• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah

A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta

Berita yang diturunkan harian Media Indonesia pada tanggal 1 November 2007 menyoroti tentang pelarangan berkembangnya ajaran aliran al Qiyadah al Islamiyah di wilayah Provinsi DKI Jakarta mulai tanggal 31 Oktober 2007 yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta.110 Dengan judul Keagamaan, Ajaran al Qiyadah dilarang di Jakarta.

Dalam berita tersebut terdapat larangan ajaran al Qiyadah yang merupakan putusan dari beberapa instansi pemerintahan. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo yang menghadiri pertemuan tersebut di Balai Kota untuk menandatangani keputusan itu.111 Harian Media Indonesia mencoba konsisten dengan visi dan misinya yang menyajikan berita sesuai fakta yang ada.112

A.3.1. Sintaksis. a. Headline

Pada bagian headline, pemberitaan isu aliran sesat yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia cukup mewakili isi dari berita. Petikan headline tersebut adalah:

, % " !

* ; 9

110

“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, h. 4

111

Ibid, Paragraf 2 112

Wawancara Pribadi dengan Hapsoro Poetro, Redaktur Media Indonesia, 2 Juni 2007, di Kedoya, Kebun Jeruk.

Secara sintaksis berita yang dipublikasikan oleh harian Media Indonesia pada tanggal 1 November 2007 ini, berisikan tentang sebuah pernyataan yang menegaskan bahwa aliran al Qiyadah dilarang penyebarannya di DKI Jakarta.

Harian Media Indonesia memakai judul pada pemberitaan kali ini dengan memakai pernyataan dari Peraturan Gubernur (Pergub) DKI yang ditetapkan pada 31 Oktober 2007 di Jakarta.

b. Lead

Dilihat dari analisis sintaksis terutama dari sisi lead dan judul berita tersebut yang berbunyi sebagai berikut:

, % " ! * ; 9

Dan leadnya,

9 & '" () * *.

+ ; . 9 7/ $ 8

% ' ( ; .

Judul dan lead berita tersebut menceritakan bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersungguh-sungguh untuk melakukan pelarangan terhadap ajaran aliran yang disebut sebagai aliran sesat tersebut. Selain itu teks berita tersebut mempunyai pesan bahwa sejak tanggal diberlakukannya pelarangan ajaran sesat itu membuktikan bahwa sudah tidak ada tempat buat para pengikut aliran tersebut.

Berita ini menggunakan lead jenis pernyataan, yang berisi dengan pelarangan kegiatan ajaran al Qiyadah di wilayah DKI Jakarta. Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis mulai tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di Provinsi DKI Jakarta.

c. Latar.

Dari wacana latar informasinya peneliti menemukan teks berita yang berbunyi: C 3 # ? " 9 + ; . ; .-? C 3 # " 5 7 11 ! /D ! /B=E 11 ! E /B=B ? ; . * /E= 12 - -? //7

Dari kutipan berita tersebut penekanan yang dijadikan latar informasi oleh harian Media Indonesia adalah alasan kenapa ajaran al Qiyadah dilarang di DKI Jakarta, yaitu telah melanggar beberapa Undang-undang Negara Indonesia juga Garis Besar Haluan Negara. Hal itu dipandang sebagai kekuatan untuk membuat peraturan Gubernur tentang hal pelarangan tersebut.

Harian Media Indonesia memaknai peraturan tersebut sebagai sebab dari pelanggaran aliran al Qiyadah terhadap UU yang berlaku di Indonesia. Peneliti menafsirkan bahwa harian Media Indonesia menjadikan alasan terjerat beberapa UU dan pasal itu untuk memberatkan aliran al Qiyadah untuk segera menghentikan perkembangan ajarannya di pelosok negeri dan juga sebagai cerminan sikap yang menjunjung tinggi nilai supremasi hukum di Indonesia.

