• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan peternaka n sapi pot ong di suatu wilayah bertujuan meningkatkan produkstivitas ternak dan meningkatkan pendapatan keluarga peternak. Jika secara teknis usaha peternakan sudah mengalami peningkatan, maka diperlukan perhitungan secara ekonomis seberapa besar peningkatan teknis tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan peternak.

Pola Dige mbalakan

Untuk mengetahui prediksi perkembangan secara biologi dari pola pemeliharaan sapi secara digembalakan, dengan menggunakan data koefisien teknis yang ada, maka dilakukan proyeksi pengembangan populasi dengan asumsi terdapat perbaikan-perbaikan yang menyangkut koefisien teknis diantaranya tingkat kelahiran pedet, tingkat kematian, perbaikan kapasitas tampung lahan, sedangkan proyeksi pengembangan populasi selama lima tahun ke depan dapat dilihat pada Tabel 21.

Koefisien teknis dari tahun pengembangan lima tahun ke depan mengalami perbaikan dari kondisi awal saat penelitian. Prediksi perbaikan koefisien teknis tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi ternak di masa yang akang datang. Jika tidak ada perbaikan-perbaikan terhadap teknis kondisi peternakan yang ada, maka diprediksi tidak akan terjadi penambahan populasi untuk waktu yang akan datang bahkan kemungkinan terjadi penurunan populasi dari kondisi yang sekarang.

Tabe l 22 Koefisien teknis sapi potong pola penggembalaan

Koefisien Te knis

Tahun Pengembangan

awal 1 2 3 4 5

Rasio pejantan : induk 1 : 25 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20 Replace ment induk 0.15 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 Angka kelahiran 0.25 0.30 0.40 0.40 0.50 0.50 Ke matian anak 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 Ke matian dara 0.02 0.02 0.015 0.015 0.015 0.015 Ke matian jantan 0.020 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 Ke matian induk 0.020 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 Afkir dara 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 Afkir pe jantan 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 Afkir induk 0.05 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10

Koefisien ta mpung lahan 0.6 0.65 0.8 0.8 0.9 1.0 Produktivitas lahan 0.5 0.6 0.6 0.65 0.7 0.7 Lahan garapan + hutan 4 500 4 500 4 500 4 500 4 500 4 500 Lahan diperbaiki (ha) 3 150 3 150 3 600 3 600 3 600 3 600 Daya tampung lahan (ST) 2 205 2 205 2 880 2 880 3 240 3 600

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gurnadi (1998), bahwa tujuan dari pengembangan sapi potong ini adalah meningkatkan produksi ternak dengan meningkatkan kelahiran, daya tampung lahan, penggunaan sumber daya yang ada dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Berdasarkan komponen-komponen produksi yang mempengaruhi perkembangan populasi sapi potong di Kabupaten Sumedang, disusun suatu rencana pengembangan untuk jangka waktu lima tahun menggunakan koefisien teknis dengan asumsi bahwa populasi awal jumlah sapi yang ada. Pada Tabel 21 dapat dilihat proyeksi perkembangan populasi sapi potong dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Data koe fisien teknis ternak sapi seperti kelahiran, tingkat

kematian anak, kematian dewasa, daya tampung lahan diperoleh dari hasil penelitian, sedangkan data afkir induk diasumsikan sebesar lima persen pada tahun awal pengembangan dengan pertimbangan dilakukan pada ternak sudah tua dan majir. Semua data koe fisen teknis diupayakan meningkat setiap tahun setelah dilakuka n perbaikan manajemen termasuk daya tampung lahan.

