• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPULAUAN SANGIHE

D. Temuan Dan Pembahasan

Faktor-Faktor pendukung potensi Desa sebagai tujuan Ekowisata mencakup beberapa hal penting sebagai berikut;

1. Masyarakat di Desa Lenganeng masih tetap mempertahankan karakteristik kehidupan tradisional sebagai identitas utama masyarakat Desa Lenganeng yang menggantungkan hidup mereka dari potensi sumber daya manusianya sebagai pekerja Tukang Pandai besi dan Petani dengan menyeimbangkan keberlangsungan hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam sekitar yang terus dikelolah sebagai aset saat ini dan yang akan datang.

2. Masyarakat di Desa Lenganeng berjumlah total 640 jiwa sudah termasuk dengan jumlah kepala Keluaraga yang terdapat 184 kepala keluarga. Sebagian besar pekerjaan masyarakat di Desa Lenganeng 85% Laki-laki melakoni pekerjaan sebagai Pandai Besi. Dan sebagian dari Perempuan bekerja sebagai Petani, dan kelompok tani yang terdapat di Desa Lenganeng terdiri dari 4 kelompok Tani.

3. Sistem adat – istiadat Komunitas “Masade” yang merupakan salah satu ajaran kepercayaan tertua di Indonesia masih tetap ada sampai saat ini, komunitas kepercayaan Masade berkaitan dengan lahirnya sejarah Pandai Besi pertama kali yang ada di Desa Lenganeng Kabupaten Kepulauan Sangihe.

4. Upaya pelestarian penegmbangan sumber daya alam di Desa Lenganeng terus dikelolah dengan baik oleh segenap lapisan

masyarakat lokal desa Lenganeng, beberapa bagian kapasitas lahan di Desa Lenganeng masuk dalam Program Desa jangka panjang sebagai kawasan Agrowisata.

5. Masyarakat lokal khususnya pekerja Pandai besi masih tetap aktif dalam memproduksi hasil kerjainan tradisional membuat pedang/pisau untuk dijual ke luar daerah seperti Manado, Makasar, Papua, ternate dan ke daerah lainnya, sebagai bentuk pengembangan kgiatan ekonomi kreatif.

6. Adanya bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Dinas Kementrian Perindustrian yang

mendirikan bangunan industri kecil menengah untuk

menunjang kegiatan berproduksi khususnya Pandai Besi. 7. Sanggar Apapuhang merupakan Sanggar satu-satunya yang ada

di Desa Lenganeng yang aktif bergerak dalam bidang seni baik itu seni kerajinan tangan tradisonal maupun seni musik tradisonal yang menciptakan lagu-lagu khas daerah Sangihe. 8. Sarana prasarana di Desa Lenganeng sudah cukup memadai,

Transportasi, Gereja, Masjid, Sekolah, Jalan Desa/RT, Jalan irigasi usaha tani, Kamar mandi umum, Bangunan Pandai besi industri kecil menengah, Serta jaringan koneksi Internet. 9. Kawasan wisata alam situs sejarah air terjun Apapuhang belum

dikelola secara optimal, karena kontrol pengembangan pengelolaan dilakuan secara bertahap dari berbagai aspek, dengan alasan agar apa yang di kerjakan menjad ebh fokus dan terarah.

10. Belum terbentuknya komunitas masyarakat yang berfungsi sebagai kontroler pada masing-masing aspek atau potensi desa yang bertujuan dalam pengembanga dan pengelolaan agar supaya lebih terarah.

E. Pembahasan

Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukan bahwa faktor potensi desa sebagai tujuan ekowisata sangat mendukung, tetapi ada beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan, terutama eksistensi masyarakat lokal yang terus berpartisipasi terhadap pengembangan potensi Desa Lenganeng melalui berbagai upaya baik dari segi masalah lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya. Namun belum terbentuknya komunitas masyarakat lokal sebagai kontroler pada masing-masing aspek untuk pengembangan dan pengelolaan lebih terarah.