Di dalam tubuh berita tersebut peneliti menemukan kalimat berita yang bertuliskan:

" 5 " 9 - '6BD/0(

113

“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, h. 4, Paragraf 3 dan 7.

" " - 7E- " - 70 "

" 4

Penggalan berita tersebut dimaknai harian Media Indonesia sebagai upaya penegasan pernyataan sebelumnya yang ditujukan bagi proses hukum yang dijalani aliran al Qiyadah al Islamiyah. Namun ada hal yang membedakan dari pernyataan ini terletak pada penekanan yang dilakukan, bila dalam penggalan berita sebelumnya penekanan lebih menjurus kepada upaya penyerahan diri Moshaddeq bersama dua orang pengikutnya. Sedangkan pada penggalan teks berita ini mengacu pada kecaman terhadap perbuatan penyebaran pamflet aliran tersebut.114

Bila ditelusuri lebih jauh pada penggalan berita ini, ada upaya untuk menggulingkan aliran al Qiyadah yang tidak mencerminkan syariat (Islam) ini,115 namun di sisi lain ada kebaikan juga di dalam diri Moshaddeq yang sudah beberapa kali menerbitkan buku bernuansa Islam. Hal itulah yang di sorot dan ingin ditonjolkan oleh harian Media Indonesia bahwa sebelumnya Moshaddeq sudah menyumbangkan bahkan sampai dengan diterbitkannya buku-buku Islam yang dia buat.116

d. Kutipan

Pada teks berita selanjutnya harian Media Indonesia kembali menyusun beritanya dengan mengutip pernyataan Kapolda yang tertulis:

114

Ibid, Paragraf 6

115

“Warga Sweeping Vila Pengajian Al Qiyadah”, Media Indonesia, 28 November 2007, h. 3, Paragraf 6.

116

“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, Paragraf 8. (Moshaddeq menerbitkan sejumlah buku Islam mau pun berbau Kristen yang telah dijadikan barang bukti. Beberapa bukunya berjudul Al Masih Al Mawud dan Ruhul Qudus, Menyngkap Tabir: Pemisahan Yesus Kristus dari Sejarah, serta Keutamaan Enam Program Pengabdian: Sistem Kehidupan Abraham).

" 5 7 11 ! /D ! /B=E 11 !

E /B=B

? ; . *

/E= 12 -

-? //@

Penggalan berita itu kembali menegaskan bahwa aliran ini memang sudah benar-benar salah atau sesat dan juga telah melalaikan UU Negara juga pasal tentang penodaan dan penistaan agama. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa proses hukum yang dijalani Moshaddeq dan dua pengikutnya merusak citra umat Islam secara keseluruhan dan dipandang sebagai keyakinan yang tidak benar.

Di samping itu, pelarangan berkembangnya ajaran aliran ini oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan juga beberapa instansi pemerintahan lainnya, yang mengumumkan bahwa sejak tanggal 31 Oktober 2007 tidak diizinkannya aliran al Qiyadah untuk beroperasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta.118

A.3.2. Skrip.

Dari wacana analisis skripnya sudah cukup jelas pemaparan dari wartawan perihal kelengkapan 5W+1H. Sehingga akan membuat pembaca merasa menemukan kelengkapan informasi dalam memahami berita tersebut.

A.3.3. Tematik. a. Detail

Sementara itu, dilihat dari frame tematiknya peneliti mengamati dari elemen wacana detail dan maksud kalimat serta koherensi antar paragraf dari detail berita tersebut seperti yang terlihat pada teks berikut ini:

117

Ibdi, Paragraf 7

118

#

" 5 % -

- #

+ " 5.119

Dari petikan teks tersebut, sepertinya ada informasi penting lainnya yang ingin disampaikan oleh wartawan seputar pengrusakan vila tempat Moshaddeq menerima wahyu di Gunung Sari, Bogor.

b. Maksud Kalimat (koherensi)

Elemen wacana lainnya adalah maksud kalimat, dalam petikan berita ini ada teks berita yang tertulis:

C 3 #

? " 9 + ; .

