• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA AHMAD TOHARI

3.1 Tragedi 1965 dalam Sejarah

3.4.4 Proses Rekonsiliasi Mantan Tahanan Politik

Dalam Novel Kubah terjadi proses rekonsiliasi seorang tahanan politik yang mentalnya telah melemah, tahanan yang di buang dan diasingkan serta jauh dari keuarga. Tahanan politik yang menganut ajaran atheis akhirnya kembali untuk kembali ke ajaran Tuhan Yang Maha Esa.

Kubah karya Ahmad Tohari memaparkan nasib seorang mantan tahanan

politik (tapol) yang kembali dari pulau B, tempat pengasingan orang-orang yang terlibat dengan PKI selama 12 tahun Karman terpencil di Pulau B. Perasaan terasingkan dan dikucilkan menyelimuti seorang tahanan politik. Rasa takut yang mendalam apabila setelah keluar dari pengasingan tidak diterima lagi oleh masyarakat. Dua belas tahun bukan waktu yang sebentar bagi seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Hali ini terlihat dalam kutipan berikut:

Anehnya ia merasa asing, jelas dapat dirasakannya ada pemisah antara dirinya dengan alam sekeliling. la tidak terpadu dengan semua yang dilihat. "Tentu saja, aku kan hanya seorang bebas Tapol, "Tahanan Politik" begitu pula yang dialami oleh Karman (hlm 45).

Namun semua prasangka itu salah, masyarakat masih dapat menerima mereka yang pulang dari tahanan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Di rumah orang tuanya, Karman sedang dirubung oleh para tamu, tetangga yang sudah amat lama ditinggalkan. la merasa heran dan terharu, ternyata orang-orang Pegaten tetap pada watak mereka yang asli. Ramah bersaudara dan yang penting : gampang melupakan kesalahan orang lain. Padahal yang sangat dikhawatirkan Karman adalah sikap membenci yang mungkin diterima begitu ia muncul kembali di Pegaten.... (hlm 167)

Diterimanya para tahanan politik di tengah-tengah masyarakat, menggantikan hubungan yang harmonis antara bebas tahanan politik dengan masyarakat biasa. Peristiwa 1965, memang telah dilupakan orang, terutama di desa Pegaten, masyarakat lebih memilih untuk melanjutkan kehidupan mereka secara normal. Kehidupan pedesaan yang damai telah menjadi ciri khas, bahkan bagi para penduduknya. Begitu pula dengan para bekas tahanan politik yang berusaha menjadi rajin dari para penduduk biasa, bila ada kerja bakti merekalah yang datang lebih dulu. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Bogor, Oktober 1965 sudah dilupakan orang, juga di Pegaten. Orang-orang yang mempunyai sangkut paut dengan peristiwa itu, baik yang pernah ditahan atau tidak telah menjadi warga negara yang taat, kecuali mereka yang telah meninggal. Tampaknya mereka ingin disebut sebagai orang yang sungguh-sungguh bertobat. Bila ada perintah kerja bakti, merekalah yang paling dulu muncul. Sikap mereka yang demikian itu cepat mendatangkan rasa bersahabat diantara sesama warga Pegaten. (hlm 31).

Sikap para bekas tahanan politik yang menunjukkan keinginan mereka untuk bertobat kembali menjadi warga masyarakat biasa pada umumnya, disambut baik oleh warga yang lain. Bahkan dengan sikap yang demikian cepat mendatangkan rasa bersahabat. Menjadi tahanan politik tidaklah harus dikucilkan maupun disingkirkan setelah mereka kembali ke masyarakat. Lapang dada dan sikap saling menghargai menjadi kunci terjalinnya hubungan dalam masyarakat.

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Rangkuman

Setelah melalui pembahasan pada bab sebelumnya penelitian ini dapat disimpulkan unsur intrinsik dan proses rekonsiliasi dalam novel Kubah. Unsur intrisik dalam novel Kubah meliputi alur, tokoh, latar, dan tema.

Alur novel Kubah tidak secara urut dipaparkan, dari awal hingga hingga akhir, di dalamnya terdapat unsur sorot balik. Pada bagian awal terdapat paparan, rangsangan, dan gawatan. Paparan menjelaskan keluarnya Karman dari pengasingan, serta peristiwa sorot balik saat Karman menikah dengan Marni. Bagian Rangsangan memaparkan kepulangan Karman kerumah Gono adik iparnya setelah bingung harus pulang kemana. Bagian Gawatan dimulai dengan peristiwa sorot balik sesudah Pengakuan Keadaulatan pada tahun 1949, banyak anggota laskar Hisbulah yang meletakkan senjata. Pada awal ajaran 1950 Karman sudah menjadi murid SMP di sebuah kota Kabupaten yang terdekat. Setelah Karman mulai di pengaruhi seorang anggota PKI yang bernama Margo, Karman dicarikan kerja di Kecamatan Kokosan, dengan demikian Karman merasa berhutang budi, sehingga mudah bagi Margo untuk mempengaruhinya. Secara tidak sadar Karman telah di jauhkan dari keluarga Haji Bakir, yang memberikan ajaran keagamaan kepadanya.

