• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Spesifikasi Produk

a. Media Papan Kosakata merupakan media pembelajaran yang dibuat untuk membantu peserta didik dalam mengenal huruf dan dapat memahami sebuah kalimat menjadi sebuah kalimat yang tepat.

Peneliti menggunakan kosakata terdiri dari 10 kata benda, ada 50 huruf, dan 10 kartu bergambar, sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat.

b. Media pembelajaran berupa Papan Kosakata merupakan media yang papan permukaannya bisa terbuat dari karton atau tripleks.

5

Bentuknya adalah persegi panjang dan berukuran 50cm x 60cm.

Setiap huruf memiliki warna yang berbeda-beda yaitu warna merah, biru, kuning dan hijau yang terbuat dari kertas yang sedikit tebal.

Papan permukaan memiliki dua warna yaitu warna kuning dan warna merah. Tujuan menggunakan warna kuning dan warna merah agar peserta didik lebih semangat dan tertarik dengan media tersebut.

c. Media pembelajaran ini dapat digunakan berkali-kali dan ringan sehingga mudah dibawa oleh peserta didik guru yang ingin menggunakan media tersebut.

d. Modul yang dikembangkan berbentuk buku dengan ukuran A5 yaitu 14,8cm x 21,0cm. Modul dibuat dengan aplikasi Canva, kertas yang digunakan adalah ivory 230 gram untuk cover, dan kertas HVS untuk bagian isi. Jenis form yang digunakan Cambria Match.

Tampilan modul dibuat menarik dan sesuai dengan hasil yang baik.

e. Modul berisi pedoman menggunakan media pembelajaran Papan Kosakata, untuk penguasaan kosakata sehingga menjadi kata yang umum

Gambar 1.1 Media Papan Kosakata dan Modul Pembelajaran

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar (Arsyad, 2006:

3). Sadiman (1996: 6) menjelaskan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi. Sementara itu, Sanaky (2013: 4) mendeskripsikan media pembelajaran adalah saranan atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan pengertian tiga ahli tersebut, kesimpulan media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam menunjang proses pembelajaran memiliki banyak fungsi. Levie & Lentz (dalam Sanaky, 2013: 7) menjelaskan fungsi media pembelajaran, yaitu:

1. Fungsi Atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian-perhatian siswa untuk berkosentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

7

2. Fungsi Afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar atau membaca teks yang bergambar. Gambar dapat menggungah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3. Fungsi Kognitif, media visual dari teman-teman penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami atau mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi Kompensatoris, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

c. Macam-macam Media Pembelajaran

Suranto (2005: 122) menjelaskan macam-macam media pembelajaran berdasarkan bentuknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Media cetak, ialah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai saranan penyampaian pesan seperti surat kabar, leaflet, brosur, bulletin, dan sebagainya.

2. Media visual, media pandang artinya untuk menerima pesan yang disampaikannya digunakan indera penglihatan. Misalnya film, televisi, lukisan, foto, pameran, dan lain-lain.

3. Media audio, untuk menerima pesan yang disampaikan digunakan indera pendengaran, seperti radia, telepon, taperecorder, dan sebagainya.

4. Media audio-visual, ialah media komunikasi yang dapat dilihat sekaligus didengar, jadi untuk dapat mengakses informasi yang disampaikan, digunakan indera penglihatan dan pendengaran sekaligus termasuk jenis adalah telivisi dan film.

8

d. Manfaat Media Pembelajaran

Arsyad (2002: 26) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan infromasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sitematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan agar dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2012: 106). Peggunaan modul dalam pembelajaran di kelas memiliki tujuan tersendiri, agar peserta didik dapat belajar secara mandiri.

Modul merupakan bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu perserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya (Sukiman, 2013: 131). Peserta didik yang memiliki kecepatan dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi.

9

Kesimpulan pengertian dari modul adalah bahan ajar yang digunakan peserta didik sebagai alat agar peserta menggunakan secara mandiri dengan arahan guru.

b. Ciri-ciri Modul

Lestari (2013: 2) menjelaskan modul mampu meningkatkan motivasi belajar, pemgembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu:

1. Self Intruction merupakan karakteristik yang memungkingkan peserta didik belajar secara mandiri dan tidak terganggu pada pihak lain.

