Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu: (a).
Bentuk objektif; dan (b). Bentuk subjektif.
a.
Bentuk ObjektifBentuk objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternative jawaban, pengisian titik-titik, dan pencocokan satu pernyataan dengan pernyataan lainnya.
Bentuk ini lazim juga disebut tes objektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi score nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya (Syah, Muhibbin. 2008: 146).
b.
Bentuk SubjektifAlat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi belajar
yang jawabannya tidak ternilai dengan score atu angka pasti, seperti yang digunakan untuk
evaluasi objektif (Syah, Muhibbin. 2008: 149).
Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa.
siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.
2. Subjek, Objek/Sasaran Evaluasi
a.
Subjek EvaluasiSubjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap test, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh: untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.
Tidak setiap orang dapat menafsirkan jawaban test kepribadian, sehingga hanya orang yang telah mempelajari test secara mendalam saja yang dapat melakukannya.
Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek yaitu prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari dan sebagainya.
b.
Sasaran/objak EvaluasiObjek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi :
1)
InputCalon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk test yang digunakanan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup empat hal, yakni sebagai berikut :
(a)
Kemampuan(b)
Kepribadian(c)
Sikap-sikap(d)
inteligensi2)
TransformasiTelah dijelasskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan.
unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
(a) kurikulum atau materi
(b) metode dan cara penilaian
(c) sarana pendidikan / media
(d) sistem administrasi
(e) guru dan personal lainnya
3)
OutputPenilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestari belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut test pencapaian.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini disekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah test tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langkah dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa pada para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai.
Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita mau instrospeksi telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.(Suharsimi Arinkunto, 2011: 19-23).
3. Hasil Pembelajaran
Seperti variabel metode dan kondisi pembelajaran, variabel hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan dengan cara yang sama.
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: keefektifan, efisiensi, dan daya tarik, ketiga klasifikasi itu, antara lain:
a.
KeefektifanKeefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar. Ada empat aspek penting yang dpat dipakai untuk memdeskripsikan keefektipan pembelajaran, yaitu;
1)
kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkatkesalahan”,
2)
kecepatan unjuk kerja,4)
tingkat retensi apa yang dipelajari.b.
EfisienEfisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
c.
Daya tarikDaya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecendrungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itukah sebabnya, pengukuran kecendrungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik.
Ciri pembelajaran yang baik apa bila pembelajaran tersebut efektif, artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru.
Kemudian efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apa bila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cendrung untuk mencintai pembelajaran itu, berarti kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.