; .-? C 3 # /60

Dalam petikan berita tersebut harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah di DKI Jakarta. Kutipan pernyataan Fauzi Bowo itu sesungguhnya mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi ruang bagi aliran al Qiyadah untuk dapat bergerak bebas di Provinsi DKI Jakarta.

Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta ini yang kemudian dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan sosok Moshaddeq yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam. Pesan yang akan dimaknai dan ditonjolkan itu menggunakan pernyataan Kapolda DKI Jakarta perihal pelanggaran hukum oleh aliran ini. Dengan begitu, harian Media Indonesia

119

Ibid, Paragraf 5.

120

mencoba memperkuat gagasannya dengan menggunakan narasumber yang kompeten dan terjun langsung dalam hal ini.

c. Bentuk Kalimat

Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal yang utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian pelengkap seterusnya. Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif. Seperti beberapa awalan (di-), yang diantaranya: dilarang, dituangkan, dihadiri, disiapkan, ditandatangani, ditangani, diperiksa, diduga, ditetapkan, dijerat, dan dijadikan.

d. Kata Ganti.

Adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.

Dalam pemberitaan ini, peneliti menemukan kata ganti ‘kami’ yang dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata Kapolda Metro Jaya. yang tertulis: " 5 7 11 ! /D ! /B=E 11 ! E /B=B ? ; . * /E= 12 - -? /6/

Selain itu peneliti juga menemukan kata ganti yang dipakai untuk menggantikan Mosshadeq yang tertulis pada paragraf berikutnya:

" 5 # # . /B@/*/BB6 ? - 5 -? 121

“Keagamaan Ajaran Al Qiyadah dilarang di Jakarta”, Media Indonesia, 1 November 2007, Paragraf 7

Dan

?# * 2 F? " 5

A.3.4. Retoris.

a. Leksikon (kata)

Leksikon, menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dari analisis retorisnya peneliti melihat yang banyak digunakan sebagai retorikanya adalah pada leksikon yang terdapat pada teks berita. Diantaranya ada kata ‘terjerat’ yang dengan kata lain dapat juga diartikan terkena atau dikenakan, juga terdapat kata ‘autodidak’ yang juga berarti belajar sendiri, tanpa ilmu yang didapati sebelumnya. Selain itu pemakain kata ‘berbau’ juga mendapat pengertian sebagai suatu yang bernuansa.

b. Foto

Dalam pemberitaannya kali ini, harian Media Indonesia menyisipkan foto dari Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta, Adang Firman. Dalam fotonya, yang terlihat hanya bagian muka dari Adang Firman yang di masukan dalam pemberitaannya.

Dengan adanya gambar wajah atau foto dari Adang Firman ini, harian Media Indonesia menekankan pada penonjolan eksistensi Kapolda Metro Jaya dalam menangani kasus penyebaran aliran al Qiyadah al Islamiyah yang terjadi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Harian Media Indonesia terlihat mengutamakan pendapat dari Kapolda Metro Jaya, karena di bawah foto terdapat tulisan caption yang cukup besar, yaitu “Saya minta masyarakat tidak main hakim sendiri. Adang Firman, Kapolda Metro Jaya”.

Foto tersebut adalah hasil pengambilan dari harian Media Indonesia sendiri, dengan inisial MEDIA/ADAM DP. Dengan kata lain tidak mengambil dari lembaga pers lain yang ada di Indonesia atau pun luar Indonesia.

Tabel 8

Framing Edisi 1 November 2007

“Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta” Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta

Struktur Variabel

Headline: KEAGAMAAN

Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta

Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan, tepatnya pada bagian teras berita (lead).

Lead:

JAKARTA (Media): Kegiatan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dilarang di wilayah Provinsi DKI Jakarta terhitung 31 Oktober. Larangan itu dituangkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI.

