• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN LAPANGAN

POTRET KELURAHAN MEKARSAR

Kondisi Geografis

Kelurahan Mekarsari merupakan salah satu kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah cakupan Kota Banjar. Pada tahun ini Mekarsari berganti nama dari desa menjadi kelurahan, dan terbagi menjadi 25 RW dan 99 RT. Kelurahan ini mempunyai luas wilayah sebesar 285454 ha/m2 dengan curah hujan sekitar 2 645

Mm dan mempunyai tinggi tempat dari permukaan laut sebesar 32 mdl. Batas administrasi Kelurahan Mekarsari adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Banjar, Kecamatan Banjar Sebelah selatan : Desa Binangun, Kecamatan Pataruman Sebelah timur : Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman Sebelah barat : Kelurahan Banjar, Kecamatan Banjar

Pada tabel di bawah ini akan menunjukkan luas wilayah dari Kelurahan Mekarsari menurut penggunaannya.

Tabel 2 Luas wilayah menurut penggunaan Kelurahan Mekarsari

Penggunaan lahan Luas (ha/m2) Persentase (%)

Luas pemukiman 131 999 46 Luas persawahan 129 542 45 Luas perkebunan 0.6 0.21 Luas kuburan 0.2 0.79 Luas pekarangan 0 0 Luas taman 0 0 Perkantoran 2 931 1

Luas prasarana umum lainnya 19 981 7

Total luas 284 454.8 100

Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan Mekarsari 2012

Kelurahan Mekarsari merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Kota Banjar berada di selatan bagian Jawa Barat. Jarak dari kelurahan ke ibukota kecamatan adalah 2 km, jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor hanya membutuhkan waktu kurang lebih 0.15 jam. Jarak ke ibukota kabupaten/kota adalah 3 km, jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor hanya membutuhkan waktu kurang lebih 0.2 jam. Sedangkan jarak ke ibukota propinsi adalah 148 km, jika

ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam.

.

Kondisi Demografi Kelurahan Mekarsari

Penduduk

Menurut sumber data dari Kelurahan Mekarsari, terdapat perkembangan kependudukan yang terjadi dilihat jumlah penduduk dari tahun sebelumnya.

Tabel 3Jumlah penduduk Kelurahan Mekarsari berdasarkan jenis kelamin

Waktu Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah KK Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan

2012 4 613 16 632 8 368 8 264

2011 4 628 16 404 8 264 8 140

Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan Mekarsari 2012

Berdasarkan kelompok usia, usia penduduk Kelurahan Mekarsari ini sangat beragam tabel di bawah ini menunjukkan sebaran jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia.

Tabel 4 Jumlah penduduk Kelurahan Mekarsari berdasarkan kelompok usia

Kelompok Usia Jumlah

0-4 1 260 5-9 1 516 10-14 1 505 15-19 1 435 20-24 1 207 25-29 1 522 30-34 1 291 35-39 1 074 40 tahun ke atas 5 822 Total 16632

Ketenagakerjaan

Melihat dari data desa, penduduk usia 18-56 tahun adalah laki-laki sebanyak 4 672 orang dan perempuan sebanyak 4 695 orang, namun penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja adalah laki-laki sebanyak 2 261 orang dan perempuan sebanyak 1 249 orang. Terdapat berbagai macam jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh warga Mekarsari untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Berikut gambar diagram persentasi penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Gambar 2 Diagram persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian, sumber data potensi Desa dan Kelurahan Mekarsari 2012

Berdasarkan gambar 2 dapat terlihat bahwa, mata pencaharian didominasi oleh pedagang keliling, petani disusul dengan buruh tani. Mata pencaharian lainnya adalah terdiri dari pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa penduduk, seperti pengrajin, montir, dokter swasta, bidan swasta, perawat swasta, TNI, POLRI, pengacara, dosen dan dukun terlatih kampung.

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di Kelurahan Mekarsari juga sangat beragam, mulai dari tamat SD/ sederajat, tamat SMP/ sederajat, tamat SMA/ sederajat, tamat D-1, D-2, D-3, Tamat S-1, S-2, S-3. Hal ini dapat dilihat pada gambar diagram berikut.

20% 9% 9% 45% 1% 9% 3% 4% Petani Buruh tani PNS Pedagang Keliling POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha Kecil dan Menengah

Gambar 3 Diagram tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Mekarsari, sumber data potensi desa dan Kelurahan Mekarsari 2012

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan mayoritas tingkat pendidikan di Kelurahan Mekarsari adalah tamat SD. Hal ini dikarenakan masyarakat dahulu tidak terlalu mementingkan pendidikan, adanya faktor biaya dan keadaan ekonomi kelurga yang mengharuskan anak tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Semakin hari kesadaran akan pendidikan pun menjadi berubah. Masyarakat sadar bahwa anaknya kelak harus berusaha dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuannya. Adanya bantuan pemerintah pusat, yaitu BOS (Bantuan Operasional Sekolah) maka biaya sekolah menjadi gratis, maka semakin bersemangatlah anak-anak untuk bersekolah. Selain itu, setelah Banjar menjadi Kota, walikota Banjar Herman Sutrisno sangat memperhatikan pendidikan, beliau berusaha agar semua masyarakat Kota Banjar dapat bersekolah.

