V RELASI KUASA PENGELOLAAN SAMPAH
5.1.2. Relasi Kuasa Sampah tingkat Bak Sampah
Pada relasi kuasa tingkat bak sampah, maka disini yang disorot adalah aktor-aktor yang berkaitan dengan aktifitas di bak sampah. Secara garis besarnya, perpindahan sampah terjadi dari sumber sampah di tingkat rumah tangga, menuju tempat pembuangan sampah, melewati bak sampah. Pada tingkat bak sampah, praktek penanganan sampah adalah juga merupakan wahana sosial di mana orang perorang/aktor sebagai pelaku terlibat dalam relasi-relasi kuasa atau wahana di mana kekuasaan dilaksanakan oleh aktor-aktor tersebut. Kepentingan-kepentingan orang perorang/aktor bisa dieksplorasi dari praktek-praktek yang dijalankannya, juga cara-cara yang diambil atau saluran-saluran yang dipilih oleh aktor untuk meluluskan atau memenangkan persaingan untuk mendapatkan tujuannya. Di dalam wahana sosial ini juga kelihatan dengan siapa sang aktor berlawan atau berteman; kapan, berapa lama, dan dalam hal apa. Bahkan dari praktek-praktek ini pula isu-isu yang mendasari konstruksi hubungan antar pelaku, termasuk hubungan antar gender, dan hubungan antar pengelolaan sampah dapat diungkapkan.
Bak sampah, tempat rumah tangga membuang sampahnya secara sementara, ternyata juga menjadi arena perebutan para aktor dalam mengais rejeki, karena mereka berharap masih ada sampah yang punya nilai ekonomis yang bisa diambil/di pulung untuk dapat diuangkan (oleh para pemulung). Sampah berpindah dari dalam rumah ke tempat lain di luar rumah adalah merupakan pola yang berlaku secara umum. Rumah tangga di Perumahan Griya Pancoranmas Indah, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, sebagian besar membuang sampah yang dihasilkannya ke bak sampah yang ada di pekarangan setiap rumah. Rumah tangga di Perumahan ini sebagian besar membuang sampah ke bak sampah, hal ini dimungkinkan karena dulu, pengembang dari perumahan ini sudah menyediakan bak sampah di setiap rumah. Meskipun bak sampah yang disediakan hanya sekedarnya saja, berupa bak sampah yang terbuat dari kaleng bekas drum oli, tapi warga tetap memanfaatkannya untuk tempat pembuangan sampah dari rumah. Pada kenyataannya sekarang ini warga sudah banyak mengganti bak sampah lama dengan bak sampah baru, yang dibuat secara permanen masing-masing di depan
rumahnya dengan cara ditembok, membentuk kotak dengan ukuran rata-rata 80cm x 75cm ada juga yang lebih besar dengan ukuran 1m x 1m.
Sampah yang sudah terkumpul di bak sampah, kemudian setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan sampah yang biasa dipanggil Bang Umr, waktu pengangkutan bervariasi, kadang pagi sekitar jam 09.00-10.00 terkdang siang hari antara jam 11.00 – 13.00, jarang sekali Bang Umr mengangkut sore hari, karena biasanya siang sampai sore dia sudah menyortir sampah yang diangkut, hasil sortiran dikumpulkan kemudian dijual ke lampak pemulung yang ada di sekitar TPA Cipayung. Bang Umr tidak memungut sampah di semua RT, dia hanya memungut sampah yang ada di 3 RT yaitu RT 05, 06 dan 07 sedangkan RT 04 oleh Bang Mli dan RT 01, 02 dan 03 oleh Bang Ars.
Sampah yang ada di bak sampah di RT 05, 06 dan 07 diangkut setiap hari oleh Bang Umr dengan memakai gerobak sampah. Sampah yang terkumpul di bak sampah kemudian diangkut selanjutnya dibuang ke TPS di depan komplek/perumahan Griya Pancoranmas Indah. Sampah yang dibuang merupakan sampah hasil sortiran Bang Umr dan kebanyakan yang dibuang adalah sampah organik. Sampai tahap ini aktifitas Bang Umr sudah selesai, karena dia hanya mengumpulkan sampah dari bak sampah, disortir lebih dulu baru kemudian dibuang ke TPS.
