• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Proses Pengembangan

Media pembelajaran Papan Kosakata yang digunakan adalah modifikasi dari model pengembangan Borg dan Gall (dalam Sugiyono (2010: 297) menyebutkan ada sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba desain, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, dan 10) produk masal. Peneliti berhenti sampai pada langkah keenam karena pengembangan secara terbatas masih memerlukan saran dan kritikan dari semua pihak, sehingga produk peneliti layak untuk digunakan oleh peserta didik.

Peneliti melakukan langkah pertama yang diawali dengan mengidentifikasi potensi dan masalah. Untuk mendapatkan potensi dan masalah, peneliti mengikuti cara yang dilakukan oleh Siregar (2019: 16) yaitu: interview (wawancara), dan kusioner (pengumpulan data). Peneliti mendapatkan data tersebut dengan menghubungi guru kelas yang bersangkutan untuk diminta melakukan wawancara dan pengumpulan data secara online. Permasalahan ditemukan adalah ketika peneliti melakukan wawancara. Guru menjelaskan bahwa siswa masih kesulitan dalam pemahaman kosakata dalam pelajaran bahasa Indonesia

Langkah kedua yaitu pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui wawancara pada guru kelas IV.

Hadis (2006: 55) mengungkapkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat antara lain mempengaruhi cara seseorangg berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain.

Hasil wawancara membuktikan bahwa perilaku anak autisme yaitu gangguan berbahasa yang ditujukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda dan menggunakan kata-kata secara terbatas. Perilaku tersebut sesusai dengan pendapat Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan

54

Autisme (2011) yang menjelaskan bahwa karakteristik anak autisme adalah: 1)sering mengalami kesukaran dalam memahami arti kata 2)sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar 3) penggunaan kata-kata yang aneh dalam arti kiasan 4)mengalami kesukaran dalam berkomunikasi dan 5)mengalami gangguaan dalam komunikasi non-verbal. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara oleh guru bahwa anak autisme sulit dalam pemahaman bahasa, dan sering menggulang kata-kata yang baru saja mereka dengar, sehingga anak autisme belum sepenuhnya mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang diperoleh, peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis visual yaitu media papan kosakata pada materi penguasaan kosakata. Arsyad (2010) menejelaskan bahwa media visual dapat meperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Selain itu media visual dapat menumbuhkan minat anak dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Media visual ini sangat direkomendasikan untuk membantu anak autisime dengan menggunakan benda kongkrit atau media gambar yag mirip dengan aslinya (Evanjeli dan Anggadewi, 2019: 12). Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media papan kosakata yang dilengkapi dengan gambar yang mendukung anak autisme agar dapat membantu dalam proses pembelajaran.

Langkah ketiga yaitu melakukan desain produk berupa media papan kosakata, modul panduan media papan kosakata dan video penggunaan media papan kosakata. Media papan kosakata berukuran 50cm x 60cm yang dapat membantu anak autisme belajar tentang pemahaman kosakata. Komponen media papan kosakata ada tiga yaitu papan kosakata, kartu huruf, dan kartu bergambar. Papan kosakata yang terbuat dari bahan dasar tripleks dan didesain menggunakan warna primer. Nugraha (2008: 37) menjelaskan bahwa warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran seperti warna

55

merah dan kuning, kartu huruf menggunakan bahan kertas karton yang tebal, dan kartu bergambar diprint dan dilaminating. Komponen tersebut didesain menggunakan dengan Microsoft Word 2010 dan ditulis tangan. Selain mengembangkan media papan kosakata, peneliti membuat modul penggunaan media papan kosakata dan video penggunaan media papan kosakata. Modul penggunaan media papan kosakata dibuat menggunakan aplikasi Canva, kemudian dicetak menggunakan kertas ivory 230 gr sebagai cover dan untuk isi menggunakan kertas HVS. Sedangkan video penggunaan media papan kosakata diedit menggunakan apliasi Inshot.

Langkah keempat yaitu validasi produk yang sudah dikembangkan.

Sugiyono (2009: 414) menjelaskan bahwa validasi produk bertujuan untuk mengetahui kevalidan produk yang akan dikembangkan baik dari aspek media dan materi, selain agar peneliti dapat mengetahui kekurangan atau kelemahan produk tersebut. Produk berupa media papan kosakata, modul penggunaan media papan kosakata dan video penggunaan media papan kosakata telah divalidasi oleh ahli media pembelajaran, ahli psikologi dan guru kelas IV di sekolah inklusi.

Validator media ini memiliki kriteria secara akademis, yaitu gutu ahli materi yang merupakan guru yang mengerti bahasa Indonesia, dan ahli psikologi yang dapat memahami karakter anak terutama pada anak berkebutuhan khusus lalu dari guru kelas IV yang dapat memahami karakter siswa di dalam kelas.

Langkah kelima, peneliti melakukan revisi produk yang telah disarankan oleh ahli media. peneliti melakukan revisi yang diberikan oleh ahli media ialah menebalkan huruf pada kartu huruf, dan memberikan gambar media untuk dijadikam cover modul. Dalam merivisi modul, modul harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Tetapi peneliti hanya mengubah ukuran huruf pada modul, karena menurut saran dari ahli media ukuran font pada modul terlalu kecil, sehingga ia menyarankan agar mengubah ukuran font pada modul. Saat melakukan revisi produk, peneliti tidak merivisi

56

semua yang sudah disarankan. Seperti menambahkan gambar dengan siswa pada cover modul. Video mendapatkan revisi untuk volume suara agar lebih dikeraskan lagi supaya suara lebih jelas lagi didengarkan.

Langkah keenam, peneliti seharusnya melakukan hasil dari uji coba dengan peserta didik yang mengalami autsime. Namun, karena situasi dan kondisi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 menyebabkan tidak melakukan uji coba kepada peserta didik di sekolah maupun dirumah.