama dan kedua pada kualitas lahan 1, maka setiap 1 hektar yang ditanami maka petani akan rugi sebesar Rp. 50 juta lebih.

Tabel 26. Luas Penggunaan Lahan Hasil Optimasi Kualitas Lahan Pola Tanam Luas Lahan Tersedia (ha) Luas Lahan Terpakai pada Level Optimal (ha)

Nilai Marjinal Pd-Pd 5417,72 0 1 Pd-Pd.Jg 7460 0 -50.243.895 Pd-Pd.Uk 0 -12.682.590 Pd-Pd 7993.00 0 2 Pd-Pd.Jg 7993 0 -18.292.460 Pd-Pd.Uk 0 -23.166.420 Pd-Pd 5861.00 0 3 Pd-Pd.Jg 5861 0 -52.022.619 Pd-Pd.Uk 0 -10.937.080

Sumber : Data primer diolah (2006)

Sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan usahatani dalam perencanaan optimal adalah lahan, tenaga kerja dan modal. Modal yang termasuk disini yaitu input produksi, dimana input produksi yang dipertimbangkan meliputi benih tanaman, pupuk dan pestisida. Untuk benih tanaman terdiri atas benih padi dan jagung. Adapun pupuk yang digunakan yaitu pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) sedangkan pupuk organik yang digunakan berasal dari limbah ternak sapi. Semua faktor tadi dimasukkan sebagai kendala dalam penyusunan perencanaan pola usahatani optimal.

Sebaran penggunaan tenaga kerja bulanan hasil optimasi disajikan pada Tabel 24, hasilnya menunjukkan tidak semua tenaga kerja keluarga yang tersedia dapat dialokasikan dalam kegiatan usahatani. Dari sebaran penggunaan tenaga kerja bulanan ternyata pada bulan April semua tenaga kerja yang tersedia (878.325 HOK), habis semua terpakai. Pada bulan April ini memasuki masa tanam untuk komoditi padi pada musim tanam kedua, sehingga penggunaan tenaga kerja banyak terkonsentrasi pada bulan ini.

Nilai marjinal (harga bayangan) pada bulan April yang positif menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 HOK tenaga kerja, maka pendapatan optimum akan meningkat sebesar Rp. 88.001,87 /ha/th. Nilai marjinal yang positif ini juga menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan sumberdaya yang langka terutama pada bulan April. Pada bulan Oktober sampai Februari dan Mei sampai Agustus sisa tenaga kerja cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai marjinal

(harga bayangan) sama dengan nol yang berarti tenaga kerja cukup tersedia dan tidak habis digunakan pada bulan-bulan tersebut. Kelebihan tenaga kerja tersebut dapat dimanfaatkan untuk bekerja di luar usahatani dengan menyewakan tenaga kerja keluarga atau mengusahakan komoditi baru yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman utama, sehingga terbuka kemungkinan untuk menambah pendapatan petani.

Tabel 27. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja Hasil Optimasi

Bulan Jumlah Tenaga Kerja Terpakai

pada Level Optimal (HOK)

Tenaga Kerja Tersedia (HOK) Nilai Marjinal Okt 825.899 878.325 0 Nov 55.239 878.325 0 Des 419.965 878.325 0 Jan 156.670 878.325 0 Feb 686.271 878.325 0 Apr 878.325 878.325 88.001 Mei 58.721 878.325 0 Jun 446.449 878.325 0 Jul 166.030 878.325 0 Agt 730.136 878.325 0

Sumber : Data primer diolah (2006)

Penggunaan modal usahatani hasil optimasi ditunjukkan pada Tabel 28. dimana nampak bahwa petani tidak memerlukan adanya tambahan modal dari luar, karena modal yang tersedia bisa membiayai kegiatan usahatani yang dilakukan petani. Nilai Marjinal (harga bayangan) sama dengan nol artinya dari modal yang terpakai masih ada modal yang tersisa. Modal ini dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usahatani baru atau perluasan lahan usahatani.

