• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI REKAMAN KARAWITAN RRI YOGYAKARTA SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN BUDAYA

B. Proses rekaman uyon-uyon di RRI Yogyakarta

Proses rekaman karawitan di RRI Yogyakarta yang dilaksanakan oleh Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta atau grup pembantu siaran ditempuh melalui berbagai proses tahapan produksi untuk menghasilkan suatu produk rekaman yang baik dengan hasil maksimal.

99|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 1. Perencanaan

Mencari dan menemukan ide acara merupakan proses yang sangat penting, sebab suatu acara akan dapat diterima oleh pendengarnya jika ide yang dipilih sesuai dengan pilihan para pendengar. Oleh sebab itu, pentingnya merencanakan suatu produksi acara merupakan hal utama dalam proses suatu produksi. Pada tahap perencanaan ini produser acara mengadakan rapat dan menentukan acara yang akan dibuat bersama anggota lainnya termasuk tim kreatif. Pembahasan yang penting dalam proses perencanaan ini terdiri dari nama acara, penempatan siaran, materi gending yang akan disajikan, durasi, operator, maupun pengarah acara.

Berikut adalah contoh jadwal perencanaan program siaran uyon-uyon malam yang disiapkan sebelum proses acara rekaman berlangsung oleh Keluarga Kesenian RRI Yogyakarta.

Uyon-uyon Malam

Oleh : Karawitan RRI Yogyakarta

Pimpinan : Ki Murwanto

Waranggana : Ny. Kasilah, Ny. Mugini, Ny. Mamik Wiratmi,

Ny. Jimah Poniji, Ny. Sunarni, Ny. Wahyu.

Gerong : Sdr. Tumidjan, Sdr. Ponijo, Pratiwi Wibawa

Penata Gending : Ki Murwanto

100|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

Pengarah Acara : Sutardjo

NO Gending Durasi

1. Gending Pambuka 2’30”

2. Gending Merak Kesimpir Pelog Patet Nem ndawah Ladrang Gleyong Kasusul lagu Gotong Royong

17’59”

3. Bawa Sekar tengahan Sri Martana Dening Tumidjan Katampen Gending Maduwaras Slendro Sanga ketuk kalih kerep minggah ketuk sekawan Kasusul Ladrang Gecul Sura Wangen

33’43”

4. Gending Lempung Gunung Pelog Patet Barang, ketuk kalih kerep minggah Gandrung Manis dipun pungkasi Pangkur Palaran Tuwin Jenggleng Dening Sedherek Yuningsih Saha Harto Basiyo

49’55”

Sumber: Produksi RRI Yogyakarta 2. Menentukan kelompok pengisi acara

Menghubungi kelompok pengisi acara dibagi menjadi dua yaitu dari kelompok pengisi dari Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta dan kelompok pembantu siaran yaitu dari grup yang ditunjuk oleh RRI atau melalui proses pengajuan.

101|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 a. Keluarga kesenian Jawa RRI

Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta adalah kelompok yang dibentuk oleh RRI untuk membantu siaran budaya terutama dalam bidang kesenian Jawa seperti uyon-uyon, iringan wayang kulit, ketoprak, tari, maupun untuk seni drama. Anggota kesenian ini merupakan kelompok seniman karawitan yang mempunyai rasa kebanggaan diri yang besar terhadap seni karawitan khususnya. Kebanggaan akan kesenian karawitan dalam diri mereka menjadi motivasi untuk menekuni dunia mereka, untuk mengabdi dan menyelenggarakan siaran karawitan di RRI Yogyakarta.

Anggota kesenian Jawa RRI terdiri dari staf karyawan atau pegawai tetap yang mendapatkan gaji dari lembaga RRI Yogyakarta karena berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai tidak tetap terdiri dari sebagian pegawai RRI yang sudah purna tugas dari jabatannya.