Tidak semua sampah yang ada di bak sampah warga diangkut oleh Bang Umr, hal ini karena ada perintah dari Ketua RT setempat yang melarang sampah warganya diangkut. Larangan dari Ketua RT berkaitan dengan iuran warga yang tidak diberikan ke Bendahara/pengurus RT, sehingga sebagai sanksinya, sampah warga yang tidak bayar iuran tidak diangkut oleh Bang Umr, jadi disini diperlukan koordinasi yang intens antara petugas kebersihan (Bang Umr) dengan pengurus RT (bisa ketua RT, Sekretaris atau Bendahara). Setelah tahu bahwa sampahnya tidak diangkut, beberapa hari kemudian warga akan langsung bayar iuran bulanan. Tetapi terkadang ada juga warga yang sampahnya tidak diangkut, mereka membawa sendiri sampahnya untuk di buang ke TPS di depan komplek/perumahan, biasanya mereka sekalian berangkat kerja sambil membawa kantong keresek berisi sampah.
Dilain pihak, terkadang Bang Umr juga tidak mau mengangkut sampah yang ada di bak sampah warga yang jumlahnya terlalu banyak, menurut Bang Umr, sampah tersebut bukan berasal dari rumah warga, tapi dari pedagang sayur dan buah-buahan yang tiap hari berjualan di perumahan ini. Pedagang sayur dan buah-buahan menganggap bahwa yang namanya bak sampah adalah tempat sampah dibuang, sehingga mereka leluasa untuk membuang sampah sayuran dan daun-daunan bekas bungkus buah-buahan mereka, sampai akhirnya banyak sampah yang dibuang ke beberapa bak sampah yang ada di dekat lokasi mangkalnya pedagang sayur dan buah-buahan. Biasanya tukang sayur dan buah- buahan mangkal di perempatan yang cukup luas. Bang Umr pernah mengutarakan kepada tuan rumah Bpk H Rhm bahwa sampah di bak sampahnya terlalu banyak, susah dan berat untuk dipindah dan sepertinya tidak mungkin sumbernya dari Bpk H Rhm semua, sehingga pernah suatu hari Bang Umr tidak mengangkut sampah tersebut karena dia beranggapan yang bayar dia adalah warga, jadi yang diangkut pun adalah sampah warga bukan sampah tukang sayur atau pedagang buah- buahan. Ketika sampah tidak diangkut, Bang Umr pun kena protes juga oleh warga dengan anggapan sampah yang ada di bak sampah tetap harus di buang oleh petugas kebersihan yang sudah dibayar oleh warga, tidak peduli dari manapun sumber sampah itu berasal.
Pada saat Bang Umr tidak mau mengangkut sampah, maka sebenarnya Bang Umr sudah menunjukan bagaimana ia menjalankan kekuasaannya. Begitu juga ketika warga yang lain protes karena Bang Umr tidak mengangkut sampah warga, hal inipun telah membuktikan bahwa warga sudah menunjukan bentuk penggunaan kuasanya, yaitu pada saat mengajukan protes terhadap Bang Umr tersebut. Begitu juga otoritas RT sudah diterapkan berupa pelarangan kepada Bang Umr untuk tidak mengangkut sampah warga yang tidak bayar iuran bulanan. Sebenarnya, sekalian memungut sampah di bak sampah, Bang Umr juga merangkap sebagai pemulung sampah, karena dia sudah mempersiapkan di gerobaknya berupa karung untuk diisi sampah yang masih mempunyai nilai ekonomis, sampah yang diambil Bang Umr hampir sama dengan sampah yang diambil pemulung lain pada umumnya, yaitu berupa kertas koran, kertas kardus, botol/gelas plastik aqua dan lainnya yang dianggap masih mempunyai nilai
ekonomis. Terkadang Bang Umr juga pesan ke warga agar sampah yang punya nilai ekonomis tadi tempatnya dipisah, tidak dicampur dengan sampah organik lainnya dan tentunya dia minta agar sampah yang sudah dipisah tadi ditahan dulu, baru diberikan kalau dia sudah datang (ini juga yang salah satunya dikeluhkan sebagian warga, menganggap Bang Umr terlalu banyak permintaan, mulai dari minta sumbangan untuk perbaikan gerobak sampah, minta THR diawal, padahal sampah di bak sampah terkadang masih ada sisa, alias tidak bersih/tidak semua terambil olehnya). Bang Umr berani mengungkapkan usulan seperti itu karena nampaknya dia merasa sudah dekat dengan warga, (juga sebagai orang lokal yang lebih dulu tinggal di Kampung Benda) dan dia pula yang mengangkut sampah warga perumahan setiap harinya. Bang Umr diberi gaji setiap bulannya oleh warga melalui pengurus RT, total gaji Umar dari 3 RT sekitar Rp. 800.000,- tiap bulannya, dan diberikan setiap menjelang akhir bulan, biasanya antara tanggal 25 s.d. tanggal 30 tiap bulannya.