Tabel 28. Penggunaan Modal Usahatani Hasil Optimasi

Modal Terpakai pada Level Optimal (Rp/th)

Modal Tersedia (Rp/th)

Nilai Marjinal

27.420.340.000 40.011.552.000 0

Apabila petani di Kecamatan sungai Raya ingin menjalankan kondisi optimal seperti hasil optimasi maka petani harus mampu memenuhi kebutuhan

input produksi untuk usahatani tiap musim tanam. Kebutuhan input tiap musim tanam dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Kebutuhan Input Produksi Pola Usahatani Optimal

Kebutuhan Input Produksi Musim Tanam I Musim Tanam II Jumlah ( pertahun) Benih Padi (kg) 787.901,0 670.175,0 1.458.076,0 Pupuk Kandang (kg) 3.646.348,0 2.806.394,0 6.452.742,0 Pupuk Urea (kg) 1.560.021,0 1.140.337,0 2.700.358,0 Pupuk SP-36 (kg) 1.151.334,0 815.469,0 1.966.803,0 Pupuk KCl (kg) 760.940,0 508.895,0 1.269.835,0 Pestisida (lt) 30.319,0 31.447,0 61.766,0

Sumber : Data primer diolah (2006)

Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui jumlah keseluruhan sarana produksi yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani di Kecamatan sungai Raya pada kondisi optimal. Jumlah keseluruhan bibit padi gogo yang dibutuhkan apabila kondisi optimal dijalankan oleh petani tiap musim tanam masing-masing sebesar 787.901,0 kg dan 670.175,0 kg. Kebutuhan pupuk kandang tiap musim tanam masing-masng sebesar 3.646.348,0 kg dan 2.806.394,0 kg. Total kebutuhan pupuk urea tiap musim tanam masing-masng sebesar 1.560.021,0 kg dan 1.140.337,0 kg. Kebutuhan pupuk SP-36 tiap musim tanam masing-masng sebesar 1.151.334,0 kg dan 815.469,0 kg. Kebutuhan pupuk KCl tiap musim tanam masing-masng sebesar 760.940,0 kg dan 508.895,0 kg. Kebutuhan pestisida tiap musim tanam masing-masng sebesar 30.319,0 lt dan 31.447,0 lt.

Apabila hasil optimasi dijalankan yaitu petani menanam padi-padi dalam setahun dengan dua musim tanam, maka petani di wilayah Kecamatan Sungai Raya akan memperoleh hasil produksi padi sebanyak 24,6 ribu ton padi pada musim tanam I dan 22,1 ribu ton pada musim tanam II. Hasil produksi komoditi padi hasil optimasi ditunjukkan pada Tabel 30.

Tabel 30. Produksi Komiditi Padi Hasil Optimasi Tiap Musim Tanam Hasil Produksi Musim Tanam (Ton) I 24.577,5 II 22.063,8 Sumber : Data primer diolah

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis penggunaan dan penutupan lahan di lokasi penelitian adalah : pekarangan, tegal/kebun/ladang/huma, sementara tidak digunakan, hutan Negara dan lainnya.

2. Petani di lokasi penelitian melakukan usahataninya selama dua musim, dimana musim tanam pertama dimulai bulan Oktober – Februari (awal musim hujan) petani menanam padi secara monokultur dan musim tanam kedua dimulai bulan April – Agustus petani menanam padi monokultur dan padi tumpangsari dengan palawija (jagung dan ubi kayu), dengan dua kali masa bera yaitu Maret dan September.

3. Kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya memiliki kesesuaian lahan tergolong Sesuai Marjinal (S3) untuk seluruh komoditi padi gogo, jagung dan ubi kayu yang dievaluasi kesesuaian lahannya. Faktor pembatas utama adalah : curah hujan, kelembaban, draenase, tekstur, pH, kejenuhan basa dan C- organik.

4. Berdasarkan hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa struktur input yang dibutuhakn untuk usahatani yaitu : benih (padi dan jagung), pupuk (kandang, urea, SP-36 dan KCl) dan pestisida. Sedangkan struktur output yang dikeluarkan untuk usahatani yaitu : tenaga kerja.

5. Biaya input benih terbesar yaitu untuk benih padi pada kualitas lahan 1 pada pola tanam padi-padi.jagung sebesar Rp. 296 ribu per hektar per tahun, input pupuk terbesar pada kualita lahan 2 pada pola tanam padi-padi.jagung sebesar Rp. 507 ribu per hektar per tahun, sedangkan biaya pestisida terbesar pada kualitas lahan 2 padaa pola tanam padi-padi.jagung sebesar Rp. 315 ribu per hektar per tahun.

