• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANTARA TRADISI DAN MODERNITAS

4.4. Melahirkan dan nifas

4.4.2. Proses melahirkan

Terdapat dua alternatif yang biasa dipilih oleh para ibu hamil dalam proses persalinan. Pilihan tersebut, antara lain ditolong oleh dukun kampung dan bidan Desa. Dukun kampung juga tidak mengetahui pembukaan sudah lengkap atau belum. Dukun kampung hanya mengetahui sejauh mana turunnya kepala janin dan ketuban sudah pecah atau belum. Ketika ibu hamil tersebut sudah merasakan sakit perut yang sangat dan akan melahirkan, suami ibu yang akan bersalin ini akan segera membuat nyiru. Nyiru merupakan sebuah alas yang dibuat dari kayu bakar yang besar berjumlah 41 dan disusun tinggi. Tinggi susunan sekitar 50 cm. Setelah tersusun tinggi kemudian diberi kayu lebar atau papan dengan posisi miring. Satu bagian kayu berada di atas tumpukan kayu bakar dan bagian lain ditaruh di lantai. Tujuan dibuat nyiru agar ibu melahirkan mudah karena miring ke bawah. selain itu juga ada anggapan bahwa melahirkan di nyiru agar semua darah kotor bisa keluar semua.

Setelah pembuatan nyiru jadi, maka prosesi selanjutnya dengan mendakan ritual saki. Saki dilakukan dengan cara menyembelih ayam jantang kampung kemudian darah ditaruh di piring. Setelah darahnya terkumpul maka darah tersebut dioleskan ke nyiru tersebut. Menurut pak CB, tujuan saki adalah agar ibu dan bayinya selamat serta proses persalinannya lancar. Selain pembuatan nyiru kemudian dukun kampung atau keluarga ibu yang akan bersalin mengumpulkan

beberapa kayu yang dikenal dengan istilah rabun. Rabun berfungsi untuk melindungi ibu yang akan bersalin dan bayinya dari gangguan roh-roh jahat dan hantuen. Setelah semua siap kemudian ibu yang akan bersalin berbaring di papan miring tersebut dengan posisi kepala berada di papan yang bertumpu di atas tumpukan kayu bakar. Tidak ketinggalan rabun yang sudah disiapkan dibakar sehingga tidak lama ruangan tersebut akan dipenuhi oleh asap. Setelah ibu tersebut berbaring di nyiru, kemudian membuka kedua belah kakinya dengan posisi akan melahirkan. Dukun kampung berada di depan jalan lahir dengan menjejakkan kakinya ke paha ibu yang akan bersalin. Tujuannya agar jalan lahir terbuka lebar tidak ada halangan.

Cara atau proses melahirkan dengan didorong baik ada atau tidak adanya kontraksi sampai keluarnya bayi. Orang yang mendorong biasanya saudara ibu yang mau melahirkan sedangkan dukun kampung hanya menunggu dibahwa ibunya sampai keluarnya bayi. Ibu MY bercerita ketika beliau akan bersalin terdapat lima orang yang mendorong perutnya agar bayinya cepat lahir. Sehingga ketika beliau melahirkan merasakan sakit yang luar biasa karena terasa dipaksa bayinya untuk cepat dilahirkan.

Ketika ibu bersalin mengalami kesulitan untuk melahirkan, dukun kampung tersebut meminta satu gelas air putih atau yang dikena dengan istilah lusur. Lusur merupakan segelas air putih yang diberi doa atau bacaan yang bertujuan agar persalinannya tidak mengalami kesulitan. Tidak terbatas dukun kampung yang membaca doa di lusur namun orang lainpun bisa, asalkan mengetahui bacaan atau doanya. Setelah diberi bacaan, kemudian lusur tersebut diminumkan kepada ibu bersalin, sebagian dioleskan ke perut si-ibu, dan diteteskan di atas kepala. Menurut pak CB, selain lusur ada beberapa masyarakat yang meyakini dengan cara menyembelih ayam kampung di atas perut agar darah ayam tersebut dapat menetesi perut ibu bersalin yang mengalami kesulitan. Apabila masih mengalami kesulitan, dukun kampung meminta agar keluarga ibu yang akan bersalin memanggil dukun kampung lainnya agar bisa mengeluarkan bayi dalam kandungan.

