• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Berdasarkan tantangan yang dihadapi tersebut, sasaran peningkatan status pangan dan gizi masyarakat, antara lain: peningkatan status pangan dan gizi masyarakat, antara lain:

Dalam dokumen BUKU II RKP TAHUN 2015 (Halaman 95-103)

LINTAS BIDANG PEMBANGUNAN KELAUTAN BERDIMENSI KEPULAUAN

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan anak

1.2.5.2 Sasaran Berdasarkan tantangan yang dihadapi tersebut, sasaran peningkatan status pangan dan gizi masyarakat, antara lain: peningkatan status pangan dan gizi masyarakat, antara lain:

(1) Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat yang bersifat spesifik yang diukur melalui: (i) Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek/stunting; (ii) Menurunnya prevalensi ibu hamil KEK; (iii)Meningkatnya persentase ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet; dan (2) Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat yang bersifat sensitive yang diukur melalui: (i) Meningkatnya konsumsi Energi/kapita/hari dan konsumsi Protein/kapita/hari; (ii) Meningkatnya cakupan akses terhadap air minum dan sanitasi layak; (iii) Meningkatnya

1-78 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

mengalami kehamilan; (vi) Meningkatnya usia menikah pertama anak perempuan; (vii) Meningkatnya penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan; (viii)Menurunnya proporsi pengeluaran kesehatan oleh penduduk; (ix) Menurunnya rumah tangga rawan pangan; (x) Meningkatnya pelaksanaan program peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan; (xi) Meningkatnya jenis produk pangan yang difortifikasi; (xii) Menurunnya peredaran makanan yang mengandung bahan berbahaya; (xiii) Meningkatnya jumlah kabupaten yang menyusun RAD-PG; (xiv) Meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) PAUD; (xv) Meningkatnya PPL pertanian yang mendapatkan pelatihan tentang pangan dan gizi; dan (xvi) Menurunnya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional.

1.2.5.3Arah Kebijakan dan Strategi

Pembangunan Tahun 2015

Kebijakan dan strategi peningkatan status pangan dan gizi masyarakat dilakukan melalui:

1. Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu, bayi dan balita yang difokuskan pada 1000 hari pertama kehidupan : (i) peningkatan persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan ke empat (K4)); (ii) peningkatan cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1); (iii) peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bayi dan dan balita terutama pemantauan tumbuh-kembang, pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) dan ASI sampai 2 tahun, pemberian MP-ASI dan suplemen vitamin A, pemberian fortifikasi rumah tangga (tabur gizi), zink pada penderita diare, pencegahan dan pengobatan kecacingan, penanganan anak kurang kurang dan gizi buruk; serta (iv) perluasan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi pelayanan kesehatan primer di Puskesmas.

2. Peningkatan pembinaan keluarga balita dan anak melalui : (i) peningkatan pengembangan kebijakan, strategi dan materi pembinaan ketahanan keluarga balita dan anak yang dapat dilaksanakan; (ii) peningkatan pemahaman keluarga yang memiliki balita dan anak dalam melaksanakan pengasuhan dan

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1-79

3. Peningkatan pembinaan dan pendidikan gizi masyarakat meliputi : (i) peningkatan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin di Posyandu; (ii) peningkatan puskesmas mampu melaksanakan tata-laksana gizi buruk; (iii) peningkatan pemberian makanan tambahan dan mikronutrien bagi ibu hamil, bayi, dan balita; (iv) peningkatan integrasi pesan pendidikan tentang perbaikan gizi dalam Gerakan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang meliputi perbaikan makanan bayi dan anak usia dini, pendidikan usia dini dalam kursus pra-nikah para calon pengantin; (v) peningkatan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi; (vi) peningkatan penyediaan layanan dan akses terhadap pelayanan PAUD yang mencakup peningkatan pengetahuan dan kecakapan keorangtuaan (parenting education); dan (vii) peningkatan pengembangan sekolah dasar dan menengah menjadi sekolah yang mencintai gizi; serta (viii) peningkatan sosialisasi pedoman gizi seimbang. 4. Peningkatkan keluarga berencana dan kualitas

kesehatan reproduksi meliputi : (i) peningkatan cakupan KB pada penduduk miskin; (ii) peningkatan kesadaran remaja perempuan dalam kesehatan reproduksi; (iii) peningkatan pendidikan masyarakat dalam penundaan usia perkawinan dan kehamilan pertama; (iv) peningkatan pengembangan kebijakan, strategi, dan materi informasi kualitas hidup ibu, bayi dan anak (KHIBA) dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi (PMKR) yang dapat dioperasionalkan; (v) peningkatan fasilitasi pembinaan kelangsungan hidup ibu, balita, dan anak serta PMKR; dan (vi) peningkatan intervensi gizi untuk remaja perempuan.

5. Peningkatkan penyediaan air bersih dan sanitasi melalui: (i) peningkatan investasi pembangunan infrastruktur air bersih di perkotaan dan perdesaan serta perkampungan kumuh; dan (ii) peningkatan perluasan akses terhadap air bersih dan sanitasi lingkungan yang diharapkan menurunkan penularan penyakit terutama di daerah dengan kasus stunting

1-80 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

serta masyarakat dalam gerakan multi sektor untuk menanggulangi masalah gizi terutama melalui Posyandu seperti pemantauan pertumbuhan, pengelolaan air minum dan air limbah, pendidikan anak usia dini, kebun gizi dan kelompok swadaya untuk dana bergulir.