2. Self Contained yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik mempelajari pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

3. Stand Alone adalah karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan ajar/media lain.

4. Adaptive merupakan modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mudah digunakan. Modul dapat dikatakan adaptif ketika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modul yang adaptif yaitu isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendly merupakan penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

c. Tujuan Modul

Lestari (2013: 3) menyebutkan penulisan modul memiliki tujuan, antara lain:

10

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang.

c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

d. Peserta didik dapat mengevaluasi hasil belajar secara mandiri.

3. Media Papan Kosakata

a. Pengertian Media Papan Kosakata

Salah satu media yang dapat digunakan dalam meningkatkan penguasaan kosakata adalah media visual berupa papan kosakata. Dhieni (2008: 11) menyatakan bahwa media papan kosakata adalah media visual yang efektif untuk menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Salah satunya kepada siswa, pesan yang disampaikan berupa kata-kata .

Indriana (2011) menyatakan bahwa papan kosakata yaitu media papan permukaannya bisa terbuat dari karton ataupun kayu. Bentuknya adalah persegi panjang dan terdapat kosakata dan gambar yang dapat ditempelkan di permukaan karton atau kayu. Kosakata yang digunakan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran.

Sekumpulan kosakata tersebut adalah item yang dapat dipakai oleh siswa dalam menyusun kata dalam sebuah kalimat. Kalimat yang telah dibuat dapat dipakai dalam sebuah percakapan baik dengan siswa lain atau guru yang bersangkutan.

Berdasarkan kesimpulan dari dua ahli tersebut, papan kosakata merupakan media visual yang efektif untuk menyusun kata dalam sebuat kalimat.

11 4. Penguasaan Kosakata

a. Pengertian Kosakata

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena berbagai macam iformasi dapat disalurkan atau diterima melalui proses komunikasi. Salah satu komponen penting dalam berkomunikasi adalah bahasa. Salah satu bagian sari suatu bahasa adalah kosakata.

Kridalaksana (2001: 17) menyatakan bahwa kosakata merupakan membedaharaan kata atau leksikon yang dimiliki oleh suatu bahasa dan di dalamnya termasuk pembedaharaan kata yang dimiliki seorang pembicara atau seorang penulis, juga merupakan daftar kata yang disusun seperti kampus tetapi dengan penjelasan yang praktis, kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa.

Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (2009: 80) yang menyatakan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingakatan seseorang, yang segera akan menimbulkan rekasi bila didengar dan dibaca.

Dalam Kamus bahasa Indonesia (2002: 597) disebutkan bahwa kosakata berarti pembedaharaan kata, pembendaharaan kata adalah banyaknya kata yang dimiliki seseorang.

Berdasarkan pengertian di atas, kosakata merupakan keseluruhan kata yang dimiliki seseorang yang memuat suatu informasi tentang makna dan pemamakaian kata dalam suatu bahasa untuk melakukan komunikasi

b. Jenis-jenis Kosakata

Tarigan (1985: 149) membedakan dua tipe kosakata sebagai berikut.

12

1. Kosakata aktif, yaitu kosakata yang sering digunakan dalam berbicara atau menulis.

2. Kosakata pasif, yaitu kosakata yang jarang atau tidak pernah dipakai.

Pendapat lain mengatakan jeis kosakata yaitu kosakata dasar (basic vocabulary), adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain dan yang termasuk dalam kosakata ini sebagai berikut (Sarjono, 2011: 61-62):

1. Istilah kekerabatan, misalnya ayah, ibu, adik, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan sebagainya.

2. Nama-nama organ tubuh, misalnya: kepala, rambut, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, kaki, betis, telapak, punggung, darah, nafas, dan sebagainya.

3. Kata ganti (diri petunjuk), misalnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sebagainya.

4. Kata bilangan pokok, misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, dua belas, seratus, duaratus, seribu, sejuta, dan sebagainya.

5. Kata kerja pokok, misalnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, mengingat, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, lari, dan sebagainya.

6. Kata keadaan pokok, misalnya suka, duka, senang, gembira, marah, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat , cepat, lembut, besar, kecil, banyak, sedikit, gelap, terang, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati, dan sebagainya.