6. Hasil analisis usahatani pendapatan bersih terbesar selama satu tahun diperoleh dari pola tanam tumpangsari antara tanaman padi dengan tanaman jagung dengan rata-rata pendapatan Rp. 6,8 juta hektar tahun pada kualitas

lahan 1, sedangkan pendapatan bersih terkecil diperoleh dari pola tanam padi- padi.ubi kayu pada kualitas lahan 3 sebesar Rp. 3 juta per hektar per tahun. 7. Aktivitas menanam pada usahatani optimal tingkat petani meliputi aktivitas

menanam padi-padi pada kualitas lahan 1,2 dan 3, dimana hasil optimasi menunjukkan bahwa pendapatan optimum yang dapat dicapai di wilayah Kecamatan Sungai Raya sebesar Rp. 89,2 milyar/tahun apabila petani menjalankan pola tanam optimal dari hasil optimasi.

6.2. . Saran

1. Agar tujuan pemanfaatan lahan kering untuk tanaman pangan dapat tercapai yaitu meningkatkan pendapatan petani, maka petani disarankan untuk mengusahakan tanaman pangan di lahan kering sesuai dengan kondisi optimal. 2. Disarankan untuk mempertimbangkan menggunakan jumlah responden yang

lebih luas dan lebih banyak, serta menambah beberapa data yang dapat dimasukkan dalam model linier.

3. Disarankan adanya pembinaan secara intensif terhadap industri-industri rumah tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian tanaman pangan, sehingga kelebihan produksi sebagai akibat pemanfaatan lahan kering secara optimal, dapat dimanfaatkan secara efisien agar pendapatan keluarga petani dapat lebih meningkat.

4. Berhubung koefisien-koefisien teknis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat statis, maka untuk penggunaannya, disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai koefisien-koefisien teknis dengan sifat dinamis.

Abdurachman, A., K. Nugroho dan Sumarmo. 1995. Pengembangan Lahan Kering untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia.

Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Adiningsih, E. S. 1996. Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub. DAS Cimuntur DAS Citanduy Jawa Barat. Thesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Amien, I. 1999. Kesesuaian Tanaman dan dan Pemilihan Sistem Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Pakar. Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan. Prosiding Simposium Nasional Malang, 29-31 Agustus 1991. Puslittanak. Bogor. Hal. 64-71.

Arsyad, S. 1976. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2000. Kalimantan Barat dalam Angka.

Bols, P.L. 1978. The Isoerodent Map of Java and Madura. Belgium Technical Assistance Projecy ATA 105. Soil Research Institute. Bogor.

Cooke, G.W. 1982. Fertilizing for Maximum Yield. 3rd Ed. Macmilian Publishing Co., Inc. New York.

Cerite foe Soil Research/ Food and Agriculture Organization (CSR/ FAO) Staff. 1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1 : 250.000 Scale, Atlas Format Procedures. Centre For Soil Research Bogor. Indonesia.

Dent, D. and A. Young. 1983. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen and Unwin Pub. Ltd. London.

Djaenudin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani. 1997. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Adroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 1983. Pengembangan Pola Pertanaman dalam Usaha Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Bandung.

Dinas Pertanian Kalimantan Barat. 2000. Potensi Investasi Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kalimantan Barat.

Haeruman, H. 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekolah Pascasarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Balley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Andalas. Lampung.

Hammer, W.I. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report. Agol/Ins/78/606 note. No.10. Center for Soil Research. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1983. Ilmu Tanah. Mediyatama Perkasa. Jakarta.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Harwood, R.R. 1979. Small Farm Development. Understanding and Improving Farming System in the Humid Tropics. Westview Press. Boulder. Colorado.

Hikmatullah, B. H. Prasetyo dan N. Suharta. 2001. Identifikasi Potensi dan Kendala Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembanagan Pertanian Kawasan Andalan di Propinsi Kalimantan Timur Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Pupuk, Cisarua- Bogor, 30-31 Oktober 2001. Puslittanak. Bogor. Buku I. Hal. 111-116.

