• Tidak ada hasil yang ditemukan

‘ULUM DESA BUNAR JASINGA BOGOR

B. Metode Psikoterapi Islam Riyadhoh Pondok Pesantren Manba‘ul ‘Ulum

4. Qiyām al-Lail

44

Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

45KH. Shohibul Wafa‟ Tadjul Arifin, Miftah al-Shudur, Kunci Pembuka Dada, h. 24.

46

Bilangan zikir kalimah Thayyibah setiap kali melaksanakan tidak boleh kurang dari 165 kali, lebih banyak lebih baik dengan ketentuan diakhiri hitungan bilangan ganjil. Seseorang yang melaksanakan dzikir dengan serius dan istiqamah akan merasakannya sebagai katarsis (kanalisasi psikologis), bahkan insight (pencerahan). Proses terjadinya penyadaran dan perubahan kondisi psikologis saat melaksanakan dzikir dengan penuh khusyu ini akan ditandai dengan kesempurnaan tujuh tingkat kesadaran atau dikenal dengan tujuh macam nafsu, yaitu: 1) Nafsu Ammarah; 2) Nafsu Mulhimah; 3) Nafsu Muthmainnah; 4) Nafsu Radliyah; 5) Nafsu Mardliyah; 6) Nafsu

Lawwamah; 7) Nafsu Kamilah.

Dengan memperbanyak zikrullāh diharapkan akan memberikan pengalaman psikologis dan spiritual (aḥwāl) dan pada waktunya aḥwāl ini menjadi semakin permanen sebagai maqam hasil dari usaha untuk mempertahankannya. Zikir merupakan suatu media dalam syariat Allah dan melaksanakan fungsi-fungsi sosial sebagaimana mestinya dengan penuh keridaan-Nya. Hasil wawancara saya dengan Nur Azizah, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB. Lihat juga KH. Shohibul Wafa‟ Tadjul Arifin, Miftah al-Shudur, Kunci Pembuka Dada, h. 27

Qiyām al-lail atau bangun (shalat) di malam hari adalah salah satu

metode pembersihan jiwa. Amalan qiyām al-lail ini merupakan amalan yang sangat lajim dilakukan para ahli tarekat dan merupakan amalan sunat yang sangat diistimewakan. Bahkan di jaman Rasulullah Saw. amalan sunat ini pernah menjadi amalan wajib, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al-Mujammil ayat 1-7, berikut artinya: “1. Hai orang yang berselimut (Muhammad), 2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), 3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, 4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan, 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat, 6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan, 7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai

urusan yang panjang (banyak).”47

Pelaksanaan qiyām al-lail dengan bangun di malam hari antara pukul 00.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB untuk bermunajat dan beribadah kepada Allah dengan melakukan shalat atau amalan-amalan lainnya sangat dianjurkan dalam Islam. Ketika orang lain terlelap tidur, lalu bangun malam untuk bermunajat dan beribadah dalam suasana sepi senyap secara psikologis sangat kondusif dan mampu meningkatkan konsentrasi serta kekhusuan dalam beribadahnya. Dalam realisasi qiyām

al-lail di PP. Manba„ul „Ulum dengan metode Inabāh ini diisi dengan

berbagai amaliah, yaitu: mandi taubat, shalat-shalat sunat (sekitar 100

rakaat sebagaimana diterangkan dalam kurikulumnya), dan zikir yang

sebanyak-banyaknya sampai menjelang waktu subuh.48

Selain sebagai bentuk ibadah, kegiatan qiyām al-lail ini memiliki aspek olahraga yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan mampu memperlancar peredaran darah. Khususnya pada gerakan-gerakan dalam shalat dan mandi taubat, didukung dengan suasana waktu yang mempunyai suhu dan kepekatan udara sedang dalam kondisi yang paling jernih. Sehingga kecepatan suara batin (menurut perhitungan para ahli metafisika) paling cepat dan munajat pada waktu itu adalah paling baik

