• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP-PRINSIP FARMAKODINAMIKA

Dalam dokumen Rpp Dasar Farmakologi Ktsp (Halaman 129-136)

Farmakodinamika adalah Ilmu yang mempelajari cara kerja obat dan efeknya terhadap berbagai fungsi organ dan reaksi biokimia. Harus dibedkan antar kerja obat dan efek obat. 1. Mekanisme kerja obat

Seumpama kita memberikan obat suatu Analgetika-Antipiretika,maka efeknya adalah penurunan suhu badan pada keadaan demam dan emningkatkan ambang nyeri,maka dinamakan efek obat. Teori Reseptor mengatakan bahwa obat hanya dapat menimbulkan efeknya apabila terjadi interaksi antara molekulnya dengan molekul tubuh atau kuman. Tempat-tempat terjadinya hipotesis ini dinamakan reseptor-reseptor bagi obat didalam organisme.

a) Secara fisika,misal anaestetik,laxantia dan diuretik osmotic.

Obat ini dianggap melarut dalam lemak dari membran sel,yang karenanya berubah sedemikian rupa sehingga transport normal dari oksigen dan zat-zat gizi

terganggu,akibatnya hilangnya perasaan.

b) Secara kimiawi,misal Antasida lambung. Antasida ini dapat mengikat asam lambung yang berlebihan dengan reaksi netralisasi kimiawi.

c) Secara kompetisi,yaitu dengan antagonis saingan,misal pada pemakaian sulfa d) Dengan proses metabolisme berbagai macam,misal antibiotika mengganggu

pembentukan dinding sel.

Dapat digambarkan mekanisme kerja obat dengan efeknya dalam bagan sbb: O + R <---OR--- efek

Dalam bagan diatas dapat terlihat bahwa yang dimaksud dengan mekanisme kerja obat adalah akibat langsung penggabungan molekul obat ( O ) dengan suatu Reseptor ( R ) atau zat Reseptif.

Bila Reseptor itu suatu enzym,maka hasilnya berupa penghambatan atau perangsangan enzym tersebut. Setelah obat-Reseptor ( OR ) terbentuk,kemungkinan besar terjadi reaksi berantai,sehingga timbul perubahan fungsi organ tertentu yang dinamakan efek obat. Reseptor obat adalah makro molekul yang bergabung dengan obat dan penggabungan ini merupakan reaksi permulaan dalam suatu rangkaian reaksi yang akhirnya timbul efek. 2. Efek terapeutik

Tidak semua obat bersifat menyembuhkan penyakit,banyak diantaranya hanya

meniadakan atau meringankan gejalanya. Oleh karena itu,kita dapat membedakan 3 jenis pengobatan,yaitu :

2.1 terapi kausal, hanya penyebeb penyakit,khususnya pemusnahan kuman atau parasit. Misal : Antibiotica,Sulfonamida,Anti Malaria,Anthelmintica.

2.2 terapi simptomatis,hanya gejala penyakit,diobati dan diringankan,sebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi,misal : Analgeticum pada Rheumatik,Anti Hypertensi dan Cardiotonica.

2.3 terapi substitusi,obat yang menggantikan zat yang lainnya dibuat oleh organ yang sakit,misal : Insulin pada Diabetes,Estrogen pada Hypofungsi Ovarium dan Obat-obat hormon lainnya.

Untuk dapat memperpanjang efek dapat digunakan beberapa cara antar lain :  menggunakan minyak sebagai pelarutnya untuk zat hydrofil,mis : Hormon

kelamin,Penisillin dsb

 memperkecil daya larut dengan menggabungkan zat yang lain,mis : Protamin Zinc Insulin  menggunakan kristal yang lebih kasar,mis : Insulin

 menambah zat Vasokonstriktor ( zat penciut Pembuluh )agar penyebaran obat diperlambat,mis : Adrenalin pada Procain.