Hudson, H.W. 1971. Soil Conservation. Cornel University Press. Ithaca, New York.

Jones, W. I. and R. Egli. 1984. Farming System in Africa. The Great Lake Highlands of Zaire, Rwanda, and Burundi. World Bank Paper. Number 27. Washington D. C. USA.

Kahar, A. 1995. Kebijakan Pengembangan Lahan Kering untuk Mendukung Pemantapan Swasembada Pangan. Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Karama, A.S. dan A. Abdurrachman. 1993. Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Berwawasan Lingkungan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbangtan Tanaman Pangan dan Badan Litbang Deptan.

Karama, A.S. 1999. Kebijakan Departemen Pertanian dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan yang Optimal. Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian

Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Kasryno, F. 1979. Analisis Linier Programming Sektor Pertanian di Indonesia. Agro-Ekonomika II.

Leiwakabessy, F. M. 1988. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, faperta, IPB. Bogor.

Nasendi, N. B. dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. PT. Gramedia, Jakarta.

Oldeman, L.R. 1994. The Global Extent of Soil Degradation. In : Soil Resilience and Sustainable Land Use. Proceding of A Symposium Held in Budapest, 28 September to 2 October 1992, Including the Second Workshop on The Ecological Foundations of Sustainable Agriculture (WEFSA II).

Reinjtjes, C., B. Haverkort and W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Terjemahan Kanisius. Yogyakarta.

Sandi, I,J. 1990. Pengaruh Sistem Usahatani Konservasi Lahan Kering terhadap Produktivitas Tanah dan Pendapatan Usahatani di Sub DAS Jragung Kabupaten Semarang. Tesis Magister Sains. IPB. Bogor.

Sajogjo. 1988. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum. Gramedia. Jakarta.

Saefulhakim, R.S. 1994. A Land Availability Mapping Model for Suitainable Land Use Management. Phd. Disertation of the Regional Planning Laboratory. Kyoto University. Japan.

Saefulhakim, R.S. dan Nasoetion, L.I. 1995a. Kebijaksanaan Pengendalian Konservasi Sawah Beririgasi Teknis. Prosiding Penelitian Tanah, no.12/1996. Pusat Penelitian Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saefulhakim, R.S. dan Nasoetion, L.I. 1995b. Rural Land Use Management for Economic Development, Laboratory of Land Resources Development Planning. Departement of Soil Sciences, Faculty of Agriculture, Bogor Agriculture University. Bogor.

Saefulhakim, R.S. 1997. Konsep Dasar Penataan Ruang dan Pengembangan Kawasan Pedesaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Kerjasama Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dan kota (P3WK-ITB), Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, PTSP, ITB. Bandung. Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Bandung. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saefulhakim, R.S., E. Rustiadi, D.R. Panuju. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Konsep Dasar dan Teori. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Semaoen, M. I., L. Agustina, L. Stroosnijder, Soemarmo, M. Munir, L. Hakim, Daryono, E. Legowo. 1991. Pendekatan Sistem Usahatani Yang Berkelanjutan Di Lahan Kering. Prosiding Simposium Nasional. Malang, 27-29 Agustus. 1991. Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering Yang Berkelanjutan. Malang. Hal. 2-8.

Silalahi, S.B. 1985. Penggunaan Tanah Berencana (Land Use Planning). Bahan Diskusi dalam Studi Ilmiah Tentang Agraria di Akademi Agraria Yogyakarta, 30 Desember 1985. Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri.

Sitorus, S.R.P. 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.. Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, S.R.P. 1996. Dampak Pembangunan Terhadap Tanah, Lahan dan Tata Ruang Serta Penanganannya. Kumpulan Materi AMDAL. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung.

Sitorus, S.R.P. 2003. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.. Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1985. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekartawi. 1992. Linier Programming: Teori dan Aplikasi Khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Raja Grafindo. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soewardi, B.1977. Integrasi Peternakan dalam Sistem Usahatani Terpadu. Kertas Kerja yang Disajikan pada Simposium Peranan Peternakan dalam Pemulihan Tanah Kritis di Daerah Padat Penduduk.