Pengelolaan lahan dengan peningkatan koefisien daya tampung lahan dilakukan dengan cara penanaman lahan yang tersedia dengan tanaman yang dapat dijadikan pakan ternak. Program pengelolaan lahan ini dilakuka n secara bertahap, sehingga pada lima tahun mendatang seluruh lahan yang manjadi sumber penyediaan pakan meningkat prodiktivitasnya. Kapasitas daya tampung lahan pada tahun pengembangan ke-5 maksimal sehingga daya tampung bebasnya mendeka ti nol atau tidak ada pe namba han sapi ind uk/dara. Sapi afkir dara dan induk serta penjualan sapi lainnya digunakan untuk biaya operasional, sedangkan pada tahun ke-5 afkir da n penj ualan ternak seperti dara bunting cukup tinggi dengan maksud untuk menghindari populasi melebihi daya tampung lahan dan meningkatkan penerimaan dari usaha tersebut sehingga efisiensi usaha ini meningkat dan layak secara ekonomis.

Proyeksi pengembangan usaha sapi potong lima tahun ke depan dengan menggunakan dasar asumsi perbaikan koefisien teknis setiap tahun pengembangan, diprediksi menjadi sebuah persamaan linier untuk menduga populasi dengan menggunakan variabel jumlah kelahiran anak yang meningkat persentasenya, jumlah kematian seluruh ternak sapi yang mengalami penurunan dan da ya tampung lahan yang semakin meningkat. Persamaan matematika yang dihasilkan dari proyeksi pengembangan pola digembalakan adalah sebagai berikut :

Model Matematika :

Y = 649,77 + 0.833X1 + 3.789X2 - 40.38X3

Konstanta = 649.77

X1 = variabel jumlah induk

X2 = variabel jumlah kelahiran anak

X3 = variabel jumlah kematian anak

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa semua variabel jumlah induk, jumlah kelahiran, da n jumlah kematian berpengaruh nyata terhadap peningkatan atau penurunan populasi ternak. Variabel junlah induk berkontribusi sebesar 0.833 satuan terhadap populasi (pada setiap penambahan satu ST, mengakibatkan penambahan polulasi sebesar 0.833 ST). Variabel jumlah kelahiran ternak berkontribusi sebesar 3.789 satuan terhadap populasi ternak (pada setiap penambahan kelahiran satu ST, mengakibatkan penambahan populasi sebesar 3.789 ST. Variabel jumlah kematian ternak berkontribusi sebesar -40.38 ST terhadap populasi ternak (pada setiap penurunan kematian satu ST, mengakibatkan penurunan populasi sebesar 40.38 ST. Model persamaan tersebut dapat digunakan untuk mendugai populasi ternak pada waktu tertentu dengan mengetahui koefisien teknis pada waktu tersebut, yaitu jumlah induk yang tersedia, tingkat kelahiran anak, dan tingkat kematian anak. Daya tampung lahan digunakan untuk mengontrol populasi dengan mengendalikan jumlah induk melalui pembelian induk atau penambahan dara.

Pola Dikandangkan

Untuk mengetahui prediksi perkembangan secara biologi dari pola pemeliharaan sapi secara digembalakan, dengan menggunakan data koefisien teknis yang ada, maka dilakukan proyeksi pengembangan populasi dengan asumsi terdapat perbaikan-perbaikan yang menyangkut koefisien teknis diantaranya tingkat kelahiran pedet, tingkat kematian, perbaikan kapasitas tampung lahan, sedangkan proyeksi pengembangan populasi selama lima tahun ke depan dapat dilihat pada Tabel 23.

Pada Tabe l 24 disajikan usaha perbaikan koefisien teknis yang dapat dilakukan berdasarkan ko ndisi dan ke mampuan yang ada. Koefisien teknis dari tahun pengembangan lima tahun ke depan mengalami perbaikan dari kondisi awal saat penelitian. Perbaikan koe fisien teknis tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi ternak di masa yang akang datang. Jika tidak ada perbaikan-perbaikan terhadap teknis kondisi peternakan yang ada, maka diperkirakan tidak akan terjadi penambahan populasi untuk waktu yang akan datang bahkan kemungkinan terjadi penurunan populasi dari kondisi yang sekarang.

Tabe l 24 Koefisien teknis sapi potong pola dikandangkan

Koefisien Teknis Tahun Pengembangan awal 1 2 3 4 5 Replacement induk 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Angka kelahiran 0.25 0.30 0.40 0.40 0.50 0.50 Kematian anak 0.05 0.04 0.03 0.030 0.030 0.030 Kematian dara 0.02 0.02 0.015 0.015 0.015 0.015

Kematian jantan muda 0.010 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

Kematian induk 0.020 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

Afkir dara 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05

Afkir induk 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05

Koefisien tampung lahan 0.5 0.5 0.6 0.7 0.8 0.8

Perbaikan lahan (%) 40 50 60 60 80 100

Lahan garapan + hutan 4 500 4 500 4 500 4 500 4 500 4 500

Lahan diperbaiki 1 800 2 250 2 700 2 700 2 880 3 600

Daya tampung lahan 900 1 125 1 620 1 890 2 880 3 600

Sumber : Hasil penelitian

Pengelolaan lahan dengan peningkatan koefisien daya tampung lahan dilakukan dengan cara penanaman lahan- lahan yang tersedia dengan tanaman yang dapat dijadikan pakan ternak. Program pengelolaan lahan ini dilakukan secara bertahap, sehingga pada lima tahun mendatang seluruh lahan yang manjadi sumber penyediaan pakan meningkat prodiktivitasnya. Kapasitas daya tampung lahan pada tahun pengembangan ke-5 maksimal sehingga tidak ada penambahan ternak induk. Sapi afkir dara dan induk serta penjualan sapi lainnya digunakan untuk biaya operasional, sedangkan pada tahun ke-5 afkir da n pe nj ualan ternak seperti dara bunting cukup tinggi dengan maksud untuk menghindari populasi

melebihi daya tampung lahan dan meningkatkan penerimaan dari usaha tersebut sehingga efisiensi usaha ini meningkat dan layak secara ekonomis.

Proyeksi pengembangan usaha sapi potong lima tahun ke depan dengan menggunakan dasar asumsi perbaikan koefisien teknis setiap tahun pengembangan, diprediksi menjadi sebuah persamaan linier untuk menduga populasi dengan menggunakan variabel jumlah kelahiran anak yang meningkat persentasenya, jumlah kematian seluruh ternak sapi yang mengalami penurunan dan da ya tampung lahan yang semakin meningka t. Model matematika yang dihasilkan dari proyeksi pengembangan pola digembalakan adalah sebagai berikut :

Model Matematika :

Y = 132.7 + 2.2X1 + 0.79X2 – 24.7X3

Y = Populasi

Konstanta = 132.7

X1 = variabel jumlah induk

X2 = variabel jumlah kelahiran

X3

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa semua variabel jumlah kelahiran, jumlah kematian dan daya tampung lahan berpengaruh nyata terhadap peningkatan atau penuruna populasi ternak. Variabel jumlah induk berkontribusi sebesar 2.2 satuan terhadap populasi (pada setiap penambahan induk satu ST, mengakibatkan penambahan polulasi sebesar 2.2 ST). Variabel jumlah kelahiran berkontribusi sebesar 0.79 satuan terhadap populasi (pada setiap penambahan induk satu ST, mengakibatkan penambahan polulasi sebesar 0.79 ST). Variabel jumlah kematian ternak berkontribusi sebesar -24.7 satuan terhadap populasi ternak (pada setiap penambahan kematian satu ST, mengakibatkan penurunan populasi sebesar 24,7 ST. Model matematika tersebut digunakan untuk menduga populasi ternak sapi potong pada waktu tertentu dengan mengetahui koefisien teknis sapi potong di daerah tersebut yaitu jumlah induk, tingkat kelahiran, tingkat kematian anak, serta daya tampung lahan kawasan tersebut. Daya

tampung lahan digunakan untuk mengontrol penambahan populasi keseluruhan dengan mengendalikan jumlah induk melalui penambahan dara atau replacement stock.

Dokumen terkait