• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Perencanaan di Puskesmas

4) Puskesmas Pelabuhan Sambas

Puskesmas Pelabuhan Sambas adalah Puskesmas yang cakupan indikator SPM nya paling rendah pada tahun 2012. Hanya 3 indikator yang dapat mencapai target yakni cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan, cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat serta cakupan penderita DBD yang ditangani.

Menurut hasil wawancara dengan informan, Kepala Puskesmas Pelabuhan Sambas lebih memilih menyerahkan kepada Pengelola BOK di Puskesmas untuk membuat perencanaan bersama dengan penanggung jawab program. Bila diamati pemanfaatan dana yang dilakukan oleh Puskesmas Pelabuhan Sambas sudah cukup bervariasi. Namun sebaiknya untuk upaya gizi lebih ditambah dengan sasaran pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin, selanjutnya sama hal nya dengan puskesmas lain untuk upaya promosi kesehatan sebaiknya dipilih kegiatan yang lebih berkontribusi terhadap peningkatan cakupan indikator KIA, imunisasi dan gizi, jadi tidak hanya tentang PHBS, cuci tangan dan kesehatan gigi mulut yang memakan dana cukup besar. Untuk upaya KIA juga sebaiknya menambah sasaran pada bayi dan balita untuk dapat meningkatkan cakupan kunjungan bayi dan pelayanan anak balita. Hal yang sedikit menjadi perhatian adalah pada upaya imunisasi yang melakukan kegiatan OJT sebagai satu-satunya puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini namun ternyata cakupan desa UCI menurun hingga

0%. Pemanfaatan dana pada puskesmas ini lebih luas namun tidak menghasilkan tujuan yang diharapkan.

Menurut hasil evaluasi terhadap pencapaian indikator SPM di Puskesmas Pelabuhan Sambas selama 4 tahun maka dapat disimpulkan bahwa dana BOK belum efektif dalam menaikkan cakupan indikator SPM di Puskesmas Pelabuhan Sambas. Kenyataan ini juga sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan dan pemanfaatan dana yang dibuat oleh puskesmas.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap cakupan SPM pada masing-masing puskesmas tersebut, dapat disimpulkan bahwa dana BOK belum efektif dalam meningkatkan cakupan indikator SPM di puskesmas. Hal ini sangat berkaitan erat dengan perencanaan dan pemanfaatan dana yang dilaksanakan oleh puskesmas.

Hasil evaluasi terhadap pencapaian SPM untuk tingkat Kota Sibolga selama 4 tahun yakni dari tahun 2009 sebelum ada dana BOK hingga tahun 2012 sebagai tahun ketiga diberlakukannya kebijakan BOK , menunjukkan trend penurunan, meskipun sempat meningkat pada tahun 2010 yaitu ada 8 indikator yang tercapai dari hanya 6 indikator pada tahun 2009 . Peningkatan ini kemungkinan besar juga bukan disebabkan oleh adanya bantuan dana BOK karena jumlah dana pada tahun 2010 hanya sebesar Rp 7.000.000,00 untuk masing-masing puskesmas dan dana tersebut baru diterima pada bulan September 2010. Hasil pencapaian indikator kembali menurun pada tahun 2011 menjadi 7 indikator yang tercapai dan semakin menurun menjadi hanya 5 indikator pada

tahun 2012. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan BOK belum berhasil mencapai targetnya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kondisi ini disebabkan oleh perencanaan dan pemanfaatan dana yang belum tepat dan hal ini berkaitan dengan masalah SDM. Hal ini juga tak lepas dari kurangnya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pengelola BOK tingkat kabupaten/kota terhadap pelaksanaan kebijakan BOK di puskesmas.

Selain hal tersebut peran Kepala Puskesmas juga sangat besar dalam keberhasilan program BOK. Pada tahun 2012 terjadi pergantian Kepala

Puskesmas di seluruh puskesmas, hal ini tentu sangat berkaitan erat dengan kinerja yang dihasilkan oleh puskesmas. Hal ini diakui oleh Kuasa Pengguna

Anggaran BOK di Dinas Kesehatan yang sekaligus adalah Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Sibolga yang menyatakan bahwa pergantian Kepala Puskesmas menyebabkan perubahan pada kinerja puskesmas. Para Kepala Puskesmas juga menyatakan bahwa mereka masih belajar dalam hal perencanaan dan pemanfaatan dana BOK, bahkan 2 orang Kepala Puskesmas lebih memilih menyerahkan masalah perencanaan kepada Pengelola BOK di Puskesmas dan pengelola program. Sejatinya Kepala Puskesmas diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya sebagai pemimpin organisasi yang menentukan maju mundurnya roda suatu organisasi.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan BOK di Kota Sibolga adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kebijakan BOK di Kota Sibolga telah dilaksanakan sesuai dengan Juknis BOK tahun 2012.

2. Perencanaan yang dibuat puskesmas sudah berdasarkan adanya masalah kesehatan yang diidentifikasi melalui hasil pencapaian program dan disesuaikan dengan juknis BOK tahun 2012, namun belum tepat dalam penentuan prioritas masalah dan intervensinya.

3. Pencairan dana masih mengalami keterlambatan sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan kegiatan rutin. Keterlambatan pencairan dana terjadi karena terlambatnya dana turun dari pusat ke kabupaten/kota, keterlambatan puskesmas dalam menyampaikan POA, perbaikan POA yang belum sesuai dan keterlambatan puskesmas dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan ke Dinas Kesehatan Kota.