Sudaryono, 1997. Rekomendasi Sistem Usahatani Konservasi Di Wilayah Proyek Pertanian Lahan Kering Jawa Timur. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Pertanian Pelestarian Sumberdaya Alam. Prosiding

Konggres Ke-II dan Seminar Nasional MKTI. Yogyakarta, 27-28 Oktober 1993. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Bogor. Hal. 26- 33.

Sumantri, B. 1991. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering Untuk Tanaman Pangan Di Daerah Tingkat II Kabupaten Banyumas. Tesis Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suryatna, E.,I. Ismail, H. Nataatmadja dan I. Basa. 1982. Hasil Penelitian Menunjang Program Transmigrasi. Departemen Pertanian. Badan Litbang Pertanian Proyek P3MT. Bogor.

Suryatna, E.S., J.L. McIntosh, A. Syarifuddin dan Imtias. 1983. Peningkatan Produksi Pangan pada Lahan Kering Podsolik Merah Kuning Melalui Pola Tanam. Peranan Hasil Penelitian Padi dan Palawija dalam Pembangunan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Bogor.

Syam, A., K. Kariyasa, E. Sujitno dan Z. Zaini. 1996. Pengembangan Lahan Kering untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Prosiding Lokakarya Evaluasi Hasil Penelitian Usahatani Lahan Kering. Bogor 1996. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Tim Biro Perencanaan Deptrans. 1984. Kriteria Kesesuaian Lahan Pola-pola Pemukiman Transmigrasi dalam Rangka Survey dan Pemetaan Tingkat Tinjau Sumberdaya Lahan dan Sumberdaya Alam lainnya. Proyek Rencana Pemukiman Transmigrasi, Departemen Transmigrasi. Jakarta. 45 Halaman.

Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bekerjasama dengan proyek {embangunan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Tohir, K. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani di Indonesia. Bagian Dua. Cara-cara Petani Indonesia Memanfaatkan Alam dan Cara-cara Pendekatan Pembangunan Usahatani Indonesia. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Verinumbe, I., H.C. Knipscheer and E. E. Enabor 1984. The Economic Potensial of Leguminose Tree Crops in Zero-Tillage Cropping in Nigeria. A Linier Programming Model. In Agroforestry System 2. Martinue Nijhoff-Dr. W. Junk Publishers. Dordrecht. Nederlands.

Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses. US. Dept. Agric. Handbook. No.537.

Lampiran 1. Nilai faktor C dari Berbagai Tanaman dan Pengelolaan atau Penggunaan Lahan

No. Jenis Tanaman dan Pengelolaannya / Tipe penggunaan lahan

Nilai

faktor C Sumber

1 Tanah bera tanpa tanaman, diolah 1,0 1

2 Sawah beririgasi 0.01 1, 2

3 Sawah tadah hujan 0,05 1

4 Tegalan, tanaman tidak spesifik 0,05 1

5 Rumput brachiaria • Tahun pertama • Tahun kedua • Tahun seterusnya 0,3 0,02 0,002 1, 2 2 2 6 Ubi kayu Ubi kayu 0,363 0,7 1 1 7 Jagung Jagung 0,7 0,637 1 2 8 Padi gogo, tegalan, lahan kering

Padi gogo

0,5 0,565

1 2

9 Kacang-kacangan, tidak spesifik 0,6 1

10 Kacang jogo 0,161 2

11 Kacang tanah 0,452 2

12 Kedelai 0,399 2

13 Sorgum 0,242 2

14 Sereh wangi (Citronella) 0,434 1, 2

15 Kentang 0,4 1

16 Tebu 0,2 1

17 Pisang (jarang, sebagai monokultur) 0,6 1

18 Talas 0,85 1

19

Kebun campuran, tajuk bertingkat, penutup tanah bervariasi)

• Kerapatan tinggi

• Ubi kayu/kedelai

• Kerapatan sedang

• Kerapatan rendah (Cayamus sp, kacang tanah)

0,452 0,1 0,2 0,3 0,5 2 1 2 1 2 20

Tanaman perkebunan dengan tanaman penutup tanah (permanen)

• Kerapatan tinggi

• Kerapatan rendah 0,1

0,5

1 1 21 Reboisasi dengan penutup tanah, tahun pertama 0,3 1

22 Kopi dengan penutup tanah 0,2 1

23 Tanaman bumbu ( cabe, jahe) 0,9 1

24 Perladangan berpindah 0,4 1

25

Hutan, hutan alami (primer) berkembang baik :

