• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-prinsip, Jenis dan Syarat Evaluasi Pembelajaran

Dalam dokumen BUKU EVALUASI PEMBELAJARAN (Halaman 43-51)

a.

Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran untuk Memperoleh Hasil yang Lebih Baik

Secara teoritis untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, menurut

Arifin (2012: 29-30), diperlukan memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Prinsip-prinsip Umum Evaluasi Sumber: Arifin (2012: 29-30). Dari gambar 2.2., di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena pembelajaran itu

sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu:

(a) Dalam melakukan evaluasi dilakukan secara kontinu.

(b) Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa

dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat

diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta

didik.

(c) Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk

saja tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.

2) Komprehensif

(a) Mengambil seluruh objek, sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek

evaluasi itu adalah peserta didik,

(b) Seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang

menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor.

(c) Mengevaluasi objek-objek evaluasi lainnya.

3) Adil dan Objektif

Dalam melaksanakan evaluasi, harus berlaku adil tanpa pilih kasih,

dilakukan dengan cara:

(a) Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa “pandang bulu”.

(b) Hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan

kemampuan peserta didik.

(c) Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat

negatif harus dijauhkan.

(d) Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang

sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

4) Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi, hendaknya bekerjasama dengan semua pihak,

seperti:

(a) Orang tua peserta didik,

(b) Sesama guru,

(c) Kepala sekolah,

(d) Peserta didik itu sendiri.

Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi,

dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.

5) Praktis

Praktis mengandung arti mudah digunakan,

(a) Bagi yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan

menggunakan alat tersebut.

(b) Harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

b.

Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar (Depdiknas, 2003)

Dalam konteks hasil belajar, menurut Depdiknas (2003: 7), terdapat prinsip-

prinsip umum penilaian adalah:

1) Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai

dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran;

2) Mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahan-

bahan yang tercakup dalam pengajaran; mencakup jenis-jenis instrumen

penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan;

3) Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan

secara khusus;

4) Dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara

hati-hati;

5) Dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.

c.

Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar

Dalam tataran praktis, penilaian hasil belajar, menurut Arifin (2012: 53),

perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1)

Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus

dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.

2)

Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.

3)

Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat

(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes.

4)

Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

5)

Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik,

seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio.

6)

Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-

nilai.

7)

Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang

kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang dapat dilakukan.

8)

Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur kepada

semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.

9)

Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut.

10) Penilaian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

a. Jenis Evaluasi berdasarkan tujuan, dibedakan atas tujuh jenis Evaluasi

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.

Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan

guru pada setiap akhir penyajian materi.Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf pengetahuan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2)

Evaluasi Diagnostic

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya (Syah, Muhibbin, 2003: 200).

3)

Evaluasi Selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat atau sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

4)

Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

5)

Evaluasi Formatif

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap

akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

6)

Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan

untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran, atau disebut juga dengan evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.

Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun

ajaran.Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

7)

Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional (UN) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif, yaitu sebagai alat penentu kenaikan status siswa (Muhibbin. 2008: 145).

b. Jenis Evaluasi berdasarkan Sasaran

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan

2)

Evaluasi Input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

3)

Evaluasi Proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik

mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4)

Evaluasi Hasil atau Produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.

5)

Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

c. Jenis Evalusi berdasarkan lingkup Kegiatan Pembelajaran

1)

Evaluasi Program Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program

pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.

2)

Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis- garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

3)

Evaluasi hasil Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

d. Jenis evaluasi berdasarkan Objek Evaluasi

1)

Evaluasi Input

2)

Evaluasi transformasi

Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.

3)

Evaluasi output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran. e. Jenis Evaluasi Berdasarkan Subjek Evaluasi

1)

Evaluasi Internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.

2)

Evaluasi Eksternal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.

3. Syarat Evaluasi Pembelajaran

a. Syarat Penyusunan Alat Evaluasi

Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa

adalah menyusun alat evaluasi(test instrument) yang sesuai dengan kebutuhan, dalam

artian tidak menyimpang dari indikator dan jenis prestasi yang diharapkan.

Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi

belajar (The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni: (1). Reliabilitas; (2).

Validitas (Cross, 1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).

1)

Reliabilitas

Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau dapat dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil (Syah, Muhibbin. 2008: 145).

2)

Validitas

Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid atau abash apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Syah, Muhibbin. 2008: 145).

Sedangkan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 194-198), terurai sebagai berikut:

1)

Kesahihan

Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. untuk memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan insturmen yang memiliki/memenuhi syarat-syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi.

Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil pengalaman.

2)

Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat.

Gronlund (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 196), mengemukakan bahwa,

“keterandalan menunjukkan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimana keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke

pengukuran yang lain”.

Dengan kata lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrument evaluasi.

3)

Kepraktisan

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

c. Ciri-cri dan Persyaratan Evaluasi Pembelajaran

Sementara menurut Arikunto dan Jabar (2010:8-9) evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut:

1) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi

penelitian pada umumnya.

2) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu

memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.

3) Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.

4) Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam

menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.

5) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi

sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.

6) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk

mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi.

7) Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling

kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

8) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat

sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

C. Ragam Bentuk Alat Evaluasi, Sasaran Evaluasi

Dalam dokumen BUKU EVALUASI PEMBELAJARAN (Halaman 43-51)