TINJAUAN PUSTAKA
7. Paradigma sebagai observational framework (kerangka observasi), kosa kata yang berasosiasi dengan seperangkat
2.2.2 New Public Management
New Public Management merupakan frasa dalam bahasa Inggris yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Administrasi Publik
Baru. New Public Management (NPM) merupakan hasil perkembangan paradigma dalam Ilmu Administrasi Publik sebagai pengganti dari paradigma sebelumnya yaitu Old Public Management, dimana NPM ini lebih berorientasi pada masyarakat sebagai pelanggan.
Dengan cita-cita untuk mengimplementasikan perubahan atau reformasi birokrasi, tentu NPM menjadi pendekatan yang tepat dijadikan acuan. Warsito Utomo dalam bukunya Administrasi Publik Baru Indonesia: Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik. Menjelaskan saat ini secara empirik ada 3 kecenderungan di dalam implementasi perubahan atau reformasi publik, yaitu:
Pertama, di mana negara tetap mempertahankan ideological roots of Weberian bureaucracy yang bertitik tekan kepada kekakuan (rigidity) di dalam hierarki, status, kontrol dan otoritas. Orientasinya adalah pada peraturan-peraturan yang mengarah kepada sekedar tercapainya efisiensi (Lawfull state).
Kedua, adanya kecenderungan untuk mengarahkan birokrasi kepada democratic stage atau political govern, di mana orientasinya peraturan atau hukum sebagai alat atau instrumen untuk perubahan. Birokrasi lebih menitikberatkan kepada hasil, teamwork atau fleksibilitas daripada proses dan prosedur.
Ketiga adanya tuntutan birokrasi haruslah merupakan market oriented dari administrasi publik, dan ini berarti bahwa adanya penekanan kepada diferensiasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Di sini birokrasi harus menekankan fungsinya dalam jalur Citizen as a Customer atau Customer Oriented. (2009: 5)
Jika memperhatikan kecenderungan-kecenderungan di atas, maka jelaslah dari indikasi-indikasi ini terlihat adanya tuntutan untuk melepaskan diri dari konsep Administrasi Negara yang berbasis ideological roots of Weberian bureaucracy dan democratic stage atau political govern kepada Administrasi
‘Publik’ yang berbasis market oriented public administration. Perubahannya lebih kepada Citizen as a Customer.
Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, menjelaskan secara umum konsep New Public Management, bahwa:
Tema pokok dalam New Public Management ini antara lain bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan terminologi di sektor publik. Bahwa dalam melakukan hubungan antara instansi- instansi pemerintah dengan pelanggannya (customers) dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang dilakukan oleh mereka dunia pasar (market place). Dengan mentransformasikan kinerja pasar seperti ini maka dengan kata lain akan mengganti atau mereform kebiasaan kinerja sektor publik dari tradisi berlandaskan aturan (rule-based) dan proses yang menggantungkan pada otoritas pejabat (authority-driven process) menjadi orientasi pasar (market-based), dan dipacu untuk berkompetisi sehat (competition-driven tactics). (2010: 74)
Dengan memperhatikan gambaran umum di atas, maka dapat dipahami bahwa implikasinya, semua pimpinan (manajer) didorong untuk menemukan cara- cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan.
Konsep ini dipandang sebagai suatu konsep yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien. Seperti halnya Cristoper Hood dari dalam buku karya Miftah Thoha yaitu Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, menjelaskan bahwa “New Public Management mengubah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar.” Cara-cara legitimasi birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari direksi administrasi tidak lagi dipraktikkan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah (2010: 75)
Selanjutnya Vigoda dalam buku karya Harbani Pasolong yaitu Teori Administrasi Publik mengungkapkan bahwa ada tujuh prinsip-prinsip NPM, yaitu sebagai berikut:
1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik 2. Penggunaan indikator kinerja
3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output 4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil 5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi
6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen 7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi
dalam penggunaan sumber daya. (2011: 34)
Kemudian menurut Ferlie, Ashbuerner, Flizgerald dan Pettgrew dalam buku karya Harbani Pasolong yaitu Teori Administrasi Publik menjelaskan bahwa NPM telah mengalami berbagai perubahan orientasi, yaitu:
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.
2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.
3. Orientasi In Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optima dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada pejabat yang dipilih masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka, menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas. (2011: 35)
Dalam perkembangan administrasi negara, khususnya dalam hal reformasi birokrasi, semenjak konsep NPM ini di kemukakan, maka telah banyak kemajuan dari praktika konsep ini di beberapa negara dunia. Salah satunya Donald Kettl dalam buku karya Miftah Thoha yaitu Ilmu Administrasi Publik Kontemporer,
menjelaskan “the global public management reform” yang memfokuskan pada enam hal berikut ini:
1. Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan dari hal yang sama dan dari dasar pendapatan yang lebih kecil.
2. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk memperbaiki patologi birokrasi; bagaimana pemerintah bisa mengganti mekanisme tradisional “komando-kontrol” yang birokratis dengan strategi pasar yang mampu mengubah perilaku birokrat.
3. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan mekanisme pasar untuk memberikan kepada warga negara (pelanggan) alternatif yang luas untuk memilih bentuk dan macam pelayanan publik. Atau paling sedikit pemerintah bisa mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warganya.
4. Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsif. Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responsibilitas yang lebih besar dengan memberikan kepada manajer-manajer terdepan insentif untuk memberikan pelayanan.
5. Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk membuat dan merumuskan kebijakan. Bagaimana pemerintah bisa memisahkan perannya sebagai pembeli pelayanan (kontraktor) dari perannya sebagai pemberi pelayanan yang sesungguhnya.
6. Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan dampaknya (output dan income) ketimbang perhatiannya pada proses dan struktur. Bagaimana mereka bisa mengganti sistem yang menekankan pada alur atas-bawah (top- down), dan sistem yang berorientasi pada aturan (rule-driven system) kepada suatu sistem yang berorientasi pada alur bawah-atas (bottom-up) dan sistem berorientasi hasil. (2010: 76)
Sama halnya dengan pendapat Kettl di atas, Jonathan Boston dalam buku karya Miftah Thoha yaitu Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, menyatakan bahwa pusat perhatian dan doktrin New Public Management itu pada intinya sebagai berikut:
1. Lebih menekankan pada proses pengelolaan (manajemen) ketimbang perumusan kebijakan
2. Perubahan dari penggunaan kontrol masukan (input controls) ke penggunaan ukuran-ukuran yang bisa dihitung terhadap output dan kinerja target
3. Devolusi manajemen kontrol sejalan bersama dengan pengembangan mekanisme sistem pelaporan, monitoring, akuntabilitas baru
4. Disagregasi struktur birokrasi yang menjadi struktur instansi yang kuasi otonomi
5. Secara khusus melakukan pemisahan antara fungsi-fungsi komersial dengan yang non-komersial
6. Menggunakan preferensi untuk kegiatan privat seperti privatisasi, sistem kontrak sampai dengan penggunaan sistem penggajian dan remunerasi yang efektif dan efisien. (2010: 76)
Dari semua penjabaran-penjabaran di atas, maka dapat dipahami bahwa NPM secara umum adalah suatu paradigma dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern dengan berorientasi pada masyarakat sebagai pelanggan (Citizens as a Customer).
Munculnya paradigma New Public Management merupakan suatu titik tolak dari pergeseran paradigma Administrasi Negara. Dimana saat ini, terjadi perkembangan paradigma yang berubah dari ‘Administrasi Negara’ ke