Jenis lead diatas termasuk ke dalam jenis statement lead (teras berita pernyataan). Jenis lead berdasarkan 5W+1H nya adalah lead when (teras berita kapan). Karena tertulis mulai tanggal 31 Oktober 2007 aliran ini dilarang kegiatannya di Provinsi DKI Jakarta.

Latar Informasi:

Beberapa alasan penyebab pelarangan ajaran al Qiyadah dilarang di Provinsi DKI Jakarta.

Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia selaras dengan judul yang dipakai.

Kutipan:

? ; . *

/E= 12

- -?

Ditulis kutipan langsung yang menyatakan bahwa aliran al Qiyadah telah terjerat hukum.

Sumber:

Kapolda Pemprov DKI Jakarta. Namun tidak disebutkan siapa namanya.

Pernyataan: - Sintaksis

Penutup: -

Pernyataan Gubernur DKI Jakarta cukup ditulis pada awal tulisan, setelah itu disusul dengan pernyataan dari Kapolda Pemprov DKI Jakarta perihal alasan

penyerahan diri Moshaddeq dan kedua orang pengikutnya. Who:

Ajaran al Qiyadah al Islamiyah dan Pemprov DKI Jakarta. What:

Pelarangan penyebaran ajaran al Qiyadah di Jakarta. When:

31 Oktober 2007 Where:

DKI Jakarta Why:

Aliran al Qiyadah al Islamiyah terbukti sesat. Skrip

How:

Pemimpin al Qiyadah dijerat pasal 3 UU No.1/PNPS Thn 1965 dan UU No.5 Thn 1969 juga pasal 156A KUHP.

Harian Media Indonesia menempatkan pendapat satu tidak ditempatkan lebih utama dari pendapat lainnya. Di sini Harian Media Indonesia terkesan netral kepada kedua belah pihak karena porsi pemberitaan seimbang.

Detail:

Detail yang terlihat pada pemberitaan ini, terdapat informasi penting lainnya tentang kejadian peristiwa pengrusakan tempat kelompok al Qiyadah yang terdapat di bogor.

Koherensi:

harian Media Indonesia melakukan penekanan dan pemaknaan secara implisit terhadap pelarangan ajaran al Qiyadah di DKI Jakarta dan penonjolan makna pencitraan sosok Moshaddeq yang dipandang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Tematik

Bentuk Kalimat:

Penulisan kalimat dalam berita ini bersifat deduktif, di mana hal yang utama diuraikan pada awal paragraf yang disusul uraian pelengkap seterusnya. Dalam berita ini kalimat yang digunakan bersifat pasif.

Kata Ganti:

kata ganti ‘kami’ yang dipakai oleh wartawan untuk menggantikan kata orang-orang yang berada di Polda Metro Jaya. Juga terdapat kata ganti untuk menggantikan panggilan Moshaddeq, yaitu ‘dia’ dan ‘Pak Haji’.

(1). Kegiatan ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah dilarang di wilayah DKI Jakarta. (2). Perusakan tempat Moshaddeq di daerah Gunung Sari, Bogor. (3). Moshaddeq dijerat Pasal 3 UU No1/PNPS Tahun 1965 dan UU No 5 Tahun 1969, juga terjerat Pasal 156 A KUHP tentang Penodaan Agama.

Kata:

Ditemukan beberapa kata yang dipilih oleh harian Media Indonesia, diantaranya adalah terjerat, autodidak, dan berbau. Idiom: -

Retoris

Foto:

Sebuah foto bagian muka atau wajah dari Adang Firman, Kapolda Metro Jaya DKI Jakarta.

Grafis: -

Pemakaian klaim yuridis juga otoritas keilmuan dari ahlinya tentang penanganan kasus aliran sesat. Dengan begitu apa yang dituliskan oleh wartawan bisa diperkuat dengan pemakaian legalitas keilmuan dari pakarnya.