Ketika bayi sudah lahir, tali pusat tidak langsung dipotong namun menunggu hingga tembuni (plasenta) keluar. Setelah bayi keluar, ibu bersalin terus didorong perutnya agas plasentanya

117 menyusul keluar. Setelah plasenta semua keluar, maka tali pusar bayi baru dipotong. Selama plasenta belum keluar, bayi tidak boleh dipindah ataupun diurus terlebih dahulu. Sehingga menurut ibu YUL, ketika bayi sudah lahir banyak bayi yang kedinginan karena tidak langsung mendapat perawatan.

Setelah plasenta keluar baru tali pusat dipotong dengan menggunakan gunting yang dicuci dengan air biasa. Ibu TO bercerita, bahwa bila zaman dahulu persalinan ditolong oleh dukun kampung plasenta dipotong menggunakan sembilu. Dengan perkembangan zaman, kini memotong plasenta menggunakan gunting biasa karena lebih praktis. Dalam memotong tali plasensta dukun kampung bermacam-macam tekhnik. Menurut ibu TO, terdapat dukun kampung yang memotong tali plasenta menggunakan gunting, mandau, ada pula yang menggunakan pisau. Perbedaan penanganan ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dukun kampung yang menangani. Ketika akan memotong tali pusar, dukun terlebih dahulu menggosok-gosok tali plasenta dengan mandau dan membacakan doa. Setelah digosok dengan mandau kemudian plasenta tersebut baru dipotong menggunakan gunting.

Dukun kampung meyakini bahwa ada hubungan pernafasan bayi tersebut dengan plasenta oleh sebab itu lah dukun kampung tidak memotong tali pusat hingga sampai plasenta keluar. Dukun kampung juga meyakini jika tali pusat dipotong langsung maka plasenta akan balik lagi ke tubuh ibu. Setelah plasenta dipotong kemudian, bila bayi tersebut laki-laki tali pusat diikat dengan tali yang disebut dengan korot sebanyak 7 kali, sedangkan untuk anak perempuan diikat dengan korot sebanyak 3 kali. Tidak lama kemudian, bayi dimandikan dengan air dingin. Bila rumah ibu bersalin tersebut dekat dengan sungai, maka bayi langsung dibawa ke sungai dan dimandkan di sana. Bila rumahnya jauh dari sungai, bayi dimandikan memakai baskom yang sudah diisi air.

Pak CB bercerita, setelah bayi selesai mandi, keluarga menyiapkan kiring paroi untuk prosesi selanjutnya. Kiring paroi adalah tempat untuk membersihkan padi dari tangkainya dan kemudian bayi ditaruh diatasnya. Sebelum bayi ditaruh di atas kiring paroi terlebih dahulu mempersiapkan beberapa bahalai. bila bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki maka keluarga mempersiapkan 7 lembar kain dan

dilipat. Sedangkan bila bayi tersebut perempuan, maka dipersiapkan 3 lembar kain. Setelah kain dipersiapkan dan dilipat, maka ditaruh di atas kiring paroi begitu juga bayinya. Sehingga susunannya dari atas; bayi, kain yang sidah dilipat (tiga atau tujuh) kemudian kiring paroi. Ketika bayi diletakkan di atas kiring paroi kemudian dibawa ke masing-masing sudut rumah. Diharapkan dengan dibawa ke sudut-sudut rumah bayi dapat menyesuaikan diri.

Setelah dibawa ke sudut-sudut rumah, bayi diletakkan di lantai dan kemudian lantai dipukul-pukul. Hal ini bertujuan agar bayinya tidak mudah kaget atau tekejut. Menurut bapak CB, selain memukul lantai, bayi disentuh dengan ibu jari kaki ayahnya sebanyak tiga kali agar tidak mudah terkejut dan tidak lebar.

Dokumen terkait