Bagian tengah terdapat tikaian, rumitan, dan klimaks. Bagian tikaian, dimulai dari peristiwa sorot balik lamaran Karman yang tidak di terima oleh Haji Bakir karena terlambat. Alasan itu tidak diterima begitu saja oleh Karman karena laki-laki yang beruntung meminang Rifah adalah Abdul Rahman, anak pedagang

kaya keturunan Pakistan. Bagian rumitan, memaparkan rasa dendam Karman yang semakin dalam terhadap Haji Bakir, Karman mulai menjauh dari masjid dan mulai meninggalkan sembahyangnya. Pada bagian keenam, diceritakan Margo yang melaporkan keatasannya untuk menyumpah Karman menjadi anggota partai. Usulan itu belum diterima oleh atasannya dengan alasan bahwa Karman masih seorang yang perasa, ditambah lagi perasaan Karman terhadap Rifah tumbuh kembali. Rifah telah menjadi seorang janda, suaminya mengalami kecelakaan yang kemudian merenggut nyawanya. Hal itu sangat tidak di sukai oleh partai Margo karena itu bisa menjadikan Karman kembali ke kehidupannya semula, seorang yang taat beragama. Atas perintah atasannya Margo mencarikan wanita lain yang memang lebih cantik dari Rifah.

Bagian akhir terdapat leraian dan selesaian yang merupakan cerita penutup dari novel Kubah. Bagian leraian menceritakan kepulangan Karman ke desa Pegaten yang membuat hati Marni semakin tersiksa, rasa bersalah selalu menghantuinya. Semua warga dapat menerima Karman kembali, banyak dari mereka berbondong-bondong kerumah Karman untuk melihat keadaannya sepulang dari pengasingan. Begitu pun Marni keinginannya untuk melihat Karman sangat kuat, tapi rasa bersalah yang terus menghantuinya mengurungkan niat Marni. Tini terus mendesak ibunya untuk melihat Karman, semula Marni menolak tapi akhirnya Marni mengalah. Pada selesaian memaparkan keikut sertaan Karman dalam merenovasi masjid Haji Bakir yang kondisinya sudah memprihatinkan. Karman mengajukan diri untuk membuat kaubah masjid tersebut. Hal itu merupakan upaya Karman untuk memulihkan kepercayaan

orang-orang Pegaten. Kubah menjadi simbol bagi Karman, bahwa dia telah menjadi Karman yang dulu lagi, Karman yang taat pada ajaran agama.

Tokoh dalam novel Kubah dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah Karman yang sering muncul dalam cerita novel Kubah. Cerita bawahan yaitu Marni, Haji Bakir Rifah, Rudio, Tini, Margo, Hasyim, Jabir, Bu Mantri dan Bu Gono. Tokoh- tokoh tersebut dianalisis secara fisik, psikologis, dan kehidupan sosialnya.

Latar dalam novel Kubah dibagi menjadi latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Kubah meliputi beberapa tempat, diantara di Markas Komando Distrik Militer, alun-alun Kabupaten, pulau B, pulau B,rumah Gono ,desa Pegaten ,dirumah Kastagetek,rumah orang tua Karman,Astana Lopajang,masjid Haji Bakir. Latar waktu, diantaranyaLatar waktu pagi hari, siang hari,sore hari, petang hari,malam hari, Latar waktu dengan menunjukkan berapa hari,Latar waktu dengan menunjukkan pukul berapa, Latar waktu yang menunjukan tahun. Latar sosial mencakup penggambaran tradisi, kebiasaaan hidup, keyakinan, cara berpikir, sikap yang tergolong latar spiritual.

Tema cerita novel Kubah tidak diungkap secara eksplisit. Hasil analisis terhadap tokoh, alur dan latar digunakan untuk mendukung pengungkapan tema. Banyak nilai-nilai yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya, antara lain yang terdapat pada novel kubah ini. Nilai yang dapat menjadikan panutan untuk pedoman kehidupan sehari-hari. Manusia diciptakan oleh Tuhan lahir ke dunia dan nantinya juga akan kembali kepada-Nya. Dengan memegang teguh filsafat ini maka setiap manusia akan memilih jalan Tuhan dan bertakwa

kepada-Nya. Nilai yang menggambarkan bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa berserah diri, serta bertakwa kepada-Nya. Dengan demikian setiap cobaan seberat apapun di dunia akan terasa ringan. Nilai lain yang menggambarkan bahwa seseorang yang melakukan kesalahan hendaknya berusaha memperbaikinya. Begitu pula kesalahan yang berhubungan dengan masyarakat hendaknya berusaha memperbaiki agar masyarakt memberikan kepercayaan lagi.