6. Peningkatkan ketahanan pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan serta peningkatan keamanan pangan segar melalui : (i) penguatan Kebijakan Pertanian dalam rangka peningkatan produksi sayuran dan buah serta peternakan melalui pembinaan petani skala kecil untuk peningkatan akses pangan; (ii) peningkatan penguatan kebijakan pembangunan pertanian dan pedesaan dengan mempertimbangkan dimensi; (iii) peningkatan keragaman pangan olahan dengan tambahan unsur gizi dan berbasis sumber pangan lokal; (iv) peningkatan pemerataan distribusi dan aksesibilitas pangan olahan; (v) peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan; (vi) peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (vii) peningkatan peran kelembagaan keamanan pangan; dan (viii) peningkatan fortifikasi pangan.

7. Peningkatkan pengawasan makanan berbasis resiko melalui : (i) peningkatan pengawasan sarana distribusi yang menyalurkan bahan berbahaya sesuai ketentuan; (ii) peningkatan pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya; (iii) peningkatan pengawasan sarana produksi makanan MD yang memenuhi standar GMP yang terkini; (iv) peningkatan pengawasan, sarana penjualan makanan yang memenuhi standar GRP/GDP; (v) peningaktan standar yang dihasilkan dalam rangka antisipasi perkembangan isu keamanan, mutu dan gizi pangan; serta (vi) peningkatan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang memenuhi persyaratan keamanan pangan.

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1-81

gizi; (ii) peningkatan ketersediaan tenaga kesehatan di bidang gizi yang memadai; dan (iii) peningkatan penguatan lembaga pangan dan gizi termasuk Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM); serta (iv) peningkatan UKBM yang aktif dan berfungsi dalam peningkatan status pangan dan gizi masyarakat.

9. Peningkatkan pengentasan kemiskinan dan peran sektor agama, industri, perdagangan, hukum serta perundangan melalui : (i) peningkatan cakupan dan kualitas program pengentasan kemiskinan (PKH, Raskin, BLT) untuk peningkatan status gizi ibu dan anak; (ii) peningkatan peran pemuka agama dalam pendidikan penundaan usia perkawinan dan memperkuat peran suami dalam mendukung perbaikan gizi wanita, anak-anak dan keluarga berencana; (iii) peningkatan pemantauan Peraturan Perundangan tentang produksi dan perdagangan makanan yang wajib difortifikasi; dan (iv) peningkatan pengembangan peraturan perundangan tentang pengurangan dampak pemasaran Makanan Pengganti ASI dan makanan tinggi lemak jenuh, trans asam lemak dan tinggi gula dan garam.

1.2.5.4 Kerangka Pendanaan

Untuk pendanaan pembangunan dalam mendukung peningkatan status pangan dan gizi masyarakat dapat dilakukan melalui kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat melalui Public Private Partnership (PPP) dan Corporate Social Responsibility (CSR).

1.2.5.5 Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

Dalam kerangka regulasi diperlukan penguatan peraturan fortifikasi micronutient pada produk pangan yang beredar termasuk pengaturan pada pelabelan produk dan dalam kerangka kelembagaan diperlukan peningkatan sinergi penanganan program lintas sektor/lintas bidang untuk pembangunan pangan dan gizi dengan mempertimbangkan keberadaan berbagai lembaga yang ada, baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat.

1-82 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

dan Isu Strategis memerlukan waktu dan pentahapan sesuai dengan kesiapan sektor-sektor dalam melaksanakannya. Dengan adanya komitmen penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020, maka pengendalian pencemaran lahan dan air, serta efisiensi penggunaan sumber daya juga harus dilakukan secara bersamaan. Untuk itu, tahap lebih lanjut adalah pengembangan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan (Sustainable Production And Consumption/SCP).

Perlunya penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan antara lain karena: (1) Pertumbuhan ekonomi yang masih terus bertumpu kepada sumber daya alam akan menyebabkan tekanan terhadap cadangan stock dan sediaan supply Sumber Daya Alam serta penurunan kualitas Lingkungan Hidup; (2) Peningkatan jumlah penduduk Indonesia akan meningkatkan pula jumlah konsumsi dan produksi; (3) Perlunya peningkatan kualitas hidup masyarakat, yang diwujudkan antara lain melalui penyediaan dan penggunaan barang/jasa yang aman, bermutu dan ramah lingkungan; (4) Adanya kesepakatan aksi global mandat dari Konferensi Rio+20 tahun 2012, dan ASEAN Economic Community; dan (5) Peningkatan konektivitas dan arus global (arus perpindahan orang, barang, uang/dana, dan informasi).