Tugas utama dari Keluarga Kesenian Jawa RRI atau yang lebih dikenal dengan grup Uyon-uyon Manasuka adalah membantu siaran karawitan yang disiarkan oleh RRI Yogyakarta. Dengan adanya kelompok karawitan yang dibentuk oleh RRI sendiri secara tidak langsung menghemat biaya produksi, agar setiap kali siaran tidak hanya mengundang kelompok dari luar saja. Selain itu juga untuk menghindari siaran yang sifatnya mendadak agar tidak kesulitan mencari kelompok karawitan untuk mengisi acara tersebut.

102|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 b. Kelompok karawitan dari luar RRI

Selain dilakukan oleh grup karawitan dari RRI sendiri, dalam melaksanakan program siaran karawitan pihak RRI juga meminta bantuan grup dari luar sebagai kelompok pembantu siaran, baik kelompok pembantu siaran yang ditunjuk maupun yang mengajukan secara langsung kepada pihak RRI. Bagi grup karawitan dari luar yang berperan sebagai pengisi program rekaman karawitan di RRI harus memenuhi standar kelayakan dalam rekaman. Oleh karena itu, RRI melakukan uji kelayakan siaran sebelum proses rekaman dilakukan, dengan cara mendatangi langsung ke tempat proses latihan.

Kelompok yang membantu siaran karawitan lebih banyak berasal dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kodya Yogyakarta yang jumlahnya sekitar 50 kelompok pengisi acara. Adapun dari Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo hanya berkisar 1-4 kelompok karawitan, disebabkan tempatnya yang cukup jauh dengan studio RRI. Jumlah kelompok karawitan yang ada sekitar 59, terdiri dari bapak-bapak dan campuran kelompok ibu-ibu.

Berikut sebagian dari nama kelompok pengisi pembantu siaran di RRI Yogyakarta :

1. Kelompok Karawitan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta

2. Kelompok Karawitan Horeg Tan Horeg, Yogyakarta

3. Kelompok Karawitan Suka Rini, Bantul

103|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 5. Kelompok Karawitan Melathi Rinonce, Mlati, Sleman

6. Kelompok Karawitan Karawitan PKK Kasihan, Bantul

7. Kelompok Karawitan Praba Baskara, Munggur

8. Kelompok Karawitan Langen Setyo Rini, Bantul

9. Kelompok Karawitan SMKI, Yogyakarta

10. Kelompok Karawitan Condong Raras, Gedong Tengen,

Yogyakarta

11. Kelompok Karawitan Kirana Budaya, Gamping, Sleman

12. Kelompok Karawitan Langen Laras Rini, Prenggan

13. Kelompok Karawitan Madya Laras, Jl Kaliurang, Sleman

14. Kelompok Karawitan laras Madu Rejodani

15. Kelompok Karawitan KORPRI UGM, Yogyakarta

16. Kelompok Karawitan Sekar Sapta Laras

17. Kelompok Karawitan Puji Rahayu, Sentolo, Kulon Progo

18. Kelompok Karawitan Lindu Laras, Yogyakarta

19. Kelompok Karawitan Marga Laras, Marga Luwih

20. Kelompok Karawitan Setyo Rini, Srandakan, Bantul 21. Kelompok Karawitan Retna Budaya, Kricak, Yogyakarta 22. Kelompok Karawitan Puspitasari, Tembi, Bantul