dan paling mudah terkabulkan. 49

5. Puasa

Amalan lain yang tidak kalah penting dalam proses Riyadhoh di Pondok Pesantren Manba„ul „Ulum Jasinga Bogor adalah berpuasa. Puasa dilakukan makan sahur dan buka puasa dengan mutih. Mutih berarti hanya memakan nasi putih, garam, dan meminum air putih. Puasa mutih dilaksanakan bertahap, yaitu selama 3 hari, 7 hari, bahkan ada yang sampai 1 bulan. Pada tahapan satu dan dua hari puasa, sahur dan buka puasa hanya dengan memakan nasi putih, sedikit garam, dan tujuh buah cabe Rawit. Pada tahap akhir puasa, saat berbuka hanya diperbolehkan meminum air Zamzam tujuh tegukan. Setelah shalat maghrib, ritual puasa

48Observasi dan Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

49

Menurut perhitungan Circadian Rhythm (irama biologik dari komponen biologik dalam tubuh dan berkaitan erat dengan fungsi fisiologis tubuh), bahwa sekitar pukul.04.00 manusia berada pada titik yang paling lemah dan paling peka terhadap serangan penyakit dan kematian. Dengan beraktivitas yang teratur pada rentang waktu tersebut akan melatih fisik memiliki daya tahan yang lebih baik. Lihat: Kharisudin Aqib, “Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya Studi Tentang Tazkiyat al-Nafs Sebagai Metode Penyadaran Diri (Disertasi : UIN Jakarta, 2001), h. 25. Observasi dan Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

dilanjutkan sampai shalat subuh dengan tidak boleh tidur sama-sekali. Puasa memiliki nilai sangat penting dalam pembersihan jiwa, dikarenakan puasa (menahan dari makan, minum, dan perbuatan maksiat) yang disertai niat karena Allah akan mampu meningkatkan kualitas jiwa dan memperlemah daya nafsu hewani dan potensi primitif manusia. Puasa baik yang wajib maupun yang sunat mampu menekan tabiat rendah

manusia dan menyehatkan jiwa dan raga.50

Dengan memperbanyak puasa, seseorang akan terlatih secara psikologis untuk berperilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan

untuk mengendalikan diri.51

Menurut Abū al-Ḥasan Muḥammad ibn Yusūf al-Amīrī, seorang filosof Muslim (wafat tahun 992 M), sebagaimana yang dikutip oleh Kharisudin Aqib, gerak dan pemikiran manusia itu dikendalikan oleh tiga tabiat, yaitu: tabiat kebinatangan, tabiat kemanusiaan, dan tabiat kemalaikatan. Tabiat kebinatangan seperti: makan, minum, dan sex, kalau dituruti sesuai dengan keinginannya maka ia akan mengarahkan manusia kearah kehidupan rendah (binatang). Tabiat kemalaikatan, seperti: rindu dan asyik berdekatan dengan Tuhan akan mengarahkan manusia pada kehidupan alam atas (alam malaikat). Sedangkan tabiat kemanusiaan berada di posisi tengah, maka dengan mempersempit ruang gerak tabiat

50

Observasi dan Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

51 Puasapun sangat bagus dalam mengasah rasa kesetiakawanan sosial, karena dengan latihan merasakan lapar dan dahaga akan menurunkan ambisi, kerakusan, egoistis, dan kepekaan terhadap penderitaan orang lain. Dengan lemahnya fisik, maka ambisi dan semangat untuk mencapai keinginan hawa nafsunya akan melemah, dan ia akan lebih banyak merenungkan hakekat hidup daripada bergerak menuju hawa nafsunya. Lihat: KH. Shohibul Wafa‟ Tadjul Arifin, Miftah

kebinatangan, manusia akan meningkat kepada tabiat kemalaikatan. Sebaliknya kalau mengikuti tabiat kebinatangan, maka manusia menurun kepada tabiat kebinatangannya. Selain itu puasa memiliki berbagai manfaat psikologis lainnya dan juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh atau psikosomatik, seperti terciptanya kesehatan dan keseimbangan asam basa lambung, dikarenakan stress, tekanan darah tinggi, terlalu banyak