3. Placebo

Placebo adalah suatu cara di Kefarmasian yaitu menggunakan suatu zat yang tidak mempunyai efek Farmakodinamik untuk maksud tertentu.

a. Pada dasarnya merupakan cara pengobatan dengan sugesti yang seringkali menghasilkan efek mengagumkan. Efek Placebo nyata pada pasien yang sedang mendapat terapi dengan Hypnotica,Sedativa juga Analgetika dll.

b. Digunakan dalam uji klinis. Tahap terakhir dalam rangkaian penelitian obat adalah uji klinis,salah satu teknik uji klinis dengan cara uji tersamar ganda. Digunakan 3 macam zat yaitu obat yang akan dinilai,obat standart dan Placebo,dimana bentuk,warna,rasa

harus sama sehingga tidak dapat dibedakan. Placebo tersebut diperlukan untuk mengukur efek Placebo pada kelompok pasien yang diobati.

c. Dapat juga sebagai pelengkap dalam suatu pemberian obat-obatan tertentu,mis : Pil KB. Pil KB harus diminum tiap hari,maka diupayakan sejumlah tablet Placebo yang hanya berisi zat Inaktif ( mis : Glukosa ) yang tetap diminum walau masa Menstruasi, sebagai pelengkap tablet yang berisi zat aktif ( hormon ) yang diminum sesuai petunjuk.

4. Efek-efek obat yang tidak diinginkan a. Efek samping/side effect

Adalah suatu khasiat obat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud pada dosis yang dianjurkan.

b. Idiosinkrasi

Adalah peristiwa dimana suatu obat yang memberikan efek yang secara kwalitatif total berlainan dengan efek normalnya.

c. Allergi

Adalah peristiwa terjadinya reaksi antara Antigen dan Antibodi,karena tubuh telah kelebihan Antibodies.

d. Fotosensitasi

Adalah kepekaan berlebihan untuk cahaya yang diakibatkan penggunaan obat. 5. Efek toksis

Setipa obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menunjukan efek toksis. Pada umumnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya Dosis,dengan mengurangi Dosis dapat mengurangi efek.

Salah satu efek toksis misal efek teratogen yaitu :” efek yang ditimbulkan oleh obat pada dosis terapeutik untuk ibu mengakibatkan cacat pada bayi. Obat yang dicurigai

mempunyai efek teratogen adalah Barbital,Antacida lambung,Asetosal,Amfetamin,Besi dan Sulfonamid

6. Toleransi

Adalah peristiwa dimana dosis obat harus dinaikan terus menerus untuk mencapai efek terapeutik yang sama. Macam-macam toleransi :

a. Toleransi Primer ( bawaan ),terdapat pada sebagian orang dan binatang tertentu,mis : kelinci yang toleran terhadap Atropin.

b. Toleransi secunder ( yang diperoleh ),bisa timbul setelah obat digunakan untuk

beberapa waktu,organisme menjadi peka terhadap obat tsb. Hal ini disebut Habituasi atau kebiasaan.

c. Toleransi silang,dapat terjadi antara zat-zat dengan struktur kimia serupa atau dengan zat yang berlainan.

d. Tachyfylaxis,adalah toleransi yang timbul dengan pesat sekali,apabila pemberian obat diulangi dalam waktu pendek.mis : Ephedrin yang paling sering menyebabkan

Tachyfylaxis.

Habituasi dapat terjadi beberapa cara,yaitu dengan :

- Induksi enzym,mis : Barbital dan Phenilbutason menstimulir terbentuknya enzym yang menguraikan obat-obat tsb.

- Reseptor-reseptor sekunder yang terbentuk ekstrak oleh obat tertentu,mis : Morfin. Dengan demikian jumlah molekul obat menempati reseptor-reseptor dimana efek yang terjadi akan menurun.

- Penghambatan Resorpsi setelah pemberian oral,mis : habituasi untuk preparat-preparat Arsen.