Pengambilan sampah di bak sampah tidak hanya dilakukan oleh Bang Umr, tapi juga dilakukan oleh pemulung lain yang sudah biasa berkeliaran di perumahan, diantaranya Nek Rnh (usia ±80th), Mpok Gth (usia ±60th), Mak Rml (usia ±65th) dan satpam perumahan yang biasa dipanggil Bang All, (mereka, para pemulung ini bertempat tinggal di kampung Benda dan Rawa Denok, berdekatan dengan perumahan). Jam kerja pengambilan sampah oleh para pemulung berbeda- beda. Mpok Gth, Nek Rnh dan Mak Rml mengambil sampah dari bak sampah biasanya mulai jam 5 subuh sampai jam 8 pagi, sedangkan satpam Bang All mengambil sampah di bak sampah biasanya pada jam 2 sampai jam 4 pagi, dengan alasan sambil berkeliling, mukul kentongan sekalian mengais sampah di bak sampah. Terkadang para pemulung ini mendatangi bak sampah yang sama dengan waktu yang berbeda.
Meskipun sampah yang ada di bak sampah sudah merupakan hasil sortiran dari RW Hijau, yang sudah dilakukan dari mulai tingkat rumah tangga, tetapi ternyata masih saja ada sampah yang punya nilai ekonomis yang dibuang rumah tangga ke bak sampah tersebut. Hal ini bisa jadi karena sebagian besar warga tidak ikut aturan yang dihimbau oleh RW Hijau untuk melakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, dan waktu pengambilan sampah oleh kader
lingkungan di masing-masing RT, yang dirasakan warga terlalu lama yaitu tiap Sabtu pagi baru diambil.
Ada juga warga yang mempunyai tingkat kepedulian dan rasa kasihan terhadap pemulung, terutama terhadap Nek Rnh dan Mpok Gth, warga sengaja mengumpulkan botol plastik /gelas aqua disimpan di pekarangan dalam pagar rumahnya, untuk kemudian nantinya diserahkan kepada para pemulung itu. Nek Rnh bertetangga dengan Mpok Gth, menurut pengakuan Nek Rnh, Mpok Gth belajar jadi pemulung juga dari dia, seperti dituturkan berikut ini :
“…..kite kan tanya ame si Gth, ngapain lu pade bengong abis ditinggal laki lu, punya bocah lanang4 juge belum bisa ngasilin ape-ape, mending ikut kite mulung di komplek no, lumayan buat amal kite, tambahan jajan bocah ame ongkos pengajian kite……”
Setelah ditanya lebih dalam lagi, maksud amal dan ongkos pengajian, ternyata amal yang dimaksud yaitu kalau Nek Rnh mulung barang pulungan, itu berarti ikut serta memungut sampah, berarti ikut membersihkan lingkungan sekitar dia, terutama di perumahan Griya Pancoranmas Indah. Keyakinan Nek Rnh karena telah beramal dan membersihkan lingkungan, Nek Rnh menganggap ada balasan amal yang dia perbuat, dan ia mensyukuri terkadang amal yang dia perbuat berbuah manis berupa kepedulian warga terhadap dirinya. Kepedulian warga perumahan dalam memberikan sampah plastik yang sudah khusus disiapkan untuk Nek Rnh, atau terkadang diberikannya kepada Nek Rnh uang tunai untuk keperluan dia beli beras atau jajan sekolah cucunya, hal itu semua dianggap sebagai buah dari amal yang dia terapkan. Sedangkan yang dimaksud ongkos pengajian adalah biasanya setelah selesai mulung, Nek Rnh bersih-bersih diri/mandi kemudian berkerudung, setelah itu sekitar jam 10.00 WIB Nek Rnh pergi ke pengajian, dan dia bisa menyisihkan uang untuk perjalanan ke pengajian dan memasukan sejumlah uang ke kotak amal yang ada di pengajian tersebut.