kolesterol dan lainnya.52

Berbagai amalan di atas merupakan amalan yang biasa dilakukan dalam keseharian peserta di Pondok Pesantren Manba„ul „Ulum Jasinga Bogor Jawa Barat, hanya bedanya adalah kualitas dan kwantitasnya lebih ditingkatkan dengan panduan langsung dari seorang Guru Mursyid. Bahkan untuk lebih meningkatkan kualitas tersebut ditambah dengan berbagai amalan yang selalu dilakukan seorang peserta, seperti:

khataman, manakiban, ziarah, dan lainnya.53

6. Pembinaan

Peserta ditempatkan pada pondok (kamar) Riyadhoh guna mengikuti program Riyadhoh sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh KH. Sirojuddin Jazuli di Pondok Pesantren Manba„ul „Ulum

mencakup mandi dan wudhu, shalat, zikir, serta ibadah lainnya.54

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, peserta psikoterapi Islam juga diberikan kegiatan tambahan berupa: pelajaran baca al-Qur‟an,

52Kharisudin Aqib, “Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah Suryalaya Studi Tentang Tazkiyat

al-Nafs Sebagai Metode Penyadaran Diri (Disertasi : UIN Jakarta, 2001), h. 30.

53

Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

54

Observasi dan Wawancara saya dengan K.H. A. Sirojudin Jazuli, salah satu pengurus PP Manba„ul „Ulum di Kantor PP. Manba„ul „Ulum tanggal 17 Maret 2014, Pukul 17.00 WIB.

berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah raga. Setiap peserta dibina dan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para

pembina Riyadhoh yang bersangkutan.55

Proses penyadaran yang digunakan dalam metode Riyadhoh ini diistilahkan sebagai tazkiyat al-nafs atau pembersihan jiwa dari berbagai penyakit atau kotoran hati, seperti: kikir, ambisius, iri hati, bodoh, hedonistik, dan berbagai akhlak tercela lainnya. Berbagai akhlak tercela tersebut merupakan sumber kerusakan moral dan pribadi seseorang, yang pada gilirannya dapat merusak jiwa (psike), bahkan fisik seorang manusia (soma), sehingga muncul istilah penyakit psikosomatis. Tepatlah isyarat yang telah ditegaskan oleh Rasulullah saw bahwa antara jiwa dan raga (fisik) mempunyai keterkaitan yang erat dalam mewujudkan kesehatan seorang manusia.

C. Komponen Riyadhoh PP. Manba‘ul ‘Ulum

Sebagai sebuah metode terapi penyadaran diri, Riyadhoh mempunyai beberapa komponen yang saling terkait satu sama lainnya dan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan peserta yang dibina. Komponen-komponen tersebut adalah:

1. Mursyīd

55Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juhaya S. Praja, dalam tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845 anak bina yang mengikuti program inabāh dapat dikembalikan ke keadaan semula dan dapat kembali hidup di masyarakat dengan normal. Atas keberhasilan metoda Inabāh tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja. Lihat Kharisudin Aqib, “Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah Suryalaya Studi Tentang Tazkiyat al-Nafs Sebagai Metode Penyadaran Diri ( Disertasi : UIN Jakarta, 2001), h. 30.

Mursyīd Riyadhoh yaitu pemimpin Pondok Pesantren Manba„ul

„Ulum, yaitu KH. A. Sirojuddin Jazuli.56

Seorang Mursyid dalam sebuah tarekat adalah segalanya dan penentu semua aktivitas ketarekatan atau aktivitas kesufian para muridnya. Bahkan seorang murid dalam tarekat dihadapan Mursyīd-nya ibarat seorang mayat dihadapan orang yang

memandikannya.57

Dokumen terkait