Adiksi atau ketagihan berbeda dengan Habituasi dalam 2 hal,yakni : a) Adanya ketergantungan jasmaniah dan rohaniah.

b) Penghentian pengobatan akan menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental. 7. Resistensi Bakteri

Keadaan dimana bakteri telah menjadi kebal terhadap obat,obat tidak dapat bekerja lagi terhadap kuman-kuman tertentu,yang memiliki daya tahan yang lebih kuat. Dikenal beberapa jenis Resistensi bakteri,yaitu :

7.1 Resistensi bawaan ( Primer ),yang secara alamiah sudah terdapat pada kuman,mis : adanya enzym yang dapat menguraikan Antibiotika. Ada pula bakteri yang dinding selnya menjadi tidak dapat ditembus obat,mis : bakteri Tubercolosa dan Lepra. 7.2 Resistensi yang diperoleh ( sekunder ) adalah akibat kontak dari kuman dengan

Kemoterapeutika dan biasanya disebabkannya oleh terbentuknya secara spontan jenis-jenis dengan ciri-ciri yang berlainan.

Cara lain utnuk menjadi Resisten antar lain : - Adaptasi,mis : menyesuaikan Metabolisme - Adaptasi,mis : memperkuat dinding sel - Adaptasi,mis : melepas dinding sel

Resisten dapat dihindarkan apabila menggunakan pen-takaran obat yang relatif tinggi atau dengan mengkombinasikan obat lebih dari dua macam.

8. Dosis

Yaitu jumlah takaran obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis,antara lain : a. Usia/umur

Rumus perhitungan dosis anak

1. Menurut perbandingan umur orang dws

a. Rumus Young : untuk anak kurang dari 8 tahun Da = n x Ddws

n + 12 b. Rumus Dilling : utk anak lebih dari 8 tahun

Da = n x Ddws 20

c. Rumus fried : untuk bayi (0-12 bln)

Da = n x Ddws 150

• Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun).

Anak-anak

• Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan

farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Factor-faktor yang harus diperhatikan :

• total body water, • protein plasma, • fungsi ginjal dan hati.

Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi

khloramfenikol menimbulkan grey sindrom. Dimana bayi Prematur biasanya

hiperreactif/peka terhadap obat,karena enzym untuk biotransformasi dan fungsi ginjal belum sempurna.

Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon

reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan. Maka bagi orang tua dianjurkan dosis yang lebih rendah sbb :

Usia 65-74,dosis biasa---10 % Usia 75-84,dosis biasa ----20 % Usia 85 lebih,dosis biasa—30 % b. Berat Badan

Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana

jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat..

Rumus Clark Da = W anak x Ddws W dewasa atau Da = W x Dw 70 c. Jenis Kelamin

Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria. Karena umumnya berat badan wanita kurang dari laki-laki. Perbedaan Intensitas efek obat dapat juga terjadi karena perbedaan hormonal. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat

anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan kongenital.

d. Luasnya/besarnya permukaan ( cara pemberian )

Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Cara pemberian dosis juga

mempengaruhi perbedaan Absorpsi. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan. Untuk pemberian dosis Intravena biasanya lebih kecil ketimbang pemberian Subcutan dan oral.

e. Bentuk sediaan dan cara pemakaian

Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses farmakokinetik. Obat yang diberikan sesudah makan,absorpsinya lebih lambat dan tidak sempurna,sehingga efek terapi tidak tercapai. Obat yang dimaksudkan untuk memberikan efek cepat sebaiknya ditelan sebelum makan,seperti : Analgetica,Antibiotika dan Tonica. Obat

yang dapat merangsang mucosa lambung sebaiknya diminum sesudah makan,mis : semua Corticosteroid,Anti Diabetica,Garam-garam

Ferro,Anthelminticum,Antasida,Vasodilator,Khemoterapetika. f. Beratnya penyakit

Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh

pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan

terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang

g. Kecepatan Biotransformasi dan Ekskresi obat

Gangguan fungsi hepar dan ginjal memperlambat eliminasi obat tertentu sehingga dosis obat harus dikurangi untuk mencegah terjadinya keracunan.

h. Faktor Genetika

Faktor genetika dapat mempengaruhi efek obat. Cabang Farmakologi yang

mempelajari pengaruh Genetika terhadap efek obat disebut Farmakogenetika. Mis : TBC

i. Interaksi obat

Efek suatu obat dapat dipengaruhi oleh terdapatnya obat lain. Pengaruhnya dapat menguntungkan atau merugikan bagi tubuh. Terjadinya interaksi obat harus

diperhitungkan bila menggunakan dua obat atau lebih,bila perlu dosis harus disesuaikan untuk mendapatkan efek yang diinginkannya.

j. Toleransi

Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik

k. Variasi Biologik

Setiap individu mempunyai sifat-sifat khas yang mungkin menyebabkan perbedaan reaksi terhadap obat. Perberdaan ini disebut Variasi Biologik.