23. Kelompok Karawitan Sekar Laras, Kepanjen, Sleman

24. Kelompok Karawitan Sekar Arum, Wonolelo, Sleman

25. Kelompok Karawitan Ngudi Wiromo, Siluk, Imogiri, Bantul 26. Kelompok Karawitan Dwijo Wiromo, Imogiri, Bantul

104|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

27. Kelompok Karawitan Cahya Laras, Sawungsari, Hargo

Binangun, Pakem, Sleman

28. Kelompok Karawitan Ibu-ibu PKK Kecamatan Kraton,

Yogyakarta

29. Kelompok Karawitan Santi Laras, Bantul

30. Kelompok Karawitan Ibu-ibu Budaya Rini, Kricak Jati Mulya, Yogyakarta

Menentukan kelompok pengisi acara yang memenuhi kriteria kelayakan rekaman dilakukan dengan cara memberikan undangan kepada pimpinan kelompok yang akan mengisi dan kemudian dikoordinasikan kepada anggotanya masing-masing. Setelah itu, diadakan peninjauan ke tempat latihan oleh tim yang telah ditunjuk untuk memantau latihan. Tim yang ditunjuk untuk memantau adalah orang yang sudah mengusai karawitan atau mengetahui seni karawitan, hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam memilih grup yang sudah layak atau belum untuk disiarkan di RRI. Setelah dinilai layak dan masuk dalam daftar untuk siaran, maka dilakukan rekaman uji coba di studio RRI yang dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu dengan jadwal yang telah ditentukan. Seandainya kelompok tersebut layak untuk rekaman, maka pada waktu itu juga dilakukan rekaman, adapun kelompok yang kurang memenuhi syarat dan kurang memenuhi kriteria standar rekaman akan diberi kesempatan lagi sesuai kesepakatan dan jadwal yang telah ditentukan dari pihak RRI. Proses

105|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

ini menunjukkan bahwa RRI Yogyakarta memiliki konsistensi untuk menjaga mutu dan kualitas materi siaran yang hendak disajikan. 3. Persiapan Peralatan Rekaman

Ada dua perkembangan penting teknologi radio pasca tahun 1990-an : (1) di bidang produksi siaran, sistem editing manual (menggunakan audio mixer yang dirancang khusus) kini berpindah ke sistem editing digital menggunakan perangkat personal komputer dengan software bernama cool edit Pro, Raduga, Sound Force, Adobe

Audition, dan lain sebagainya. (2) di bidang distribusi transmisi siaran,

dari perangkat pemancaran di jalur terrestrial (AM/FM) berpindah ke jalur online (jalur bebas Frekuensi).

Perkembangan yang ada di RRI Yogyakarta di bagian teknik terutama untuk program siaran dan rekaman juga mengalami hal yang sama. Sebelum ada teknologi komputerisasi untuk melakukan rekaman masih menggunakan peralatan manual sederhana atau biasa disebut dengan sistem analog. Ketika mulai awal tahun 2004 dengan berkembangnya komputer untuk program rekaman audio maka RRI beralih dari semula sistem analog menjadi sistem digital dengan menggunakan teknologi komputerisasi. Program yang dipakai untuk mengedit audio menggunakan softwareAdobe Audition 1.0 dan

106|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

Peralatan yang lama tidak semuanya diganti menggunakan komputer, sebagian alatnya juga masih dipergunakan untuk menunjang rekaman auditif, contohnya untuk proses mixing masih menggunakan

mixer manual.

Studio dan peralatan yang dipergunakan untuk produksi siaran dan rekaman terdiri dari :

a. Studio Contiunity I, dipergunakan untuk menyelenggarakan siaran Programa 1 (daerah) dengan 2 ruangan penyiar

b. Studio Contiunity II, dipergunakan untuk menyelenggarakan siaran Programa 2 (Kota) dengan 2 ruangan penyiar

c. Studio I, dipergunakan untuk memproduksi musik non tradisional dengan 1 buah studio, 1 ruang penyiar

d. Studio 2, dipergunakan untuk memproduksi musik tradisional dengan peralatan 1 buah studio, 1 ruang penyiar

e. Studio 3, dipergunakan untuk memproduksi drama, siaran kota dengan 1 buah studio, 1 ruang penyiar

f. Studio Editing, dipergunakan untuk memproduksi siaran kota, wawancara dengan 1 buah ruangan penyiar

g. Post Production, dipergunakan untuk memproduksi acara yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi.

Studio yang dipergunakan untuk rekaman karawitan adalah studio II, terdiri dari dua jenis peralatan yaitu gamelan perunggu satu

107|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

perangkat, dan peralatan teknik studio yang digunakan untuk rekaman siaran budaya.

Pertama, gamelan yang digunakan untuk rekaman di studio 2

yaitu gamelan gaya Yogyakarta laras pelog dan slendro. Gamelan itu bernama Kyai Sadad Pengasih dan Kyai Kuntul Wilanten, merupakan bantuan dari kraton Yogyakarta untuk menunjang siaran karawitan di RRI. Sampai sekarang gamelan tersebut masih terawat dengan baik dan menjadi gamelan yang diandalkan untuk rekaman karawitan dan jadi ciri khas RRI Yogyakarta.