Dalam novel Kubah terdapat proses rekonsiliasi yaitu poses rekonsiliasi dalam keluarga, masyarakat,umat beragama, dan proses rekonsiliasi mantan tahanan politik. Pertama, proses rekonsiliasi dalam keluarga, tokoh Karman mengalami proses rekonsiliasi dalam keluarga setelah keluar dari pengasingan. Karman yang telah selam 12 tahun berada dalam pengasingan merasa dirinya tidak layak lagi di terima dalam keluarga. Terputusnya hubungan dalam satu keluarga membuat Karman harus membangun kembali kepercayaan diri. Ketakutan Karman selama di dalam pengasingan ternyata tidak terbukti, akhirnya Ia dapat di teriama kembali dalam keluarga. Hubungan keluarga antara ibu dan anak, anak dengan ayah, kakak dengan adik akhirnya dapat terjalin kembali.

Kedua, proses rekonsiliasi yang terjadi dalam masyarakat, dalam novel Kubah tokoh Karman yang menagalami proses rekonsiliasi dengan masyarakat. Proses rekonsiliasi yang dialami Karman dalam memperbaiki hubungannya di masyarakat, dimulai dengan penyesalan Karman yang telah membenci Haji Bakir, karena dia telah menolak lamaran Karman terhadap Rifah anak tunggal Haji Bakir. Karena kebencian yang teramat sangat Karman sampai rela meninggalkan ibadahnya. Semakin ia meninggalkan ibadahnya semakin puas hati Karman, cara

itulah yang diambil Karman untuk membalas dendam kepada Haji Bakir. Namun setelah keluar dari tahanan Karman menjadi sadar bahwa apa yang telah dilakukannya kepada Haji Bakir adalah dosa besar. Karena itulah ketika Haji Bakir berkunjung ke rumah Bu Mantri untuk melihat keadaan Karman, Karman lanngsung berlutut dihadapannya memohon ampun.

Ketiga, proses rekonsiliasi umat beragama. Novel Kubah merupakan novel yang mengandung unsur religius agamis Islami. Didalamnya terdapat beberapa kutipan yang diambil dari kitab suci agama islam yaitu Al-Quran. Tokoh yang digambarkan dalam novel ini pun beragama islam, toko Karman yang telah meninggalkan segala ajaran-ajaran islam. Karman yang setelah menjadi anggota PKI mulai malas untuk beribadah. Selama dalam pengasingan Karman mulai menyadari akan segala kesalahannya. Karman yang menjadi tahanan politik di pulau B merasa dirinya sebagai orang buangan, mentalnya semakin melemah, demikian juga kondisi tubuhnya. Keadaan ini semakin parah ketika Marni, istrinya yang sangat dicintainya menikah dengan orang lain. Dalam keadaan

seperti inilah Kapten Somad yang menjadi tokoh yangmengajak Karman kembali

kejalan yang benar, jalan agama yang pemah dipeluknya sebelum ia mengenal ajaran atheis. Akhirnya akal dan nurani Karman telali kembali dengan digapainya kembali sesuatu yang pernah ia pegang. la yakini dan ia miliki yaitu Tuhan yang Maha Esa yang mutlak ajaran-Nya.

Keempat, proses rekonsiliasi mantan tahanan politik, Dalam novel Kubah

terjadi proses rekonsiliasi seorang tahanan politik yang mentalnya telah melemah, tahanan yang dibuang dan diasingkan serta jauh dari keuarga. Tahanan politik

yang menganut ajaran atheis akhirnya kembali untuk kembali ke ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Diterimanya para tahanan politik ditengah-tengah masyarakat, menggantikan hubungan yang harmonis antara bebas tahanan politik dengan masyarakat biasa. Peristiwa 1965, memang telah dilupakan orang, terutama di desa Pegaten, masyarakat lebih memilih untuk melanjutkan kehidupan mereka secara normal. Kehidupan pedesaan yang damai telah menjadi ciri khas, bahkan bagi para penduduknya.

4.2 Saran

Novel Kubah karya Ahmad Tohari memang sudah banyak di teliti, akan tetapi masih banyak hal yang menarik untuk dikaji. Sebagai contoh penelitian tentang unsur sejarah, dalam hal ini sejarah tragedi 1965 yang menjadi sejarah nasional bangsa Indonesia. Novel Kubah juga dapat diteliti mengenai konflik batin tokohnya, karena dalam novel konflik batinlah yang sering muncul dalam diri tokoh Karman.

Dokumen terkait