Upaya tersebut dibuktikan dengan antusiasme masyarakat lokal terlibat akatif dalam pengelolaan lahan sumber daya alam untuk pemanfaatan keberlangsungan hidup saat ini dan yang akan datang, serta berupaya mendirikan beberapa kelompok tani, dan kerja keras kelompok Pandai besi dalam berproduksi hasil kerajinan tangan untuk menegmbangkan kegiatan ekonomi kreatif yang berdampak pada peningkatan sumber daya Manusia. Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal yang aktif maka tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud secara optimal. Sebagaimana diketahui suatu desa yang memiliki potensi besar untuk menjadi lebih maju adalah kesiapan dan partisipasi masyarakat itu sendiri.

Tetapi disisi lain, peran masyarakat terlihat belum fokus pada tiap masing-masing potensi yang ada dalam pengembangan dan

pengelolaan sebagai tujuan ekowisata, memang masyarakat

berpartisipasi secara aktif, tetapi mindset pola pikir masyarakat lokal itu merupakan bagian dari pekerjaan seperti suatu rutinitas. Dalam artian masyrakat belum cukup paham bagaimana pola pengembagan pengelolaan potensi desa menuju ekowisata agar lebih terarah dan sesuai dengan tujuan dikarenakan belum adanya komunitas lokal dimasyarakat sebagai kontroler untuk maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Belum juga ditambah dengan masalah lain, seperti masalah pengelolaan atau keterkaitan kontribusi dengan pihak lain (swasta).

Berdasarkan hasil analisis data informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala Desa Lenganeng khususnya dalam hal pengelolaan, bahwa masyarakat Desa Lenganeng tidak menginginkan adanya pihak lain (swasta) yang ingin terlibat dalam pengembangan pengelolaan potensi desa, dikarenakan tidak ingin terjadi adanya gesekan dengan pihak tertentu baik dari sistem/peraturan yang ada. Masyarakat Lenganeng ingin betul-betul mengelolahnya secara mandiri yang tetap berdasarkan sistem budaya kemasyarakatan yang sudah ada.

“Kami sebagai Masyarakat Desa Lenganeng tidak

menginginkan pihak lain untuk terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pengelolaan potensi desa, eee.., karena menghindari gesekan ketika ada sistem/peraturan yang telah ditetapkan di Desa, sperti

contohnya ini mas.., hasil pendapatan dari retribusi, dan lain-lainlah. Intinya, kami selaku masyarakat lokal yang ada disini ingin mengembangakan pengelolaan secara mandiri melalui partisipasi masyarakat lokal sendiri, gitu mas”

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Lenganeng yaitu dari aspek partisipasi masyarakat dan pengelolaan kawasan yang belum optimal. Tetapi intinya adalah belum terwujudnya kelompok atau komunitas di dalam masyarakat lokal yang berfungsi sebagai kontroler pada tiap masing-masing potensi desa, walaupun sudah ada potensi yang terkontrol seperti terbentuknya 4 kelompok tani yang terkait langsung dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam desa, itu disebabkan karena keberlangsungan kehidupan sebagian masyarakat bergantung pada pekerjaan tersebut, sama halnya dengan para pekerja pandai besi. Tetapi jika ditinjau secara keseluruhan dari partisipasi masyarakat dalam hal pengembangan pengelolaan potensi desa sebagai tujuan ekowisata, masyarakat sangat antusias, namun tinggal peran masyarakat sebagai kontroler penegmbangan tiap potensi desa belum terbentuk. Sehingga terkesan partisipasi masyarakat lokal masih bersifat bimbang antara pasif/aktif untuk berkontribusi bagi kemajuan desanya.

“Sebenarnya kami masyrakat desa Lenganeng, kalau

berbicara soal aktif dalam kegiatan-kegiatan membangun desa itu sangat antusias sekali. Tetapi sebagian masyrakat disini pola pikirnya agak berbeda dalam hal mengembangkan potensi desa sebaga tujuan desa ekowisata, sebagian berpikir bahwa apa yang membuat mereka dilibatkan adalah pekerjaan seperti pada umumnya, hmmm.., jadi kalau berbicara konsep penegmbangan dan pngelolaan potensi desa wisata, eee.., masyarakat masih kebingungan mas belum juga kita tidak memiliki kelompok masyarakat lokal yang bisa mengontrol atau menyusun konsep-konsep pengelolaan potensi desa menuju desa ekowisata mas, eee.., yang akhirnya

penembangan potensi desa kami untuk ekowisata jadinya belum jelas”