Dalam pengembangan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan, penerapan prinsip berkelanjutan di sektor produksi antara lain mencakup berbagai proses produksi di sektor pertanian, kehutanan, serta kelautan dan perikanan; sektor energi dan pertambangan; sektor industri; dan sektor transportasi. Selanjutnya, di sisi konsumsi akan dikembangkan pula pola konsumsi berkelanjutan, antara lain meliputi: (i) pengelolaan sampah, daur ulang dan kebersihan lingkungan; (ii) hemat energi; dan (iii) pola hidup bersih dan sehat.

Atas dasar penjelasan di atas, maka isu strategis untuk pengembangan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan adalah: (1) perlunya perumusan Kebijakan Operasional pelaksanaan Pola Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan; dan (2) Pelaksanaan Pola Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan untuk beberapa sektor prioritas.

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1-83

dan produksi yang berkelanjutan; (2) pengembangan pola produksi berkelanjutan di sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi, transportasi, dan industri; (3) pengembangan pola konsumsi meliputi penurunan penggunaan plastik dalam kemasan, perluasan sistem dan industri daur ulang, hemat konsumsi energi dan air; (4) terbangunnya sistem pendukung pola konsumsi dan produksi berkelanjutan seperti: sistem pengadaan barang dan jasa berkelanjutan; dan standardisasi komoditas berkelanjutan.

1.2.6.3Arah Kebijakan dan Strategi

Pembangunan Tahun 2015

Arah Kebijakan yang akan ditempuh antara lain: (1) menyusun konsep kebijakan operasional pola konsumsi dan produksi berkelanjutan dan pengembangan sistem pendukungnya; dan (2) penerapan awal pola konsumsi dan produksi berkelanjutan di sektor prioritas, serta pola konsumsi masyarakat berkelanjutan.

Strategi yang akan ditempuh: (1) inventarisasi dan sinkronisasi kebijakan sektor-sektor prioritas terkait dengan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan; (2) menggalakkan penggunaan teknologi bersih untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya dan mengurangi limbah; (3) penyebaran informasi ketersediaan produk ramah lingkungan bagi konsumen/masyarakat mengenai manfaat produk tersebut; (4) pengembangan standar produk ramah lingkungan yang terukur; dan (5) pengembangan peraturan dan standar pelayanan publik dalam penerapan pola konsumsi berkelanjutan.

1.2.6.4Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan untuk kebijakan lintas bidang Pengembangan Pola Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Untuk pendanaan pemerintah terutama bersumber dari anggaran sektor-sektor prioritas, seperti sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi, transportasi, dan industri. Pendanaan dari swasta berupa investasi dari sisi produksi dalam rangka penerapan teknologi bersih dan efisien. Partisipasi masyarakat lebih bersifat swadaya untuk penerapan pola hidup bersih dan sehat, serta konsumsi produk-produk ramah lingkungan. Selain itu, diperlukan pula penyusunan kerangka mobilisasi pendanaan untuk penerapan sistem insentif dan disinsentif

1-84 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015

PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1.2.6.5Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

Diperlukan penyusunan kebijakan dan regulasi terkait pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan yang mengatur registrasi barang/jasa yang ramah lingkungan, verifikasi kinerja teknologi ramah lingkungan, monitoring dan evaluasi. Selain itu, dengan adanya Kerangka Kerja 10 Tahun Penerapan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan di Indonesia Tahun 2013-2023, diperlukan kerangka regulasi yang dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan peta jalan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan tersebut.

Untuk pengembangan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan diperlukan koordinasi antara seluruh pemangku kepentingan dalam hal kerjasama riset, pelaksanaan kebijakan dan peraturan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Diharapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian PPN/Bappenas mengkoordinasikan kementerian/ lembaga dan pemangku kepentingan lain, sebagai berikut: (1) Mitra standardisasi: Badan Standardisasi Nasional, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, Komite Akreditasi Nasional; (2) Mitra perekonomian: Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerinta, Biro Pusat Statistik, dan KADIN; (3) Mitra teknologi/litbang: Kementerian Riset dan Teknologi, BPPT, LIPI, Persatuan Insinyur Indonesia, Ikatan Auditor Teknologi Indonesia; dan (4) Mitra Lembaga Swadaya Masyarakat, Asosiasi profesi, dan swasta: Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan Bali Fokus, Green Building Council Indonesia , )katan Konsultan Indonesia (Inkindo), Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo), Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Lingkungan Indonesia, Asosiasi Pengendali Pencemaran Lingkungan Indonesia, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG

1-85 1.2.7.1Permasalahan

dan Isu Strategis

Agenda pembangunan mengenai penanggulangan bencana dalam rangka memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam yang tersedia, Sumber Daya Manusia yang berkualitas, serta kemampuan iptek.

Penanggulangan bencana adalah salah satu isu utama pembangunan yang memerlukan perhatian khusus yang melibatkan program/kegiatan lintas bidang dan atau lintas Kementerian/Lembaga. Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan dimaksudkan untuk mensinergikan upaya untuk meminimalkan potensi kerusakan dan kerugian ke dalam proses pembangunan di setiap Bidang dan atau program/kegiatan.

1.2.7.2Sasaran Memperhatikan permasalahan-permasalahan terkait

Dalam dokumen BUKU II RKP TAHUN 2015 (Halaman 95-103)