• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN

ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH

DI HARIAN MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

ERI SUHASNI WULANDARI

NIM 104051101939

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 Juli 2008

(3)

ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN

ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH

DI HARIAN MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ERI SUHASNI WULANDARI NIM 104051101939

Di bawah bimbingan :

GUN GUN HERYANTO, M.Si NIP 150371094

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS FRAMING PADA PEMBERITAAN ALIRAN AL QIYADAH AL ISLAMIYAH DI HARIAN MEDIA INDONESIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juli 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 15 Juli 2007 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Arief Subhan MA. Rubiyanah, MA NIP: 150262442 NIP: 150286373

Penguji I, Penguji II,

Drs. Suhaimi, M.Si. Dra. Asriati Jamil, M. Hum

NIP: 150270810 NIP: 150244766

Pembimbing,

(5)

ABSTRAK Eri Suhasni Wulandari

Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Di Harian Media Indonesia

Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat. Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Media Indonesia mempunyai cara tersendiri dalam mengemas/ mengkonstruksi berita yang disajikan kepada khlayak, bisa pro atau pun kontra terhadap suatu isu. Biasanya, apa yang ditulis oleh seorang jurnalis dengan tulisannya ia dapat memasukan gagasan serta ide-ide yang ada dipikirannya juga tidak terlepas dari visi misi media tempat ia bekerja.

Setiap media mempunyai penekanan sendiri dalam menyajikan berita. Maka, bagaimana pengemasan pemberitaan aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007? dan bagaimana kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah dilihat dari pembingkaian yang mereka tampilkan? yang bertujuan untuk mengetahui pengemasan dan kecenderungan keberpihakan Media Indonesia dalam pemberitaan isu aliran sesat.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis framing. Teori framing menunjukkan bagaimana seorang jurnalis membuat simplifikasi, prioritas, dan struktur tertentu dari peristiwa. Karenanya, framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke dalam bentuk berita. Dengan mengacu kepada sumber-sumber tulisan/ studi pustaka. Data yang diperoleh akan diolah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui seperti apa pembingkaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pers kepada khalayak dalam bentuk teks berita. Dalam penulisan isu aliran al Qiyadah al Islamiyah, Media Indonesia selalu menggunakan lead model pernyataan, dan bila dilihat dari 5W+1H yang dipakai antara lead when dan where. Dari bentuk penyajian kalimat, Media Indonesia lebih sering menggunakan jenis kalimat deduktif, dimana pokok permasalahan di tulis lebih awal. Dan juga bersifat aktif dalam penulisannya. Kecenderungan keberpihakan Media Indonesia terjadi jika pernyataan atau informasi yang didapat wartawan dari satu narasumber melimpah.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohiim

Puji syukur penulis haturkan kepada Zat Allah SWT, atas limpahan karunia dan atas Ridho-Nya Penulis dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I).

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari jalan kesesatan menuju alam berperadaban, dari kegelapan menuju cahaya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari betul bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Semua berkat arahan, bimbingan, bantuan, petunjuk serta motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Kepada kedua orang tuaku yang kucintai, Drs. Sunarko dan Azhariyah. Kasih sayang ibu dan Bapak tiada terbalas, seperti mentari menyinari alam ini, hanya doaku kepada Allah SWT Semoga Ridho-Nya beserta Ibunda dan Ayahandaku tercinta.

2. Dr. Murodi M.A. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi 3. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Pudek Akademik

4. Drs. Studi Rizal LK. MA. Selaku Pudek Kemahasiswaan.

5. Drs. Suhaimi, M.Si. Selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, sekaligus penguji I dan Rubiyanah, M.A. Selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan banyak pengarahan kepada penulis tentang jurusan.

(7)

7. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, selaku penguji II.

8. Para dosen, karyawan dan Staf Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

9. Mas Hapsoro Poetro, yang telah menyisihkan sebagian waktunya di sela-sela padatnya jadwal kerja redaksi harian Media Indonesia. Jazakallahu khoiron katsiron.

10. Kakakku Yuli, dan Adik-adikku tercinta, Firza, Anis, dan Ilham. Semoga kita menjadi anak-anak yang berbakti kepada Allah SWT dan kepada kedua orangtua kita.

11. Kakek dan Nenek yang selalu mendoakanku agar cepat lulus dengan nilai yang membanggakan.

12. Om (Iyank, Siswanto, Villa, Igas, Agus) dan Tanteku (Juju, Ella, Amel), yang senantiasa ada saat suka maupun dukaku.

13. Sandi Permanasidi yang selalu memberikan support yang sangat berarti bagi penulis. Terima kasih atas segala waktu dan perhatiannya.

14. Sahabat-sahabatku, Neneng H, Putri M, Diah y, Desta dan Pipit, semoga persahabatan kita tidak sampai di sini. Sofwan, Ratna, dan Rahma teman seperjuangan menanti sang pembimbing hadir untuk bimbingan. Maju terus, keep u’r spirit friends!

15. Kelas Konsentrasi Jurnalistik (2004) beserta adik-adikku di konsentrasi jurnalistik dan kawan-kawan KKS Nanggung, Bogor 2007. Teman-teman dari Kessos, KPI, BPI, MD, dan PMI.

Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi pelajaran hidup kepada penulis. Semoga Allah SWT semakin menambah karunia-Nya kepada kita semua. Terima kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak ada manusia yang sempurna.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… v

KATA PENGANTAR ………..……… vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ………..………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 8

C. Tujuan dan Manfaat……….. 8

D. Tinjauan Pustaka ………...……… 10

E. Metodologi Penelitian ………...……...……..…….. 11

F. Sistematika Penulisan ………..…………. 17

BAB II. TINJAUAN TEORITIS... 19

A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ... 19

B. Framing ... 23

1. Definisi Framing ……… 23

2. Konseptualisasi Framing ………….. ……….………. 26

3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……… 27

4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.. ………. 29

C. Konseptualisasi Berita ... 38

1. Pengertian Berita ……….……..……….. 38

2. Jenis Berita ……….... ……….… 43

3. Struktur Berita ………. 46

BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA CETAK HARIAN MEDIA INDONESIA ... 49

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Indonesia ………....….. 49

B. Visi dan Misi Perusahaan Media Indonesia ….………… 53

(9)

2. Misi Perusahaan Media Indonesia ……….. 54

3. Nilai-nilai Perusahaan Media Indonesia ……… 55

C. Struktur Redaksional ……… …….………….. 56

D. Mekanisme Kerja Redaksi ……… ………. 58

E. Profil Pembaca ……… 59

BAB IV. TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ... 60

A. Analisis Berita Seputar Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah Pada Harian Media Indonesia ... 60

A.1. Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah ... 61

A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat ... 71

A.3. Frame 3: Al Qiyadah Dilarang di Jakarta ... 80

A.4. Frame 4: Pemeriksaan Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah ... 90

A.5. Frame 5: Pengikut Al Qiyadah Bertobat ... 99

B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media Indonesia ... 109

BAB V. PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 116

(10)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel:

1. Tabel 1 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ……… 17 2. Tabel 2 Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki .….……. 31 3. Tabel 3 Nilai-nilai Berita ………... 42 4. Tabel 4 Jenis-jenis Berita ……….………. 44 5. Tabel 5 Rangkaian Berita Al Qiyadah Al Islamiyah Harian

Media Indonesia ……….. 61 6. Tabel 6 Framing Edisi 28 Oktober 2007

“Warga 'Sweeping' Vila Pengajian Al Qiyadah” ………. 69 7. Tabel 7 Framing Edisi 31 Oktober 2007

“Aliran Sesat Penanganannya Harus Tegas dan Bijak”………. 78 8. Tabel 8 Framing Edisi 1 November 2007

“Keagamaan Ajaran Al-Qiyadah Dilarang di Jakarta”………… 88 9. Tabel 9 Framing Edisi 7 November 2007

“Aliran Sesat 168 Anggota Al Qiyadah Diperiksa”……….. 97 10. Tabel 10 Framing Edisi 10 November 2007

“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”………….…... 107 Daftar Gambar:

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu realitas atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Alhasil, kemajuan teknologi tersebut mempermudah kepentingan manusia. Terlebih semakin semaraknya surat kabar menghiasi dunia pers di Indonesia yang beraneka ragam bentuk dan pembingkaian yang dilakukan oleh para pembuat berita.

Dewasa ini surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa bagi kita, manusia zaman sekarang, yang sudah memasuki masyarakat informasi. Koran sudah masuk desa. Koran sudah bukan barang konsumsi mahal. John Tebbel berpendapat bahwa Koran sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.1

Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.

Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak

1

(12)

penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.

Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.

Membaca tulisan dalam sebuah surat kabar berarti kita menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang disampaikan terlepas dari baik atau buruk di mata khalayak. Hal ini dapat mengubah mental, sikap, perilaku dan gaya hidup mereka. Onong Uchjana Effendi mengemukakan Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media.2

Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun, pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas/ fakta yang diliput oleh wartawan, dan pada gilirannya akan dilaporkan secara

2

(13)

terbuka oleh media massa. Dengan demikian dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana/ keadaan, orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk mengkonstruksikan realitas.3

Era informasi sekarang ini masih dirasakan dengan langkanya para penulis- juga wartawan- muslim yang mampu melakukan Da’wah bil Qolam melalui media massa. Kemampuan menulis menjadikan seorang Imam Al-Ghazali dapat mewariskan dan mendakwahkan ilmunya lewat kitab Ihya ‘Ulumuddin dan lain-lain. Demikian pula para ulama, sarjana, filsuf dan cendekiawan muslim lain dari berbagai disiplin ilmu, “pikiran mereka”, kata Plato, “terekam di ujung pena mereka”.4

Berita sebagai produk konstruksi realitas tentunya dibangun atas penyusunan bahasa yang terbentuk dari kumpulan kata-kata. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.5

Sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, berita mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide ataupun gagasan.

Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai

3

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 168.

4

Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 131.

5

(14)

apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/ latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.

Di sisi lain, dunia tulis menulis merupakan “lapangan kerja” terbuka yang selalu siap menerima karyawan baru. Tulisan yang ada di media massa di samping sebagai sarana Da’wah bil Qolam, juga dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dengan khalayak untuk mempublikasikan ide-ide, opini, atau pemikiran tentang berbagai masalah. Melalui tulisan di media massa, seseorang dapat menciptakan opini publik, mempengaruhi massa, bahkan melakukan “propaganda”.

Dalam suatu berita tersirat pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layak berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.6

6

(15)

Dari ketentuan yang ditetapkan oleh Kode etik Jurnalistik Wartawan Indonesia pasal 5 yang berbunyi :7 “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”.

Karya ilmiah ini akan mengambil objek pemberitaan aliran sesat yang marak diberitakan di setiap surat kabar, khususnya selama tahun 2007. banyaknya pemberitaan tentang aliran sesat membuat penulis tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya pandangan dari wartawan yang menulis berita tentang beberapa aliran sesat yang semakin marak di Indonesia. Dengan hadirnya aliran Ahmadiyah, Quran Suci, AlQiyadah Al Islamiyah, Lia Eden, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Karena itulah dengan pemberitaan yang menyangkut perpecahan umat muslim ini semakin menarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pendapat seorang wartawan yang ada di sebuah surat kabar. Karena, setidaknya ada lima peranan jurnalis Muslim, yaitu: Sebagai Pendidik (Muaddib), Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid),Sebagai Pembaharu (Mujaddid), Sebagai Pemersatu (Muwahid), dan Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang pembela Islam.8

Pada dasarnya, dalam setiap pemberitaan sebuah media mempunyai frame tertentu. Surat kabar dapat langsung menyampaikan suatu isu yang berkembang

7

Kode Etik Jurnalistik (KEJ) pertama kali dibuat pada tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian disusun kembali dan ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1955 di Prapat, Sumatera Utara, dan mengalami penyempurnaan pada Kongres Kerja Nasional PWI tahun 1994 di Batam, Riau. Kemudian dalam Kongres XXI PWI di Palangkaraya< Kalimantan Tengah, 2-5 Oktober 2003, Kode Etik Jurnalistik Ini lebih disempurnakan lagi. (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 47.

8

(16)

dalam masyarakat dengan sangat cepat. Karena surat kabar dapat langsung dikonsumsi oleh khalayak, maka surat kabar dapat membentuk opini publik yang bersifat ‘cash’, cepat dan dapat berubah atau bergeser pada saat yang singkat dari satu kesimpulan yang satu kepada kesimpulan yang lainnya. Karena itu, selain surat kabar menyampaikan pemberitaan, ia juga berfungsi sebagai media dakwah.

Media seringkali menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya. Dengan cara itu media massa membentuk citra khalayaknya ke arah yang dikehendaki media tersebut. Tetapi pengaruh media massa tidak berhenti sampai di situ, media juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki khalayaknya.9

Media massa sebagai salah satu institusi sosial, menurut Dennis McQuail (1989), media massa memiliki kekuatan besar, antara lain: 1. Media massa dapat menarik perhatian dalam memecahkan masalah, 2. Media massa dapat memberikan legitimasi dan status pada seseorang, 3. Media massa itu merupakan saluran bagi proses persuasi dan mobilisasi, 4. Media massa itu merupakan wahana yang dapat memberikan penghargaan dan kepuasan kepada publik.10

Pers, sesuai dengan sifat yang dimilikinya, selalu menyajikan informasi yang terbaru bagi para pembacanya. Disamping sebagai unsur ke-baru-an (aktualitas), informasi itu pun mengandung dan sekaligus menyebarkan ide-ide atau opini yang juga dianggap baru dan relevan dengan kondisi masyarakat di mana pers itu menyebar.

Dalam dunia pers di Indonesia, terdapat Harian Media Indonesia. Yang sudah lama berkiprah selama masa pembangunan. Dengan jangka waktu yang

9

Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Edisi Revisi, h. 226.

10

(17)

lama, Harian Media Indonesia telah menjadi surat kabar yang banyak peminatnya dan telah menjadi Koran Harian Nasional. Sehingga bukan tidak mungkin Harian ini mampu mempengaruhi daya pikir para pembacanya Karya ilmiah ini berupaya menyoroti bagaimana harian tersebut mengemas berita tentang aliran sesat. Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki11 yang membaginya dalam empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan Retoris (cara wartawan menekankan fakta). Maka, akan diketahui seperti apa surat kabar tersebut mengemasnya.

Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif serba instan dan sebagainya. Soejono Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”, menyatakan Perubahan-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.12

Akhirnya surat kabar sebagai salah satu media yang menyampaikan informasi kepada khalayak, tidak disangsikan lagi eksistensinya sebagai media dakwah. Pemberitaan melalui media cetak akan lebih signifikan di masyarakat. Analisis ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana konstruksi berita seputar aliran sesat yang dikemas oleh Harian Media Indonesia.

Karena begitu menariknya isu-isu tentang Islam apalagi bila isu itu telah dijadikan sebagai suatu pemberitaan yang dikemas semenarik mungkin oleh wartawan yang menulisnya. Islam telah menjadi pembicaraan yang negatif di

11

Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 256.

12

(18)

Dunia internasional, karena hadirnya berbagai aliran sesat tersebut. Karena itulah pemberitaan tentang aliran sesat ini menjadi hal yang sangat serius untuk citra positif Islam di Indonesia bahkan mungkin juga untuk dunia internasional.

Selama tahun 2007 sudah banyak pemberitaan seputar aliran sesat di beberapa surat kabar, khususnya Harian Media Indonesia. Namun, penulis mengangkat tema tentang aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah, karena Harian ini lebih banyak memuat pemberitaan seputar berita tersebut. Khususnya pada bulan Oktober dan November 2007.

Berdasar pada permasalahan di atas, untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana cara suatu surat kabar mengemas berita serta apa pandangan yang disuguhkan kepada khalayak, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Analisis Framing Pada Pemberitaan Aliran Al Qiyadah Al-Islamiyah Di Harian Media Indonesia”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini, penulis mencoba untuk membatasi permasalahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan. Maka penulis membatasi hanya pada tim redaksi surat kabar harian Media Indonesia. Pesan yang dimaksud pada penulisan skripsi ini dibatasi pada pemberitaan tentang aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang telah dipublikasikan di harian Media Indonesia pada periode Oktober - November 2007. Sementara khalayak yang ditelusuri dibatasi hanya pada profil lembaga surat kabar yang dimaksud.

(19)

1. Bagaimana pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode Oktober- November 2007?

2. Bagaimana kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mengacu kepada masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi tentang bagaimana cara harian Media Indonesia mengemas pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang berkembang di Indonesia selama kurun waktu Oktober - November 2007.

Adapun tujuan penelitian adalah untuk:

1. Mendeskripsikan pengemasan pemberitaan seputar aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang terdapat di harian Media Indonesia selama periode Oktober – November 2007;

2. Mendeskripsikan kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah tersebut dilihat dari pembingkaian berita yang mereka tampilkan.

(20)

Manfaat yang ingin dicapai ialah berpusat pada pengembangan ilmu pengetahuan. Karena saat ini masih banyak penelitian mau pun kajian analisis teks berita yang menggunakan analisis isi (content analysis) dari pada analisis framing (framing analysis) yang memusatkan pada pemaknaan atas suatu peristiwa dalam teks berita. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan akademik.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan data yang dapat digunakan oleh Mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid Jakarta khususnya Mahasiswa Komunikasi dan Jurnalistik dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan mutu pendidikan Komunikasi dan Jurnalistik.

b. Manfaat Praktis

Kajian tentang frame surat kabar dalam mengemas berita ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan beranalisis dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan penelitian selanjutnya sehingga akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan beranalisis.

Selain itu, juga untuk mendorong agar para peneliti teks berita berikutnya untuk mulai menekuni analisis framing (framing analysis) dalam mengkaji suatu teks berita dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan beranalisis, khususnya analisis framing.

(21)

Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syahid Jakarta, penulis menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing, hanya saja objek yang dianalisis tidak sama dengan yang ingin penulis kaji yaitu pemberitaan aliran sesat AlQiyadah Al-Islamiyah.

Adapun judul-judul skripsi yang penulis temukan sebagai berikut: Citra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media Massa (Analisis Framing Berita Perubahan Status IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Media Indonesia, Republika, dan Kompas): Desy Puspitasari (2004); Kontribusi Berita Musibah Tsunami di Aceh (Analisis Framing Berita Pada Majalah Hidayatullah dan Gatra): Husniah (2006); Analisis Framing Berita Sebelas Fatwa MUI Dalam Majalah Sabili dan Syir’ah: Ade Saripullah (2006); Analisis Framing Berita Rancangan UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (RUU KMIP) di

www.bipnewsroom. Info Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan Informatika: Untung Sutomo (2007); Pesan Dakwah di Media Cetak (Analisis Framing Terhadap Rubrik Dirosat edisi 145 dan 148 di Majalah Tarbawi): Iis Diana Ucik (2007); Analisis Framing Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata: Junaidi (2007); dan Sinetron Sebagai Media Dakwah: Pemikiran Dakwah H. Deddy Mizwar dan Bingkai Sinetronnya (analisis framing model Robert N. Entman), Deden Sandi Permanasidi (2007).

(22)

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif. Berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis/ studi pustaka mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Data-data dikumpulkan dengan cara observasi dari teks berita surat kabar tersebut.

Menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip oleh Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial, menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Dimana objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.14

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif eksplanatif yang bertujuan untuk mencari sebab dan alasan mengapa sesuatu dapat terjadi, diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu bahasan topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan

13

Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Arifin, M.Ag, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 30.

14

(23)

membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti untuk mendukung sebuah penjelasan atau teori.15

Eksplanatif tidak hanya sekedar memberikan gambaran (deskriptif) dari sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan pembahasan yang tengah diteliti secara lebih mendalam lagi.16

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua bulan, yakni sejak Oktober-November 2007. Tempat penelitian akan penulis lakukan pada alamat tim Redaksi Harian Media Indonesia, yaitu: Kompleks Delta Kedoya, JL. Pilar Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat–11520.

Tahapan Penelitian 1. Pengumpulan Data a. Observasi

Penelitian ini menggunakan instrumen observasi terhadap berita yang disajikan oleh Harian Media Indonesia. Unit analisis adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Kategori dalam penelitian ini meliputi empat struktur, yaitu Sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), Tematik (cara wartawan menulis fakta), dan Retoris (cara wartawan menekankan fakta).

15

Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syahid JKT, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36.

16

(24)

Karena, pada dasarnya Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat di lihat dari bagaimana seorang wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam suatu pemberitaan yang ia beritakan.17

Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.18

b. Wawancara (Interview) Mendalam

Wawancara atau interview merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.19 Wawancara mendalam atau dialog secara langsung dengan pihak yang terkait yang berhubungan langsung dengan tema yang penulis kaji. Adapun instrumen yang digunakan dalam wawancara yang digunakan adalah alat perekam (tape recorder) atau kamera, untuk memperoleh beberapa kriteria yang disebutkan di atas.

Wawancara ini juga merupakan cara yang penulis gunakan dalam rangka mengumpulkan data dengan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.20

Penulis melakukan wawancara bebas terpimpin, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpedoman pada sistematika pertanyaan yang telah disediakan, data-data yang diperoleh dalam teknis ini adalah dengan cara Tanya

17

Eriyanto, Analisis Framing, h. 15.

18

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92.

19

Ibid, h. 49.

20

(25)

jawab secara lisan dan bertatap muka langsung, dan narasumber dapat menjawab dengan bebas dan terbuka.

C. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data melalui telaah dan mengkaji buku-buku, majalah-majalah, website, dan literatur-literatur lain yang ada relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi, untuk kemudian menjadi bahan penelitian skripsi ini.

Dalam penelitian ini dibutuhkan pencarian sumber-sumber, yaitu berupa arsip tentang aliran sesat al Qiyadah al Islamiyah yang ada di surat kabar yang dimaksud. Selain itu, berbagai bahan yang berhubungan dengan pemberitaan aliran tersebut yang terdapat di harian Media Indonesia.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui instrumen tersebut akan diolah dengan cara penjelasan tabel-tabel yang merujuk pada model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari penyajian tabel tersebut akan tampak bagaimana harian Media Indonesia mengemas pemberitaan aliran sesat berdasarkan rumusan masalah.

3. Teknik Analisis Data

Dengan analisis data maka penelitian ini menampilkan temuan tentang letak perbedaan teks berita yang disajikan dan menafsirkan hasil temuan berdasarkan model analisis framing yang diterapkan.

(26)

Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:

a. Sintaksis adalah cara wartawan menyususn berita. Struktur sintaksis memiliki perangkat:

1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media

2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.

3. Latar informasi 4. Kutipan 5. Sumber 6. Pernyataan 7. Penutup

b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.

Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:

1. What (apa) 2. When (kapan) 3. Who (siapa) 4. Where (di mana) 5. Why (mengapa) 6. How (bagaimana)

(27)

1. Detail

2. Maksud dan hubungan kalimat 3. Nominalisasi antar kalimat 4. Koherensi

5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi

d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Struktur retoris mempunyai perangkat framing:

1. Leksikon/pilihan kata

Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.

2. Grafis 3. Metafora

Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis

Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut:

Tabel 1

Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG

(28)

Sintaksis (Cara wartawan menyusun fakta)

1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima Bab, dimana setiap babnya memiliki spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu, yaitu:

Bab I, Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

(29)

Bab III, Merupakan pembahasan mengenai Gambaran Umum media cetak Harian Media Indonesia, meliputi: A. Sejarah singkat dan perkembangan harian Media Indonesia, B. Visi dan misi Perusahaan, C. Struktur Redaksional, D. Mekanisme Kerja Redaksi; E. Profil Pembaca.

Bab IV, Merupakan Temuan dan Hasil Penelitian yang membahas mengenai A. Analisis framing berita seputar aliran al Qiyadah al Islamiyah pada harian Media Indonesia selama periode Oktober-November 2007, yang meliputi: A.1 Frame 1: “Sweeping” Terhadap Kelompok Al Qiyadah; A.2. Frame 2: Respon Tegas dan Bijak Terhadap Aliran Sesat; A.3. Aliran Al Qiyadah Dilarang di Jakarta; A.4. Pemeriksaan 168 Anggota Al Qiyadah Al Islamiyah; dan A.5. Pengikut Al Qiyadah Bertobat; B. kecenderungan keberpihakan harian Media Indonesia terhadap isu aliran sesat dilihat dari pembingkaian berita yang mereka tampilkan.

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sejarah Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah

Kemunculan aliran al Qiyadah al Islamiyah di Indonesia pada setahun lalu, mendapat aksi penolakan yang keras dari masyarakat. MUI sendiri telah menyatakan bahwa aliran ini sesat serta sudah meminta pihak kepolisian untuk menindak tegas aliran ini.21

Respon umat Islam terhadap sekte-sekte baru kurang lebih sama dengan masyarakat Arab saat nabi membawa Islam. Mulanya Islam sebagai agama baru di jazirah Arab yang sudah beurat akar harus menghadapi ajaran-ajaran baru. Bukan hanya pada aspek teologis, Islam juga menawarkan solusi atas problem-problem sosial saat itu.22

Kemapanan struktur sosial yang berdasarkan kabilah, suku, dan status sosial secara tiba-tiba dianggap sama oleh Muhammad. Karena kontrodiksi konsep teologis dan sosiologis itulah yang menjadi faktor utama permusuhan masyarakat Arab terhadap Arab.23

Pengkafiran (takfir), permusuhan bahkan pembubaran terhadap sekte atau aliran baru ini seakan sudah menjadi trend umat Islam masa kini. Cara respon yang lebih dewasa dan manusiawi hampir tidak pernah ditemukan dalam lembaran sejarah umat Islam Indonesia.24

21

Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang.

22

Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007

23

. Ibid. 24

(31)

Terhadap hal inilah, penting menanggapi respon umat Islam terhadap lahirnya al Qiyadah al Islamiyah. Aliran yang dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq ini mendapatkan pengalaman yang sama dengan Lia Aminuddin (Lia Eden) yang mengaku pernah bertemu jibril as, bahkan lebih.25

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi terbesar dan moderat di Indonesia juga mengambil bagian dalam menghadapi kasus al Qiyadah al Islamiyah. Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi, menyatakan sesat terhadap aliran yang belum mewajibkan shalat dan puasa ini.26

Secara teologis agama semakin lari dari persoalan-persoalan kemanusiaan. Problem sosial yang demikian akut semakin sulit ditemukan penyelesaiannya. Kriminalitas, korupsi, nepotisme, dan tindakan lainnya terus meningkat. Di tengah situasi yang demikian itulah, sebuah keyakinan baru muncul.

Ketika kejahatan dan ketidakadilan merajalela di Arab, Islam hadir untuk merombak tatanan sosial tersebut. Begitu juga semangat dari bermunculannya sejumlah aliran baru. Mereka menganggap bahwa keberadaan agama saat ini sudah tidak pas. Karenanya, perlu meremajakan agama. Ahmad Moshaddeq menyatakan bahwa sekte yang dipimpinnya bukan sebagai agama baru tetapi untuk melengkapi nubuah yang dibawa oleh Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad.27

Fatwa MUI telah menetapkan bahwa aliran al Qiyadah al Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq sesat dan menyesatkan. Fatwa tersebut dikeluarkan MUI setelah mempelajari ajaran tersebut yang telah menyimpang dari ajaran syariat Islam.28

25

Ibid. 26

Ibid. 27

Ibid. 28

(32)

Aliran (Islam) sesat ini dinilai melenceng dari Islam karena beberapa hal: 1. Adanya pengakuan si ‘pendiri’ aliran, bahwa dirinya adalah Nabi dan Rasul. 2. Tidak mengakui Rasulullah SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir (dalam

syahadat mereka, tidak mengikutsertakan nama Rasulullah SAW). 3. Tidak perlu menjalankan rukun Islam.

4. Tidak perlu sholat lima waktu.29

Aliran ini mempunyai buku pegangan. Buku pegangan al Qiyadah adalah tafsir al Quran bernama Tafsir Wa Takwil, yang diterjemahkan sesuai dengan selera penganjurnya. Kemudian buku putih al Qiyadah terbitan 20 Februari 2007, bertajuk Ruh Kudus yang Turun Kepada Almasih Mau’ud, Ruh Kudus yang Turun Kepada Almasih Mau’ud, yang dipercaya sebagai nabi mereka. Buku itu diberi pengantar oleh Micheil Muchaddas, yang diduga sebagai Almasih Mau’ud.30

Di tengah ketidakpuasan terhadap agama dan fakta sosial yang ada, al Qiyadah al Islamiyah sebagaimana juga aliran-aliran lainnya yang muncul. Mereka beranggapan bahwa dengan keyakinan yang dimilikinya bisa memberikan secercah harapan tentang masa depan. Merombak tatanan teologis yang dilakukan al Qiyadah seperti tidak mewajibkan shalat, puasa, dan haji.31

Penganut aliran al Qiyadah menolak kenabian Muhammad SAW karena kenabiannya sudah berakhir sejak ia meninggal. Hadisnya pun tidak dipercaya karena dirawikan setelah 320 tahun kemudian. Lalu mereka mengangkat nabi

29

Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang.

30 Ibid. 31

(33)

sendiri bernama Almasih Mau’ud, yang dideklarasikan pada 23 Juli 2006 di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat.32

Syahadat mereka pun diganti menjadi “asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Masihal Mau’udar Rasulullah”. Pengikutnya dilarang menunaikan salat lima waktu. Mereka hanya melakukan salat satu kali di malam hari yang disebut dengan qiyamul lail. Umat Islam selain pengikut al Qiyadah al Islamiyah dianggap musyrik dan najis yang wajib diperangi.33

Menurut Buya H. Gusrizal Gahazar, seperti yang dikutip oleh Fachrul Rasyid dalam tulisannya pada Gatra, Edisi khusus kamis yang terbit pada 11 Oktober 2007 di Padang, Sumatera Barat, mengungkapkan bahwa dari beberapa penyimpangan penafsiran Al Quran dan buku Ruh Kudus itu terbukti al Qiyadah mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran Yesus Kristus sebagaimana dipercaya pengikut Injil.34 Gusrizal juga mengingatkan bahwa ajaran al Qiyadah menyebarkan gerakan yang berpotensi memecah belah umat dan bangsa.

Setiap fatwa yang dikeluarkan oleh MUI selalu dibarengi dengan imbauan untuk tidak melakukan tindakan anarkis. MUI pusat juga telah melakukan koordinasi dengan MUI di setiap daerah untuk menjaga umatnya agar tidak main hakim sendiri.

Ketua MUI mengatakan bahwa masalah aliran ini harus dibedakan antara kebebasan beragama dengan penyimpangan dalam beragama. Islam sangat memberikan toleransi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih dan menganut agama apa pun tanpa paksaan. Namun, manakala seseorang sudah

32

Fachrul Rasyid HF, Gatra, Rubrik Hukum, Edisi Khusus Beredar Kamis, 11 Oktober 2007, Padang.

33 Ibid. 34

(34)

memilih suatu agama dan melakukan penyimpangan, maka mereka harus segera diluruskan.35

B. Framing

1. Definisi Framing

Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Jadi, frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi.36

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.37

35

Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007.

36

Darmanto, Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing, (Makalah, Universitas Brawijaya, 2004).

(35)

Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.

Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses tersebut adalah:38

1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kajian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. 2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses

penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.

3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya

38

(36)

(sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.

Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu.

Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu:39

1. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai.

2. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita.

3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.

39

(37)

2. Konseptualisasi Framing

Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A.Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionis yang melihat proses framing sebagai proses konstruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana media dan publik yang terbentuk di masyarakat.40

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.41

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah

40

Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 220.

41

(38)

pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.42

3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: Sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.

Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication.43 Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya tersebut, Pan dan Kosicki tidak hanya membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Di sini, media dipandang sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk

42

Ibid. h. 162.

43

(39)

disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas suatu isu atau peristiwa.44

Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita – kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu – ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan.45

1. Dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu mau pun peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

2. Konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada

44

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 252.

45

(40)

bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.46 Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realita menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar.47 Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa – pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa – ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati

46

Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa, (Jakarta: ISAI, 2001), h. 69.

47

(41)

bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.

Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.

Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.

(42)

strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat dilihat ke dalam tabel berikut ini:

Tabel 2

Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki48

Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati

Sintaksis (Cara wartawan menyusun fakta)

1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan,

Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Dalam

48

(43)

wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita - headline, lead, latar informasi, sumber, penutup – dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan.

Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.49 Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan.

Selain headline/judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditulis wartawan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.50 Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang akan ditampilkan.

Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam pengutipan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas – prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa berita yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.

49

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005), h. 257.

50

(44)

Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.51

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H – who, what, when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan.

Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.

Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan – semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.

51

(45)

Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema sebuah cerita. Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.52

Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.

Detail merupakan strategi bagaimana wartawan (komunikator) mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap yang dikembangkan oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi detail bagaimana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan.53 Detail merupakan elemen yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan.

Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas

52

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 67.

53

(46)

Proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.54

Dalam elemen ini juga terdapat bentuk kalimat. Bentuk kalimat merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Kata Ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.

Proposisi menurut Poespoprodjo (1999) adalah suatu penuturan yang utuh. Atau ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.55 Proposisi juga merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.56

Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis.57

Retoris. struktur retoris dari wacana berita mengambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita

54

Ibid. h. 263.

55

Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), h. 170.

56

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud.

57

(47)

juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.58

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Leksikon merupakan kosa kata; kamus yang sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.59

Dalam arti lain, leksikon dapat diartikan sebagai tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain; keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi; hubungan logis antara bagian-bagian karangan atau antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf, daya tarik antara molekul-molekul untuk menghindarkan terpisahnya bagian-bagian bila ada kekuatan dari luar.60Kalimat adalah satuan bahasa terikat dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.61

Selain leksikon, dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari mana unsur gabungan (misal: “kambing hitam” yang berarti ‘orang yang dipersalahkan’; kebiasaan khusus dalam suatu bahasa. Dalam ensiklopedia jilid 3 dikatakan, “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa; segala ungkapan, susun –

58

Ibid. h. 264.

59

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud.

60

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Depdikbud, h. 449.

61

(48)

kata yang tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa pada umumnya. Idiom juga meliputi segala ungkapan, rangkaian kata, serta susun – kata yang menunjukkan kekhususan dalam suatu bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa-bahasa lain; idiom biasanya tidak diterjemahkan.62

Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini muncul dalam bentuk foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.

Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.

Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.

Dalam elemen yang keempat ini juga terdapat unsur metafora. Yakni pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan,

62

(49)

ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama.

C. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita

Setiap hari, setiap jam bahkan tiap menit kita dapat mendengar ataupun melihat cuplikan berita lewat media massa. Tidak hanya lewat TV, Radio, Surat Kabar, Majalah, atau bahkan Internet. Berita bahkan menjadi primadona di pelosok bumi.

Berita bersifat relatif. Dalam pengertian rinci, berita memiliki rentang hidup yang singkat. Tak ada yang lebih tua selain berita hari kemarin, sebuah ungkapan mengatakan begitu. Guna menjaga supaya produk tersebut tetap segar, kantor berita berusaha menyampaikan informasi kepada khalayak sesegera mungkin, dan media siaran sangat cocok dengan pemberitaan segera dari peristiwa berita atau isu berita.63

Herbert juga berpendapat bahwa berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).64

Begitu banyak definisi berita yang dapat diketahui dari berbagai literature, yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari sudut pandang yang berbeda.

63

Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 46.

64

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita
Nilai-nilai BeritaTabel 3 73
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, diberikan penilaian tight fit dan normal fit dikarenakan budaya, struktur serta sistem yang jelas membuat para karyawan dapat bekerja dengan baik,

6 Nurul Ursyiyah Itsnaini SMPN 1 Kalianget 69. 7 Za'im Jundi Muhammad SMPIT Al-Hidayah

[r]

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah sukrosa dari sari tebu dapat digunakan untuk membuat perekat poliuretan dan mengetahui jenis PEG

Dari data hasil pengamatan yang telah dianalisis dan dibahas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan zeolit alam yang telah diaktivasi dengan larutan HCl dalam menjerap

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

Program Library Customer Day (LCD) 2017 diadakan pada 25 Oktober 2017 sehingga 8 November 2017 bersempena dengan Program Galakan Membaca Perpustakaan Tun Abdul Razak (PTAR)

TAD : Tidak Ada Dokumen Persyaratan Sertifikasi Guru yang diterima Panitia Sertifikasi Guru Rayon 122 MUNDUR : Peserta Yang Bersangkutan Batal Menjadi Calon Peserta