Desa lenganeng memiliki potensi yang cukup banyak dan beragam seperti yang sudah dipaparkan sbelumnya, untuk menuju desa ekowisata yang paling dibutuhkan adalah partisipasi masyarakat lokal untuk lebih giat dalam menegmbangkan potensi tersebut agar supaya karakteristik desa tetap terjaga dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan faktor-faktor pendukung yang telah teridentifikasi dinyatakan bahwa upaya penegmbangan potensi desa menuju ekowisata sangat baik tetapi ada beberapa aspek penting yang harus tetap dijangkau dan diperhatikan dalam proses penegmbangan pengelolaan potensi Desa.

F. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berbagai upaya yang dilakukan dalam penegmbangan pengelolaan potensi Desa sebagai tujuan ekowisata harus lebih jelas dan lebih serius bergerak pada aspek-aspek penting yang menunjang tujuan desa. Aspek penting yang dimaksud adalah; Partisipasi masyarakat lokal, ekonomi, sosial budaya dan adat istiadat masyarakat di Desa, Konservasi (ramah lingkungan).

Segala aspek penting harus dikontrol dengan baik agar tujuan yang dicapai mendapatkan hasil yang sesuai dan optimal. Tetapi yang paling diutamakan adalah partisipasi kesiapan masyarakat desa Lenganeng harus di imbangi dengan pola pikir yang lebih cermat, bahwa partisipasi masyarakat yang terlihat aktif bukanlah kerja rutinitas semata, namun masyarakat sudah harus bijaksana dalam menentukan sikap mengambil keputusan dan kebijakan untuk mengembangkan dan mengelolah potensi desa sebagai tujuan ekowisata agar tepat padat

sasaran. Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan dalam penelitian ini

maka direkomendasikan beberapa hal penting yang perlu

dipertimbangkan untuk mencapai tujuan desa Lenganeng sebaga desa Ekowisata.

1. Perlu adanya pembentukan khusus komunitas masyarakat lokal secara struktural yang merupakan bagian dari kontroler pada tahap pengembangan dan pengelolaan di tiap masing-masing potensi yang ada sekaligus sebagai penyusun program kerja dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

2. Menjalin kerjasama dengan berbagai mitra kerja baik stakeholder/pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe

dan komunitas-komunitas lain yang terkait dengan

kepariwisataan.

3. Merancang media sosial sebagai sarana promosi yang mendukung dalam kegiatan pemasaran potensi desa ekowisata. 4. Harus lebih aktif untuk mengadakan event/kegiatan pariwisata

didesa Lenganeng untuk memberikan daya tarik bagi

masyarakat luar khususnya wisatawan domestik/mancanegara. 5. Masyarakat lokal harus dibekali dengan pengetahuan tentang

kepariwisataan, terlebih khusus bagaimana menjamu

wisatawan, mengajarkan adat istiadat budaya masyarakat lokal kepada wisatawan, serta menjadi pemandu wisata.

Daftar Pustaka

Dewi, Fandely, dan Baiquni (2013), Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatihluwih Tabanan, Bali. KAWISTARA Vol 3, No. 2.

Gamal Suwantoro, SH. 1997. Dasar-dasar Pariwista. Yogyakarta : Andi Offset.

I Gde Pitana, I Ketut Surya Diarta (2009), Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Janianton Damanik (2013), “Pariwisata Indonesia”. antara peluang dan tantangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Parikesit Widiatedja (2010), Liberalisasi Jasa Dan Masa Depan

Pariwisata Kita. Denpasar-Bali: Udayana University Press.

Sarbini Mbah Ben (2010), “Paradigma Baru Pariwisata”, Sebuah kajian filsafat. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Tanaya dan Rudiarto (2014), Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 12014

Wardiyanto DR.M Baiquni, 2011. Perencanaan Pengembangan

Pariwista. Bandung: Lubuk Agung.

Zakaria dan Suprihardjo (2014), “Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan” JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2,

95|J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7

PRODUKSI REKAMAN KARAWITAN RRI YOGYAKARTA