Kedua, peralatan teknik studio yang digunakan untuk siaran dan

rekaman yang dihasilkan dari proses rekaman karawitan di studio 2. Peralatan yang digunakan berupa hardware (perangkat keras) Mixing

Console (SIEMENS C4P 16 CHANNEL), Tape Recorder (AEG 21 R),

Time Delay (AKG TDU 8000), Microphone (AKG D 1000, 2 buah,

AKG D 222, 5 buah, AKG D 12 E, 2 buah, AKG D, 2 buah, AKG 321,

4 buah, SUR CM 581, 1 buah, AKG C58, 2 buah), Monitor Komputer merk LG Flatron 17 in 730 5 Hk, 1 buah, CPU Pentium IV ( Processor

Intel Pentium 4-530 3Ghz l2 chace 1 Mb LGA 775, RAM 512 Mb/2700 Isp, Hardisk 80 dan 120 Gb/ Seagate 7200 rpm, CD Room, UPS pro links 600 VA, Sound Card Lynx Audio Ls 22/Echomia. Wall box, 2 buah.

Adapun Software (perangkat lunak) untuk proses editing audio adalah

Adobe Audition 1,0. dan Nero 6,0. yang dipergunakan untuk Burning

108|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 4. Persiapan Akustik Studio Rekaman RRI

Proses terpenting dalam rekaman audio adalah suara yang dihasilkan dari rekaman tersebut dapat maksimal, dalam arti suara yang dihasilkan dari rekaman itu bersih dari kebisingan, mendesis, gangguan suara yang tidak diperlukan seperti suara ribut kendaraan bermotor, kebisingan bengkel, percakapan di dekat ruang rekaman, maupun suara lain yang pada intinya mengganggu proses rekaman. Oleh karena itu, pelaksanaan proses rekaman audio diutamakan di dalam ruang tertutup agar suara yang dihasilkan baik dan terhindar dari gangguan suara dari luar. Standar studio rekaman yang baik adalah suara dari luar studio tidak dapat masuk ke dalam studio, hal tersebut tentunya berpengaruh besar pada sistem penataan akustik studio rekaman.

Berikut ini adalah bentuk gambar dan penataan instrumen studio II RRI Yogyakarta yang digunakan untuk proses rekaman karawitan :

Gambar 1. Denah ruang Studio II digunakan untuk rekaman karawitan Keterangan:

109|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7 1. Kendang 2. Slentem 3. Gender Barung 4. Gender Penerus 5. Gambang 6. Rebab 7. Vokal 8. Siter

9. Bonang Barung dan Penerus

10. Demung 11. Peking 12. Saron

13. Gong dan Kempul 14. Kenong

15. Ruang rekaman sandiwara 16. Ruang operator

17. Pintu masuk studio

Adapun spesifikasi akustik yang ada di ruang studio rekaman RRI adalah sebagai berikut :

a) Ukuran yang dipakai adalah 8 x 12 m², ukuran tersebut sudah memenuhi standar yang digunakan untuk rekaman karawitan, sebab studio itu mampu menampung semua instrumen gamelan lengkap, wayang kulit, 1 kotak wayang kulit, kelir untuk wayang, dan sound control.

b) Bahan berpori yang digunakan untuk papan dalam tembok, yaitu glass wolls dan rami bulu. Bahan tersebut berguna sekali untuk menyerap bunyi yang dihasilkan dari suara gamelan agar bunyi tidak mendengung atau suaranya memantul sehingga bunyinya menjadi tidak bagus.

110|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

c) Bahan berpori yang digunakan untuk papan luar tembok ruang rekaman terbuat dari triplek dan gypsum yang berpori. Hal ini dimaksudkan agar pantulan dari suara yang dihasilkan gamelan dapat dikembalikan ke dalam tembok dan diserap oleh bahan dalam tembok yaitu glass wolls dan rami bulu sehingga tidak menimbulkan pantulan bunyi.

d) Penyerap ruang yang dibuat dari lembaran-lembaran berlubang dalam bentuk panel, prisma, kubis dan diisi dengan bahan berpori.