• Serasah tinggi • Serasah sedang 0,001 0,005 1, 2 1 26 Hutan produksi : • Tebang habis • Tebang pilih 0,5 0,2 1 1 Keterangan (Sumber) :

1. Hammer, 1981, dalam Sinukaban, 1989

2. Adimihardja, Abujamin dan Kurnia. U, 1981, dalam Sinukaban, 1989 3. Pusat Penelitian Tanah, 1973 – 1981, dalam Sinukaban, 1989.

Lampiran 1. (Lanjutan)

(1) (2) (3) (4)

27

Kebun produksi (penutup tanah jelek)

• Karet • Teh • Kelapa sawit • Kelapa 0,8 0,5 0,5 0.5 1 1 1 1 28 Kolam ikan 0,001 1

29 Lahan kritis, tanpa vegetasi 0,95 1

30 Semak, belukar 0,3 1

31 Sorgum – sorgum (terus menerus) 0,341 3

32 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) 0,209 3 33 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) + mulsa jagung 0,083 3 34 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) + mulsa jerami 2 ton/ha dan 10 –

20 ton pupuk kandang 0,030 3

35 Padi gogo tumpangsari jagung + ubi kayu dirotasikan dengan kedelai

atau kacang tanah 0,421 3

36 Jagung dan kacang tanah, sisa tanaman jadi mulsa 0,014 3

37 Alang-alang permanen 0,021 3

38 Alang-alang dibakar satu kali 0,20 3

39 Semak, lamtoro 0,51 3

40 Albisia dengan semak campuran 0,012 3

41 Albisia tanpa tanaman bawah 1,0 3

42 Kentang ditanam mengikuti arah lereng 1,0 3 43 Kentang penanaman mengikuti kontur 0,35 3

44 Bawang, penanaman dalam kontur 0,08 3

45 Pohon tanpa semak 0,32 3

46 Ubi kayu tumpangsari dengan kedelai 0,181 2 47 Ubi kayu tumpangsari dengan kacang tanah 0,195 2

48 Ubi kayu + sorgum (tumpangsari) 0,345 2

49 Padi gogo + sorgum (tumpangsari) 0,417 2 50 Kacang tanah + kacang gude (tumpangsari) 0,495 2 51 Kacang tanah + kacang panjang (tumpangsari) 0,571 2 52 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton / ha 0,049 2 53 Kacang tanah + mulsa batang jagung 4 ton /ha 0,196 2 54 Kacang tanah , mulsa clotolaria 3 ton / ha 0,028 2 55 Kacang tanah, mulsa kacang panjang 0,259 2

56 Kacang tanah, mulsa jerami padi 0,377 2

57 Padi gogo, mulsa clotolaria 3 ton / ha 0,387 2 58 Padi gogo + jagung + ubi kayu , mulsa jerami 6 ton/ ha, setelah padi

ditanami kacang tanah 0,079 2

59 Padi gogo - jagung – kacang tanah, dalam rotasi, dengan sisa

tanaman jadi mulsa 0,347 2

60 Padi gogo – jagung – kacang tanah, dalam rotasi 0,496 2 61 Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari), dengan mulsa sisa

tanaman 0,357 2

62 Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari) 0,588 2 Keterangan (Sumber) :

1. Hammer, 1981, dalam Sinukaban, 1989

2. Adimihardja, Abujamin dan Kurnia. U, 1981, dalam Sinukaban, 1989 3. Pusat Penelitian Tanah, 1973 – 1981, dalam Sinukaban, 1989.

Lampiran 2. Nilai Faktor P Beberapa Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman (CP)

No Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman P dan CP Sumber

1 Teras Bangku Teras Bangku : • Konstruksi baik • Konstruksi sedang • Konstruksi buruk 0,037 0,04 0,15 0,35 2 1 1 1 2 Teras tradisional 0,35 1 3

Teras koluvial ditanami strip rumput/bambu atau rumput permanen seperti rumput bahia :

• Disain baik, tahun pertama

• Disain buruk, tahun pertama