13

7. Benda-benda universal, misalnya tanah, air, udara, langit, bulan, bintang, matahari, tumbuh-tumbuhannya dan sebagainya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata Pada hakikatnya kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh penguasaan kosakata yang dimiliki. Chaer dan Agustina (1995: 271) juga mengemukakan faktor yang menentukan keberhasilan belajar bahasa seseorang ditentukan oleh motivasi, pengalaman diri sendiri, keingintahuan, nanlisis sintesi, dan perbedaan individu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hastuti (1992: 5) juga menjelaskan bahwa penguasaan kosakata dapat ditempuh dengan banyak cara salah satunya adalah dengan banyak membaca, karena dengan makin banyak membaca semakin luas wawasan yang dimiliki dan kegiatan ini secara tidak langsung menambah penbendaharaan kata.

d. Empat langkah untuk menguasai kosakata

Lado (dalam Anggraini 2011: 26) mengemukakan langkah untuk menguasai kosakata sebagai berikut:

1. Mengenali, yaitu proses pemahaman atau mengetahui tentang sesuatu hal yang dikatakan oleh orang lain agar teringat.

2. Mendengarkan, yaitu suatu proses menangkap, memahami dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarkan atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

3. Melafalkan, yaitu suatu kata atau perkataan yang diucapkan dengan baik agar dalam dipahami oleh orang lain.

4. Memaknai atau mengartikan, yaitu pemahaman seseorang tentang suatu kata.

14 5. Bahasa Indonesia

a. Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan sosial masyarakat. Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia, kita dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat.

Bahasa Indonesia merupakan cermin kepribadian seseorang. Artinya, melalui bahasa Indonesia (yang digunakan) seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya (Pranowo, 2009: 3).

Slamet (2007: 31) mendifinisikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang umum dalam masyarakat.

Bagaimanapun wujudnya, setiap masyarakat pastilah memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Hal tersebut diperkuat juga oleh Widjono (2017: 14) yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainnya.

Berdasarkan pengertian dari pada ahli, Bahasa Indonesia adalah merupakan lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat secara umum untuk melakukan komunikasi dan bersosialisasi dengan masyakarat.

b. Fungsi Bahasa Indonesia

Keraf (2004: 1) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan pemakainnya yaitu:

1. Alat untuk ekspresi diri,

Sebagai alat untuk menyampaikan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu

15

yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita.

2. Sebagai alat komunikasi

Bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan orang lain.

Komunikasi mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Komunikasi juga memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk menarik hasil-hasil yang berguna bagi masa yang akan datang.

3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Melalui bahasa, anggota masyarakat perlahan-lahan mengenal adat istiadat, tingkah laku, dan tata krama masyarakat.

4. Alat mengadakan kontrol sosial

Bahasa mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi masyarakat.

5. Tujuan kemahiran berbahasa

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tertulis, agar mereka yang mendengar atau diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksud.

Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan peserta didik dalam bahasa Indonesia. Pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjukkan peserta didik terampil berbahasa, yakni terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis, yakni harus sering belajar,

16

berlatih, dan membiasakan diri. Wiyanto (2009: 7).

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

6. Autisme

a. Pengertian Autisme

Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Veskarisyanti (2008: 17) menjelaskan kata autisme dalam bahasa Yunani dikenal kata autis “auto” berarti sendiri ditunjukan pada seseorang ketika menunjukkan gejala hidup dalam duniannya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.

Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungan.

Autisme adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak.

Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap (Wright, 2007: 4).

Yuwono (2009: 26) menjelaskan autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat kompleks/berat dalam kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi dan bahasa perilaku serta gangguan emosi

17

dan persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya.

Gejala autistik muncul pada usia sebelum 3 tahun.

Berdasarkan pengertian para ahli, autisme merupakan suatu gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat kompleks/berat dan mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan dalam berkomunikasi, interaksi sosial dan imajinasi sering saling berkaitan sehingga semuanya dapat digambarkan sebagai tiga serangkai. Gejala lainnya yang muncul; antara lain berupa kehidupan dalam dunia sendiri tanpa menghiraukan dunia luar.

b. Gejala Autisme

Acocella (dalam Lubis, 2009: 22) menjelaskan ada banyak tingkah laku yang tercakup dalam anak autis dan ada 4 gejala yang selalu muncul yaitu:

1. Isolasi sosial

Banyak anak autis yang menarik diri dari kontak sosial kedalam suatu keadaan yang disebut extreme autistic alones. Hal ini akan semakin terlihat pada anak yang lebih besar, dan ia akan bertingkah laku seakan-akan orang lain tidak ada.

2. Kelemahan kognitif

Anak autis sebagian besar (±70%) mengalami retadardasi mental (IQ <70) disebut dengan autis dengan tunagrahita tetapi anak autis infertil sedikit lebih baik, contohnya dalam hal yang berkaitan dengan hal sensor motorik. Anak autis dapat meningkatkan hubungan sosial dengan temannya, tetapi hal itu tidak berpengaruh terharap retardasi mental yang dialami.