Orang yang dengan dosis kecil saja sudah mendapatkan efek yang diinginkan disebut bersifat Hiper-reaktiv. Sedangkan seseorang dengan kebutuhan dosis besar untuk mendapatkan efek yang diinginkan disebut Hypo-reaktiv.

9. Kombinasi obat

Dua obat yang dipergunakan secara bersamaan dapat saling mempengaruhi masing-masing,yaitu :

9.1 Antagonisme

Dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekali oleh obat ke dua,karena mempunyai khasiat Farmakologi bertentangan,mis :

- Barbital dan Strychni - Adrenalin Dan Histamin

Hal ini dapat disebabkan karena mempunyai reseptor yang sama,sehingga terjadi persaingan ( kompetitif )

9.2 Sinergisme

Dimana kekuatan obat pertama diperkuat dengan kekuatan obat ke dua,karena efek Farmakologinya searah. Bila jumlah kekuatan sama dengan jumlah kekuatan

masing-masing disebut Adisi atau sumasi. Mis: Asetosal dan Paracetamaol

9.2.1Adisi dan Sumasi, adalah Bila jumlah kekuatan sama dengan jumlah kekuatan masing-masing obat.

9.2.2Potensiasi,adalah bila jumlah kekuatan lebih besar dari kekuatan masing-masing obat.

Mis : Estrogen dan Progesterogen trimetoprim dan Sulfametoksazol Analgetik dan Sedativa

Keuntungan obat kombinasi

Kombinasi obat sering menjadi perbandingan tetap,dengan maksud :

a. Mengadisi kerja terapeutik tanpa mengadisi efek buruk dan mengurangi toksisitas masing-masing,mis : Trisulfa.

b. Menghambat terjadinya Resistensi,mis Rifampisin dengan INH c. Untuk memperoleh Potensiasi,mis : Kotrimoksazol

d. Pada infeksi campuran,mis : Ampisllin dengan kloksasillin.

Pada umumnya dengan penggunaan kombinasi lebih dari dua obat,terutama dengan kemoterapeutik/Antibiotika tidak dianjurkan

Kerugian dengan obat kombinasi a. Pemborosan

b. Takaran masing-masing obat belum tentu sesuai dengan kebutuhan,sedangkan takaran obat tidak dapat dirubah tanpa mengubah pula dosis yang lainnya.

c. Pada kombinasi tetap kecenderungan diagnosa tidak tepat,dan mempermudah terjadinya Resistensi beberapa jenis Kuman.

10.Interaksi obat

Bila seorang pasien menggunakan dua atau lebih obat dalam waktu

bersamaan,kemungkinan besar akan terjadi interaksi antara obat-obat tersebut di dalam tubuh. Seperti :

10.1 Interaksi kimia

Obat bereaksi dengan obat lain secara kimiawi,mis : - Pengikatan Phenytoinum oleh Kalsium

- Pengikatan Penicillin oleh Cu,Pb dan Au

- Pengikatan Tetracyclin oleh logam bervalensi dua 10.2 Kompetisi untuk protein Plasma

Obat mendesak ke obat lain dari ikatannya pada protein,sehinggamemperkuat,mis : Analgetika mendesak Antikoagulan.

10.3 Induksi enzym

Obat yang menstimulir pembentukan enzym hati,sehingga mempercepat perombakan obat lain,mis : Hipnotika dan obat-obat Rheumatika mengurangi kegiatan Phenytoinum.

10.4 Inhibisi enzym

Zat yang mengganggu fungsi hati dan enzym-enzymnya,mis : kombinasi Alkohol dengan obat-obat lain ( pada Elixir )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Dalam dokumen Rpp Dasar Farmakologi Ktsp (Halaman 129-136)