4. Pemanfaatan dana BOK yang dilakukan oleh puskesmas belum sesuai dengan kebutuhan pencapaian indikator SPM dan MDGs sebagai tujuan dari kebijakan BOK.

5. Pencatatan dan pelaporan BOK terlalu banyak namun sudah dilaksanakan sesuai dengan Juknis BOK tahun 2012.

B. Beberapa faktor yang memengaruhi pelaksanaan kebijakan BOK di Kota Sibolga adalah faktor komunikasi, sumber daya, sikap atau disposisi dan struktur birokrasi.

1. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan BOK di Kota Sibolga adalah:

a) Adanya sosialisasi dan penyampaian informasi yang baik oleh dinas kesehatan kepada puskesmas.

b) Adanya kejelasan informasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Sibolga

c) Adanya Petunjuk Teknis kebijakan yang cukup jelas untuk dipedomani oleh puskesmas dalam melaksanakan kebijakan BOK.

d) Adanya kecukupan SDM dari sisi kuantitas.

e) Kelengkapan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan kebijakan BOK yaitu berupa fasilitas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta fasilitas dalam pengelolaan administrasi BOK.

g) Adanya respon puskesmas sebagai pelaksana kebijakan yang sangat mendukung kebijakan BOK.

h) Adanya kejujuran dari pelaksana kebijakan.

i) Adanya tindakan nyata berupa pelaksanaan sebagai perwujudan dukungan terhadap kebijakan BOK.

j) Adanya struktur organisasi pengelolaan BOK. k) Adanya petunjuk pelaksanaan tugas yang jelas.

2. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan kebijakan BOK di Kota Sibolga adalah:

a) Masih adanya kepala puskesmas dan pengelola BOK puskesmas yang belum pernah mengikuti sosialisasi.

b) Kualitas SDM yang belum sesuai dengan yang diharapkan, dan hal ini berpengaruh pada kualitas perencanaan yang dibuat puskesmas.

c) Masih adanya sebagian kecil petugas yang menunjukkan kekurang pedulian terhadap kebijakan BOK.

d) Belum optimalnya pembagian tugas yang dibuat oleh Kepala Puskesmas sehingga sering mengganggu kelancaran pelaksanaan kebijakan BOK.

C. Pencapaian cakupan indikator SPM di seluruh puskesmas mulai tahun 2009 sebelum adanya kebijakan BOK hingga tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan, hanya Puskesmas Sambas yang sempat mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2010 dan 2011.

D. Cakupan indikator SPM bidang kesehatan di Kota Sibolga mulai tahun 2009 hingga tahun 2012 menunjukkan trend penurunan namun sempat mengalami peningkatan pada tahun 2010. Indikator yang belum mencapai target pada tahun 2012 adalah cakupan kunjungan ibu hamil K4, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan pelayanan nifas, cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan bayi, cakupan pelayanan anak balita, cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin, cakupan peserta KB aktif, cakupan desa/kelurahan UCI, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit pneumonia balita, cakupan penemuan dan penanganan penderita diare dan cakupan desa siaga aktif.

E. Kebijakan BOK belum efektif dalam meningkatkan pencapaian cakupan SPM di puskesmas, namun dipandang sangat positif dan baik dalam meningkatkan upaya promotif dan preventif , perbaikan manajemen puskesmas dan meningkatkan semangat kerja petugas untuk melaksanakan tugas di luar gedung. Ketidak efektifan dana ini dipengaruhi oleh perencanaan dan pemanfaatan dana yang kurang tepat yang berkaitan dengan masih kurangnya kualitas SDM puskesmas.

F. Kebijakan BOK merupakan kebijakan yang sangat baik dan sangat perlu untuk diteruskan namun dalam implementasinya dibutuhkan upaya perbaikan

terutama dalam perencanaan dan pemanfaatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga tujuan awal dari BOK dapat tercapai.

6.2 Saran

a. Perbaikan manajemen di Puskesmas dalam hal planning, organizing, actuating

dan controlling dan terutama sekali dalam hal membuat perencanaan

kesehatan yang baik agar dana yang turun ke puskesmas dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi meningkatnya kesehatan masyarakat.

b. Perencanaan kegiatan hendaknya diprioritaskan pada pencapaian target SPM dan MDGs yang belum tercapai sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan terutama untuk target MDGs yang pada tahun 2015 diharapkan harus tercapai.

c. Dinas Kesehatan Kota disarankan untuk melaksanakan pelatihan manajemen puskesmas dan sosialisasi mengenai indikator SPM sehingga puskesmas dapat membuat perencanaan kesehatan yang baik dan dapat meningkatkan kinerjanya.

d. Dinas Kesehatan Kota agar mengkoordinasikan kepada puskesmas penyusunan perencanaan kegiatan yang dibiayai oleh dana APBD untuk mencegah terjadinya tumpang tindih kegiatan dari dana BOK.

e. Perlunya pembentukan tim khusus di puskesmas yang bukan tenaga fungsional untuk mengelola masalah pembiayaan sehingga masalah beban

ganda petugas pengelola dapat dihindari, ditambah lagi dengan akan semakin meningkatnya beban pekerjaan di puskesmas pada tahun-tahun mendatang. f. Mengingat dana BOK hanya sebagai dana bantuan maka diharapkan

komitmen Pemerintah Kota Sibolga untuk tetap memperhatikan dan meningkatkan dana operasional puskesmas sehingga puskesmas dapat lebih meningkatkan perannya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. g. Pada tataran konsep, kebijakan BOK merupakan kebijakan yang sangat baik

namun pada tataran implementasinya masih kurang baik karena belum didukung oleh SDM yang memadai.

Dokumen terkait