3. Kekurangan dalam bahasa

Lebih dari setengah autis tidak dapat berbicara, yang lainnya hanya mengoceh, merengek, atau menunjukkan

18

echolalia. Beberapa anak autis mengulang potongan lagu, iklan TV atau potongan kata yang terdengar tanpa tujuan. Beberapa anak autis menggunakan kata ganti dengan cara yang aneh.

4. Tingkah laku stereotif

Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terus menerus tanpa tujuan yang jelas.

Seperti berputar-putar, berjingkat-jingkat dan lain sebagainya. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang disebabkan karena kerusakan disik, misalnya ada gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan menarik-narik rambut dan menggingit jari.

Walaupum sering kesakitan akibat perbuatannya sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga hanya tertarik pada bagian-bagaian tertentu dari sebuah objek misalnya pada roda mobil-mobilan. Anak autis juga menyukai keadaan lingkungan dan kebiasaan yang monoton.

c. Jenis-jenis Autisme

Prasetyono (2008: 54-65) menjelaskan bahwa autisme dibagi menjadi lima jenis yakni sebagai berikut:

1. Autisme Masa Kanak-Kanak (Childbood Autism) Gangguan perkembangan terhadap anak yang gejalanya telah terlihat sebelum anak tersebut mencapai umur tiga tahun. Ciri-ciri gangguan autisme in adalah kualitas tidak normal, terdapat gangguan dalam kualitas interaksi sosial dalam aktivitas, tingkah laku dan juga interaksinya terbatas.

2. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Spesified (PDD-NOS)

19

Gejala ini tidak sebanyak seperti pada autisme masa kanak-kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspersi wajah tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

3. Sindrom Rett

Gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Sekitar umur enam bulan, bayi mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang pada umur lima bulan samapai empat tahun. Gerakan tangan menjadi tidak terkendali, dan disertai dengan gangguan komunikasi serta penarik diri secara sosial.

4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak-Kanak

Gejala timbul setelah umur tiga tahun.

Perkembambngan anak sangat baik selama beberapa tahun sebelum terjadinya kemunduran yang hebat.

Pertumbuhan yang normal terjadi pada usia 1 sampai 2 tahun, kemudia anak akan kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

5. Aspeger Syndrome

Lebih banyak terdapat pada anak laki-laki perkembangan bicaranya tidak terganggu tetapi mereka kurang berkomunikasi secara timbul balik.

Berbicara dengan tata bahasa yang baku dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh.

d. Klasifikasi Autisme

Cohen dan Bolton (dalam Oktaviani, 2008: 17) menjelaskan autisme dapat diklasifikasi menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood

20

Autism Rating Scale (CARS). Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

1. Autisme Ringan

Pada kondisi ini anak autisme masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autisme ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka dan dalam berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.

2. Autisme Sedang

Pada kondisi ini anak autisme masih menujukkan sedikit kontak mata namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau diperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.

3. Autisme Berat

Anak autisme berasal pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali.

Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tia berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang tunya anak autsime tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur.

e. Faktor Penyebab Anak Autisme

Pammoedji, (2007: 2) menjelaskan penyebab autisme adalah gangguan pada fungsi susunan otak.

Penyebab utama dari gangguan ini hanya saat ini masih terus diselidiki oleh para ahli meskipun beberapa

21

penyebab seperti keracunan logam berat, genetik vaksinasi, populasi, komplikasi sebelum dan setelah melahirkan disebut memiliki andil dalam terjadinya autisme.

Penyebab autisme dan diagnosa medisnya menurut Pammoedji, (2007: 2) adalah:

1. Konsumsi Obat pada Ibu Menyusui

Obat migrain, seperti ergotamine obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI.

2. Faktor Kandungan (Pranatal)

Kondisi kandungan juga dapat menyebabkan gejala autisme. Pemicu autisme adalah kandungan dapat disebabkan oleh virus yang menyerang pada trumester pertama. Yaitu syndroma rubella.

3. Fakor Kelahiran

Bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur, dan lama dalam kandungan (lebih dari 9 bulan) beresiko mengidap autsime. Selain itu bayi yang mengalami gagal napas (hipoksa) saat lahir juga beresiko mengalami autsime.

4. Peradangan Dinding Usus

Sejumlah anak penderita gangguan autsime umumnya memiliki pencernaan buruk dan ditemukan adanya peradangan usus. Peradangan tersebut diduga disebabkan oleh virus.

5. Faktor Genetika

Gejala autisme pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen

Gejala autisme pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen