• Tidak ada hasil yang ditemukan

REGULASI DAN KERANGKA

Dalam dokumen BUKU II RKP TAHUN 2015 (Halaman 169-177)

KELEMBAGAAN

Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan di bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, perlu dilakukan beberapa penataan regulasi dan kelembagaan sebagai berikut:

1. Kependudukan dan Keluarga Berencana. (a) Penyelesaian penyusunan RPP terkait UU No.52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; (b) Pengembangan regulasi registrasi penduduk mencakup penyebab kematian, yang terintegrasi dengan sistem SIAK; (c) Harmonisasi peraturan perundangan agar

2-66 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

No.52/2009 dan PP No.55/2005 Tentang Dana Perimbangan (DAK hanya untuk fisik), dimana diharapkan DAK dapat menampung kegiatan yang bersifat operasional/nonfisik; (d) Penyusunan regulasi yang mendukung integrasi program KB ke dalam program-program penanggulangan kemiskinan (misal: PKH, PNPM, dll.); (e) Revisi SPM bidang KB sesuai dengan amanat UU No.52/2009 (memasukkan aspek kependudukan); (f) Penguatan implementasi NSPK di daerah (kabupaten/kota); dan (g) Penyusunan regulasi yang mendukung pencapaian sasaran program KB di daerah, antara lain: penyaluran anggaran mekanisme operasional dan penggerakan KB, distribusi alokon dari kabupaten/kota ke fasyankes, serta insentif bagi tenaga lapangan KB; (h) Penguatan kualitas dan sinergitas kebijakan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan di pusat dan daerah sesuai dengan regulasi yang berlaku; (i) Sinkronisasi struktur organisasi kelembagaan dengan program, termasuk nomenklatur kelembagaan antara pusat dan daerah; (j) Penguatan kapasitas SDM di daerah dalam menyusun perencanaan dan penganggaran serta implementasi kebijakan kependudukan dan keluarga berencana; (k) Penyusunan sistem registrasi penduduk yang terpadu; (l) Peningkatan kualitas pendataan KB dari tingkat kabupaten/kota sampai ke pusat, didukung sistem informasi yang terpadu; (m) Penguatan fungsi institusi masyarakat perdesaan/perkotaan, kader, tenaga lapangan KB, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam penggerakan KB; (n) Memperkuat pemantauan dan evaluasi kebijakan/program di tataran implementasi serta pemanfaatannya untuk perbaikan kebijakan ke depan; (o) Mendukung pembentukan kelembagaan Kependudukan dan KB sesuai dengan ketentuan di daerah (provinsi dan kabupaten/kota); dan (p) Penguatan koordinasi lintassektor dan memperluas kemitraan dengan berbagai stakeholders.

2. Kesehatan dan Gizi Masyarakat. (a) Perumusan peraturan pemerintah dan peraturan/keputusan menteri yang terkait urusan dan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota, termasuk standar

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

2-67

pendidikan tenaga kesehatan, termasuk dokter layanan primer; (d) Pembentukan regulasi sebagai turunan dari UU Kesehatan, UU Praktik Kedokteran serta penguatan Sistem Kesehatan Nasional; (e) Peningkatan sinergitas kebijakan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan di pusat dan daerah melalui pembagian urusan, termasuk nomenklatur kelembagaan antara pusat dan daerah; (f) Perkuatan mekanisme monitoring evaluasi melalui sistem informasi menyeluruh dari fasilitas pelayanan, kabupaten/kota, provinsi dan kabupaten/kota; (g) Peningkatan sinergi kelembagaan dalam penanganan program lintas sektor/lintas bidang untuk Pembangunan Pangan dan Gizi dan Penanggulangan HIV/AIDS; (h) Pelembagaan penapisan teknologi kesehatan (Health Technology Assesment/HTA) dan pertimbangan klinik (clinical advisory) guna meningkatkan kendali mutu dan biaya pelaksanan JKN; dan (i) pelembagaan untuk kemampuan teknis dan pengelolaan program yaitu Komite Pendayagunaan Konsultan kegiatan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program kesehatan. 3. Pendidikan. (a) Pengkajian dan perumusan peraturan

perundangan tentang kewenangan pengelolaan guru; (b) Perumusan peraturan perundangan tentang Public-Private

Partnership dalam pembangunan pendidikan; (c)

Penyiapan rencana strategis terpadu pendidikan 2015-2019 (seluruh K/L pelaksana fungsi pendidikan); (d) Perumusan peraturan perundangan tentang pembentukan lembaga akreditasi mandiri (LAM) untuk melaksanakan penjaminan kualitas Pendidikan Tinggi; (e) Penyiapan peraturan perundangan untuk institusionalisasi Komite Pendidikan Nasional; (f) Penyiapan peraturan perundangan untuk pembentukan dewan pendidikan di tingkat provinsi; (g) Penyiapan sistem penganggaran perguruan tinggi yang lebih sesuai untuk melaksanakan misi pendidikan tinggi (pengembangan ilmu, penelitian); (h) Pemantapan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui penguatan komite sekolah dan dewan pendidikan di semua jenjang pemerintahan; (i) Perumusan peraturan perundangan untuk meningkatkan ketaatan pemerintah daerah dalam

2-68 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

satuan pendidikan baik negeri maupun swasta melalui mekanisme block grant; (k) Penyusunan peraturan perundangan dalam meningkatkan peran daerah untuk pembiayaan pendidikan di satuan pendidikan dibawah pembinaan Kementerian Agama; (l) Penyusunan peraturan perundangan terkait dengan upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan anggaran pendidikan terkait dengan penyediaan guru; (m) Penyusunan peraturan perundangan untuk pengetatan penyelenggaraan LPTK untuk menjaga kualitas dan jumlah lulusan sesuai kebutuhan; (n) Perumusan peraturan perundangan untuk mempercepat pemenuhan SPM pendidikan dasar dan menengah oleh pemerintah daerah; (o) Pembentukan Komite Pendidikan Nasional; (p) Pembentukan dewan pendidikan di tingkat provinsi; (q) Pembentukan lembaga akreditasi mandiri (LAM) untuk melaksanakan penjaminan kualitas Pendidikan Tinggi; (r) Pembentukan lembaga independen untuk merumuskan dan melaksanakan sistem penilaian pendidikan; (s) Pembentukan lembaga independen untuk melaksanakan fungsi monitoring dan evaluasi berbagai program prioritas nasional; (t) Peningkatan sinergi kebijakan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan di pusat dan daerah melalui pembagian urusan; dan (u) Penguatan sistem informasi pendidikan di semua tingkatan pemerintahan.

4. Perpustakaan. (a) Penyusunan peraturan pelaksanaan sebagai tindak lanjut PP No.24/2014 Tentang Pelaksanaan UU No.43/2007 Tentang Perpustakaan; (b) Pembentukan Dewan Perpustakaan Nasional sebagai tindak lanjut UU No.43/2007 tentang Perpustakaan (c) Penguatan lembaga penyelenggara perpustakaan daerah; (d) Peningkatan kapasitas perpustakaan; dan (e) Peningkatan koordinasi dan kerjasama pusat, daerah, masyarakat dan pihak swasta dalam pembangunan perpustakaan.

5. Pemuda dan Olahraga. (a) Penyusunan rancangan instruksi/ peraturan Presiden tentang koordinasi strategis lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan kepemudaan; (b) Penguatan peran dan fungsi Kementerian/Lembaga yang menangani urusan pemuda dan olahraga; (c) Penguatan organisasi kepemudaan; (d) Penguatan

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

2-69

pusat pembibitan olahragawan berprestasi.

6. Agama. (a) Kajian peraturan perundang-undangan terkait tentang Kerukunan Umat Beragama; (b) Harmonisasi penyusunan RUU Pengelolaan Keuangan Haji; (c) Peningkatan sinergitas program antarinstansi pusat, antara pusat dan daerah, serta antara pemerintah dengan lembaga sosial keagamaan dalam rangka pembangunan bidang agama; dan (d) Peningkatan tata kelola pelayanan keagamaan.

7. Kebudayaan. (a) Harmonisasi penyusunan RPP tentang Pelestarian Cagar Budaya dan RPP tentang Museum; dan (b) Penguatan peran dan fungsi Badan, Balai, dan Unit yang berwenang dalam pelindungan, penyelamatan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya, serta kesenian dan perfilman.

8. Kesejahteraan Sosial. (a) Pencapaian inklusivitas akses, layanan publik, dan sistem sosial ekonomi untuk penduduk rentan, melalui advokasi penyusunan regulasi untuk perlindungan anak, serta peningkatan inklusivitas lansia, penyandang disabilitas, dan penduduk termarjinalkan lain, baik di tingkat nasional maupun daerah; dan (b) Harmonisasi antar pelaku dalam upaya peningkatan akses dan kualitas kesejahteraan sosial bagi penduduk rentan sesuai arahan RPJMN 2015-2019, melalui: (1) Pengembangan sistem pelayanan dan rujukan terpadu, yang mencakup fungsi pengelolaan data serta penajaman kriteria kelompok, individu maupun rumah tangga yang akan menerima program kesejahteraan sosial; (2) Penguatan fungsi kelembagaan pelayanan sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)/panti sebagai lembaga pemberi bantuan dan layanan baik di tingkat pusat maupun daerah; dan (3) Peningkatan kapasitas dan jumlah sumber daya manusia sebagai pekerja sosial dan pendamping program kesejahteraan sosial, melalui standarisasi pelayanan dan pengembangan layanan berbasis sistem.

9. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. (a) Penguatan regulasi terkait pelayanan korban kekerasan, yaitu revisi Permeneg PP dan PA No.1/2010 tentang SPM

2-70 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO); (c) Penyusunan regulasi atau kebijakan terkait pelaksanaan PUG/PPRG di berbagai bidang pembangunan; (d) Penguatan fungsi Kementerian PP dan PA dalam upaya percepatan pelaksanaan PUG serta upaya perlindungan perempuan dari tindak kekerasan termasuk pemberantasan TPPO; (e) Penguatan lembaga pelayanan korban kekerasan (P2TP2A); (f) Penguatan kelembagaan Gugus Tugas Pencegahan Penanganan TPPO; (g) Peningkatan koordinasi antarlembaga pelayanan korban kekerasan termasuk perdagangan orang; (h) Penguatan lembaga dan jejaring PUG/PPRG di tingkat nasional dan daerah.

10.Perlindungan Anak. (a) Revisi UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak; (b) Harmonisasi penyusunan RPP tentang tentang tata cara pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan (sebagai mandat UU No.11/2012 tentang SPPPA); (c) Revisi SPM bidang perlindungan anak; (d) Penguatan implementasi NSPK perlindungan anak di daerah (kabupaten/kota); (e) Peningkatan koordinasi antarlembaga di tingkat pusat, provinsi dan kab/kota dalam perlindungan anak serta koordinasi pusat daerah; (f) Regulasi yang mendukung pencapaian sasaran pemenuhan hak anak dan perlindungan anak di tingkat pusat dan daerah (contoh: regulasi yang menjamin akses anak dengan kondisi khusus, seperti anak dengan disabilitas/ADD, anak di lembaga pemasyarakatan, anak di panti, anak dengan penyakit kronis, terhadap layanan kesehatan dan pendidikan); (g) Penguatan lembaga yang berfungi sebagai koordinator perlindungan anak di tingkat pusat dan daerah; (h) Penguatan lembaga yang berfungi sebagai pengawas pelaksanaan perlindungan anak di tingkat pusat dan daerah; (i) Penguatan lembaga pelayanan perlindungan anak, terutama di tingkat propinsi dan kabupaten/kota; (j) Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga/SDM di lembaga pelayanan perlindungan anak; dan (k) Sinkronisasi nomenklatur dan kelembagaan perlindungan anak di propinsi/kabupaten/kota.

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI

3-1

3.1Permasalahan Dan Isu Strategis

3.1.1 Ekonomi Makro Perkembangan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa kejadian yang kita alami sejak 2010 sampai dengan 2013 antara lain adalah: ketidakpastian dan memburuknya perekonomian global sebagai lanjutan krisis utang pemerintah di kawasan Eropa yang dimulai sejak akhir 2011, mulai menurunnya kemampuan negara-negara Asia untuk menjadi penopang perekonomian dunia, menurunnya harga komoditas dunia yang cukup tajam, isu tapering off di Amerika Serikat sejak pertengahan 2013, tekanan terhadap rupiah yang disebabkan ketidakseimbangan eksternal, serta inflasi yang tinggi paska kenaikan BBM bersubsidi, serta menurunnya kredit perbankan akibat pengetatan kebijakan moneter. Dalam kurun waktu tersebut, momentum pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 tetap terjaga. Perekonomian Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 6,2 persen dalam periode empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2010–2014 dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010, tahun 2011, tahun 2012 dan 2013 berturut-turut sebesar 6,2 persen, 6,5 persen, 6,3 persen dan 5,8 persen.

Dari sisi pengeluaran, dalam periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama didukung oleh peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga. Investasi berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh rata-rata sebesar 8,0 persen terutama didukung oleh investasi alat angkutan luar negeri serta mesin dan perlengkapan luar negeri. Daya beli masyarakat yang dapat terjaga mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh rata-rata sebesar 5,0 persen dan pengeluaran pemerintah tumbuh rata-rata sebesar 2,4 persen. Peningkatan pengeluaran rumah tangga terutama didorong oleh pengeluaran rumah tangga bukan makanan. Sedangkan pengeluaran pemerintah terutama didorong oleh komponen pengeluaran penerimaan barang dan jasa. Perlambatan ekonomi dunia memberi tekanan menurun pada transaksi perdagangan luar negeri Indonesia. Namun, di sisi lain, Ekspor barang dan jasa Indonesia mengalami perlambatan dalam dua

3-2 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI

barang dan jasa dapat tumbuh rata-rata sebesar 9,1 persen. Sejalan dengan peningkatan investasi, impor barang dan jasa tumbuh rata-rata sebesar 9,6 persen.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 terutama didukung oleh sektor tersier yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi serta perdagangan, hotel, dan restoran dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 11,1 persen dan 8,0 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat tinggi didorong oleh pertumbuhan sub sektor komunikasi, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran terutama didukung oleh peningkatan sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor tersier lainnya yaitu listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; keuangan, real estat dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa masing-masing tumbuh rata-rata sebesar 5,5 persen; 6,9 persen; 6,8 persen; dan 5,9 persen dalam periode empat tahun pertama RPJMN 2010-2014. Sektor sekunder yaitu industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian tumbuh rata-rata sebesar 5,5 persen dan 2,1 persen. Pertumbuhan pada sektor industri pengolahan terutama didorong oleh sub sektor industri nonmigas alat angkutan, mesin, dan peralatannya; serta logam dasar besi dan baja. Sektor primer yaitu pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh rata-rata sebesar 3,5 persen dalam periode yang sama, terutama didukung oleh sub sektor perikanan.

Pada tahun 2014, krisis keuangan Eropa yang masih belum dapat diselesaikan terutama dengan adanya permasalahan fiskal yang cukup berat diperkirakan masih membayangi kondisi ekonomi dunia. Meskipun demikian, perkembangan terakhir menunjukkan telah membaiknya kondisi ekonomi global yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Jepang, serta pulihnya perekonomian China dan India, yang antara lain ditunjukkan dengan terjadinya: i) perbaikan aktivitas kinerja sektor industri dan konsumsi AS dan Eropa, ii) membaiknya perekonomian Jepang yang ditopang oleh kinerja sektor manufaktur, iii) peningkatan kinerja ekonomi China yang didukung kinerja manufaktur yang ekspansif, dan iv) perbaikan perekonomian India yang ditopang oleh membaiknya kinerja ekspor dan sektor industri, sehingga ekonomi dunia pada tahun 2014 diperkirakan lebih baik dari

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI

3-3

mencapai sekitar 5,5 persen pada tahun 2014.

TABEL 3.1

Dalam dokumen BUKU II RKP TAHUN 2015 (Halaman 169-177)