Religi

Melihat dari sekian penduduk di Kelurahan Mekarsari, mayoritas penduduk di sana adalah beragama Islam sebesar 98 persen, selanjutnya Kristen 1.3 persen, Katholik 0.3 persen, Budha 0.2 persen dan Khonghucu 0.2 persen. Walaupun didominasi oleh agama Islam, rasa toleransi dan tenggang rasa antar agama cukup baik. Hal ini terlihat bila terdapat acara keagamaan salah satu agama terselenggara dengan aman, tentram dan damai. Tidak pernah ada saling menyakiti atau saling intimidasi antar agama. Berikut tabel frekuensi jumlah pemeluk agama berdasarkan jumlah penduduk

4185 27583407 113 194 78 101 13 14 3891 867 249 145 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 J u m la h Pend u d u k Tingkat Pendidikan

Tabel5Persentase jumlah agama berdasarkan jumlah penduduk Agama Persentase (%) Islam 98 Kristen 1.3 Katholik 0.3 Hindu 0 Budha 0.2 Khonghucu 0.2 Total 100

Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan Mekarsari 2012

Sarana dan Prasarana

Prasarana transportasi darat di Kelurahan Mekarsari dimana kondisi jalan kelurahan, jalan kabupaten yang melewati kelurahan dan jalan propinsi yang melewati kelurahan adalah baik. Sarana transportasi darat yang dimiliki oleh Kelurahan Mekarsari adalah ojek dan becak. Selain itu, kelurahan ini juga mempunyai prasarana komunikasi dan informasi, prasarana air bersih yang lebih didominasi oleh pengguna sumur gali dan PAM, serta keadaan sanitasi yang cukup baik. Kelurahan Mekarsari juga memiliki gedung kantor dengan kondisi yang baik karena baru saja selesai dibangun dilengkapi dengan inventaris dan alat tulis kantor. Selain itu, terdapat bangunan untuk peribadatan masing-masing agama, seperti masjid, mushola, gereja Kristen Protestan dan gereja Katholik.

Di samping itu, kondisi di sana dilengkapi dengan prasarana olah raga, antara lain terdapat lapangan bulu tangkis, lapangan voli, meja pingpong dan pusat kebugaran. Fasilitas ini bisa digunakan oleh semua warga yang ingin memanfaatkannya. Menangani masalah kesehatan, fasilitas yang dimiliki oleh kelurahan ini adalah puskesmas dan puskemas pembantu, poliklinik/ balai pengobatan, apotek, posyandu, toko obat, balai pengobatan masyarakat yayasan/ swasta, kantor praktek dokter dan rumah bersalin. Fasilitas tersebut juga dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang memadai, seperti dokter umum dan spesialis, dokter gigi, dukun bersalin, bidan, perawat, dan pengobatan alternatif.

Masa Lalu Kelurahan Mekarsari

Sekitar tahun 2010 dimana sawah masih terlihat membentang hijau di beberapa daerah menambah cantiknya pemandangan di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Banjar, Kota Banjar. Para petani penggarap masih sibuk untuk mengelola lahan garapannya. Walaupun dengan luas lahan yang berbeda-beda akan tetapi keadaan mereka pada saat itu berkecukupan dengan penghasilan yang mereka dapat dari lahan garapannya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

Tidak hanya menjadi penggarap, beberapa responden ada pula yang memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan rumahtangga.

Saat itu, mereka merasakan apa yang disebut sejahtera dan dapat mensyukuri apa yang telah mereka dapatkan. Kondisi tempat tinggal yang dimiliki memang sudah permanen dan ada beberapa yang memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Tidak hanya itu, akses kesehatan dan akses pendidikan pun semakin mudah karena janji program Walikota Banjar yang ingin mensejahterakan masyarakatnya. Menjadi penggarap adalah anugrah bagi mereka, karena ada yang telah menggarap sejak zaman Jepang pada lahan tersebut. Walaupun sempat tersirat untuk bekerja pada sektor non-pertanian namun kembali mereka berfikir minimnya kemampuan mereka bila bekerja di luar sektor pertanian. Sehingga mereka sangat menikmati menjadi penggarap dengan rasa aman pada penghasilan yang mereka dapat dari hasil menggarap dan hanya beberapa saja mempunyai sampingan bekerja pada sektor non pertanian seperti menjadi buruh bangunan, usaha dagang dan tukang becak.

Melihat area tempat tinggal yang berdekatan masih satu kampung membuat kualitas hubungan sosial antar mereka terjalin dan terjaga dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan ketentraman dan kedamaian yang mereka bangun, tolong menolong ketika ada warga yang membutuhkan terlebih ketika ada kegiatan gotong-royong untuk memperbaiki fasilitas umum di kampungnya. Tidak hanya itu, kebersamaan terjalin ketika musim panen tiba, bersama-sama pergi menuju hamparan kuningnya padi yang siap untuk dipanen. Biasanya, setalah panen selesai mereka mengadakan syukuran bersama-sama, mereka menyebutnya botram,yang artinya makan bersama-sama warga setempat. Sangat terasa kebersamaan dan kedakatan yang terjalin saat itu dan tidak dapat mereka lupakan saat-saat berkumpul dan bercengkrama bersama warga.

Masa Kini KelurahanMekarsari

Saat ini Banjar telah menjadi Kota yang baru menginjak umur 11 tahun. Seiring dengan peningkatan status Banjar tersebut, dalam prosesnya kota baru ini terus melakukan pembangunan di beberapa wilayah Kota Banjar, termasuk di Kelurahan Mekarsari yang memiliki jarak relatif dekat dengan pusat kota. Walikota Banjar terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya, sehingga kebutuhan akan lahan pun menjadi semakin meningkat dan pada akhirnya merampas lahan pertanian, dalam penelitian ini yang dimaksud adalah lahan sawah yang berubah menjadi bangunan baru atau non-pertanian. Musibah ini dialami oleh rumahtangga petani penggarap yang tersisih dari lahan garapannya yang sekarang telah berubah menjadi perumahan (real estate), gedung STISIP (Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) dan gedung DPRD Kota Banjar.

Ketidakmampuan dalam mempertahankan lahan garapan dikarenakan lahan tersebut adalah bukan hak milik mereka, tetapi dengan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan. Keadaan ini menyebabkan setelah lahan tersebut dijual oleh pemiliknya menyebabkan para penggarap mau tidak mau harus pergi dari

lahan garapan yang selama ini telah menghidupi keluarganya. Sedih rasanya mereka harus kehilangan lahan garapan dan tidak mendapat lahan garapan pengganti, hanya beberapa saja yang dapat memperoleh lahan garapan pengganti sehingga saat ini masih menjadi penggarap. Bagi mereka yang sudah kehilangan lahan garapannya, saat ini bekerja pada sektor non-pertanian dengan penghasilan yang tidak tetap, bahkan ada yang sudah tidak lagi bekerja karena terbentur usia yang sudah tua.

Merasakan kondisi saat ini, kesejahteraan yang dahulu mereka rasakan kian berubah. Walaupun sebagian mendapat kesempatan bekerja pada sektor non- pertanian dengan upah per hari yang relatif cukup tinggi, akan tetapi pekerjaan yang mereka lakukan sekarang bersifat temporer atau tidak tetap. Sehingga ini belum tentu dapat berkelanjutan pada beberapa tahun yang akan datang. Oleh karena itu, rasa aman yang mereka miliki dalam pekerjaan yang sekarang ini sangat menurun. Jika melihat kondisi akses kesehatan dan akses pendidikan, memang sudah baik dirasakan. Hal ini dikarenakan janji Walikota Banjar yang ingin semakin mensejahterakan dan memajukan masyarakatnya, sehingga dengan adanya program pemerintah dalam hal kesehatan dan pendidikan sangat membantu masyarakat yang kurang mampu, termasuk rumahtangga petani penggarap ini.

Melihat penghasilan yang dirasakan relatif meningkat, namun tidak dirasakan bagi semua pihak yang tersisih ini. Bagi yang tidak mampu memanfaatkan kesempatan yang ada mereka hanya dapat hidup dari penghasilan seadaanya. Ketika pekerjaan yang sudah tidak lagi di area tempat tinggal mereka, maka hal ini berimbas pada hubungan antar mereka yang berdampak pada kualitas hubungan antar warga. Kebersaaman yang dahulu mereka rasakan menjadi kian menurun, tatkala beberapa orang tidak lagi bekerja menjadi penggarap dan bekerja pada lokasi di luar tempat tinggalnya. Mereka rindu sekali keadaan seperti dahulu, namun seiring dengan perkembangan Kota Banjar akan terus terdapat perubahan dan lebih bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Ketidaksiapan mental mereka ditakutkan akan menjadi modal awal pasrah untuk mengahapi perubahan hidup yang dinamis.