5. Persiapan Operator Rekaman

Memproduksi rekaman auditif mungkin tidak dapat terlepas dari operator rekaman, yaitu orang yang secara teknis langsung menangani dan mengendalikan segala perangkat rekaman serta bertanggung jawab terhadap semua alat sebelum dan sesudah proses produksi.

Seorang operator rekaman harus dapat bekerja dengan baik bersama pengarah acara demi menciptakan hasil produksi yang baik dan sempurna. Untuk menjalankan produksi rekaman maka seorang operator harus diberi pengarahan kerja oleh pengarah acara dan dituntut untuk berkreasi secara teknis guna mencapai hasil produksi yang efisien dan sempurna dengan kemampuan bakat yang ada. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan pengetahuan dasar mengenai studio rekaman serta pengalaman dalam pengoperasian peralatan yang ada.

111|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

Di RRI Yogyakarta, operator yang bertugas untuk menjalankan rekaman di studio II salah satunya adalah Subarjo (48 tahun), bertugas sebagai operator untuk siaran budaya khususnya seni karawitan dan dibantu oleh pengarah acara yaitu Sumbada dan Murjono. Untuk menjadi seorang operator yang baik, dibutuhkan bakat, hobi, dan kreativitas. Di samping ketiga aspek tersebut diperlukan juga kepribadian yang tabah dan tenang serta dibekali dengan pengetahuan dasar elektronika.

Produksi rekaman merupakan hal yang penting dalam rekaman karawitan di studio RRI Yogyakarta. Untuk proses itu sendiri juga melalui berbagai tahapan-tahapan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, agar produksi rekaman yang dihasilkan dapat semaksimal mungkin.

Gambar 2. Bagan proses rekaman di studio II R.R.I. Yogyakarta Keterangan:

112|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

2. Microphone

3. Wall Box

4. Mixer

5. Komputer studio rekaman

6. Komputer siaran

7. Pemancar

8. VCD/DVD

Penataan Studio Rekaman

Proses Mixing menggunakan mixer Pengambilan suara dari kelompok

pengisi acara

Proses Mixing menggunakan mixer

Pengeditan suara dari mixer ke

software Adobe Audition 1.0

Penggabungan semua materi suara hasil pengeditan, dikombinasikan

1. Teknik penataan Gamelan

Penataan gamelan sebelum proses rekaman sangatlah penting, karena akan sangat berpengaruh terhadap suara yang akan direkam. Penataan itu sendiri bisa dari penataan gamelan yaitu :

a. Mempersiapkan alat yang akan dipakai seperti tabuh gamelan, walaupun kelihatan sepele tapi kalau tidak dipersiapkan akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran rekaman

b. Mengatur tata letak gamelan pada posisi yang benar. Misalkan untuk instrumen siter dijauhkan dengan rebab karena secara musikalitas teknik tabuhan siter akan mempengaruhi irama pada rebab, begitu juga sebaliknya.

2. Teknik penataan microphone

Namun yang paling utama dalam proses itu adalah pengaturan penempatan microphone, sebab penempatan microphone untuk rekaman karawitan sangat berbeda dengan yang lainnya. Rekaman karawitan membutuhkan banyak microphone sebab alat yang dipakai berjumlah cukup banyak dibandingkan dengan rekaman untuk musik biasa seperti band, campursari, atau rekaman ketoprak. Masing-masing dari instrumen hampir semuanya membutuhkan microphone. Oleh karena itu, penempatannya untuk rekaman karawitan sangat penting.

Microphone merupakan salah satu sumber pokok dan merupakan input untuk studio rekaman. Microphone sangat peka menerima

getaran suara, maka perletakannya memerlukan pengaturan tata letak yang khusus, agar suara-suara yang tidak diperlukan itu tidak ikut

masuk ke dalam rekaman, khususnya rekaman suara gamelan yang memiliki berbagai jenis sumber suara.

Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, untuk siaran radio dan studio rekaman, penggunaan microphone dibutuhkan yang terbaik kalau itu mungkin. Dengan cara ini didapat mutu suara yang terbaik dan bagus, tapi akustik dalam studio juga sangat berpengaruh sekali untuk hasil yang sempurna. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menempatkan microphone agar mendapatkan suara yang maksimal, cara tersebut dilakukan berdasarkan perambatan akustik suara dan juga ditambah dari pengalaman operator. Untuk mendapatkan suara yang baik tidak saja dari microphone yang dipergunakan (memilih yang tepat). Sering sekali terjadi orang yang menggunakan microphone untuk merekam suara yang diinginkan tidak memperhatikan karakteristik dari alat itu sendiri.

Dalam proses rekaman karawitan di RRI Yogyakarta, penataan

Microphone di studio 2 (studio khusus rekaman siaran budaya ) sangat

memperhatikan jarak antara Microphone dengan instrumen yang direkam, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis dan hasil suara yang dikeluarkan oleh masing-masing instrumen berbeda. Di dalam studio 2 RRI Yogyakarta hampir semua jenis mic yang digunakan adalah

Dynamic Microphone yang mempunyai kepekaan atau sensitifitas

hanya kearah muka Microphone itu sendiri dan sudut-sudut kecil di sekitarnya jenis ini dinamakan Directional Microphone.

Penataan microphone jauh dan dekatnya dengan instrumen dipengaruhi oleh jenis suara yang dihasilkan dari instrumen itu sendiri,

yaitu suara instrumen keras dan lembut. Berikut penataan jarak

microphone dengan masing-masing instrumen gamelan.

C. Penutup

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia atau disingkat dengan LPP RRI Yogyakarta merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai andil besar dalam pengembangan seni dan budaya daerah khususnya seni karawitan di Yogyakarta dan sekitarnya. LPP RRI dibentuk pada tanggal 11 September 1945 bertujuan memenuhi kebutuhan publik menurut porsi yang memadai. Uyon-uyon Manasuka merupakan salah satu produk RRI Yogyakarta yang kemudian dikenal namanya dengan sebutan Uyon-uyon Manasuka RRI Yogyakarta. Pembentukan dan perkembangan yang membutuhkan proses panjang itu sudah selayaknya mendapatkan legitimasi penuh dari masyarakat khususnya komunitas seni karawitan dan pendukungnya. Melalui proses rekaman produksi seni karawitan setidaknya menjadi salah satu pelopor eksistensi dan kelestarian budaya khususnya seni karawitan dan menjadi salah satu acuan bagi masyarakat di sekitarnya.

Daftar Pustaka

Agus Ahyari, 1995.Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.

Agus Sudibyo, 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKIS.

Gazali, Effendi, 2002. Penyiaran Alternatif tapi Mutlak. Jakarta: Departemen Komunikasi Universitas Indonesia.

Hidayat, Dedy N, 2000. Pers dalam Revolusi Mei. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harley Prayudha, 2004.Radio Suatu Pengantar untuk Wacana dan

Praktik Penyiaran. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Kitley, Philip, 2001.. Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca. Jakarta: LSPP PT Media Lintas Inti Nusantara.

Masduki, 2004.Menjadi Broadcaster Profesional. Yogykarta: Pustaka Populer LKIS Yogyakarta.

M.A, Moelong, Lexy J, Dr, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

Masduki, 2003.Radio Siaran dan Demokratisasi. Yogyakarta: Jendela. Darmanto, SS,1992.Manajemen Produksi Siaran. Yogyakarta:

JICA-MMTC.

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.

Nawawi, Hadani, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983.

Rais, Amin, 1985. “RRI dan Kehidupan Beragama” dalam Suryo Sumarno, dkk. RRI Nusantara II Yogyakarta: Bergulat Dalam

Berkarya. Yogyakarta PT BP Kedaulatan Rakyat.

Sumanto, 2002.Nartosabdho: Kehadirannya dalam Dunia

Pedalangan. Surakarta: STSI Surakarta Press.

Wahyudi, J.B, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN UNTUK