Penghasilan Nek Rnh dari mulung lumayan besar, menurut pengakuan Nek Rnh, dia pergi mulung dari habis sholat subuh, sebelum mulung dia sudah memasak air, menanak nasi buat anak cucunya, sedikit bersih-bersih atau cuci piring di dapur, bekas makan anak cucunya, setelah selesai barulah ia memulung.
4
Nek Rnh, melakukan kerjaan mulung biasanya mulai jam setengah enam (05.30 WIB) sampai jam 11.00 WIB (kecuali kalau ada pengajian, Nek Rnh pulang ke rumah lebih awal). Barang-barang yang dipulung diantaranya kaleng bekas minuman (pocari, cap kaki tiga dsb), barang plastik (botol plastik, aqua/gelas minuman plastik, mainan palstik dsb), kertas koran/kardus bekas dsb.
Dalam sehari Nek Rnh bisa mengumpulkan barang pulungan sebanyak satu karung plastik, kemudian disimpan di pekarangan rumahnya, setelah terkumpul 2 atau 3 hari kemudian dijual ke lampak dari wilayah Citayam.
Biasanya bos lampak dari Citayam langsung mendatangi kediaman Nek Rnh untuk membeli hasil pulungannya. Penghasilan Nek Rnh per 3 hari dari pulungan bisa diperoleh uang sebesar Rp. 120.000,- s.d. 150.000,- terkadang barang hasil pulungan bisa mengendap selama 1 minggu di rumahnya, meskipun agak lama menunggu Nek Rnh tidak mau menjual barang pulungan ke lampak/lapak/bos pemulung yang lain. Hal ini dilakukan karena Nek Rnh merasa lampak dari Citayam ini orangnya perhatian, kalaupun tidak datang biasanya istrinya bos lampak yang menemuinya, Nek Rnh merasa sudah punya keterikatan dengan bos lampak yang dari Citayam, sehingga dia merasa tidak enak hati kalau menjual ke lampak lain, meskipun terkadang agak telat datanganya.
Pada kasus Mpok Gth, awalnya memang Mpok Gth kurang tertarik, tapi setelah tahu penghasilan dari mulung lumayan besar, lama-lama Mpok Gth tertarik dan akhirnya ikut terjun jadi pemulung, setalah tahu perolehan hasil mulung dari Nek Rnh. Mpok Gth ini kalau jalan agak diseret, jalannya lambat, karena berdasarkan informasi dari informan (yang bekerja di rumah penulis), Mpok Gth ini pernah menderita penyakit darah tinggi atau “stroke” sehingga pernah dalam waktu yang cukup lama dia hanya berbaring saja di tempat tidur. Kondisi sekarang sudah baikan, tapi jalannya masih agak susah. Ada juga pemuluhng lain yaitu Mak Rml, kalau dilihat dari perawakannya Mak Rml ini lebih kekar dan kuat dibanding 2 perempuan pemulung lainnya. Jadwal mulung Mak Rml sama dengan mereka berdua, terkadang mereka berselisihan dijalan, tapi jarang mengoborol. Pernah juga penulis menanyai mereka tentang jadwal dan kegiatan pulung memulung, barang apa saja yang dipulung sampai apakah kehadiran mereka “mengganggu” terhadap pemulung lainnya.
Berdasarkan pengakuan Mpok Gth, rata-rata barang yang dipulung sama, penghasilan bisa berbeda, tergantung perolehan dari pulungan, biasanya kegiatan pulung memulung akan mendatangkan hasil yang banyak kalau hari Minggu, sehingga bisa 2 atau 3 kali balikan dari rumah Mpok Gth ke kompleks perumahan hanya untuk menyimpan barang pulungan. Pada umumnya rapat warga di masing- masing RT diselenggarakan pada hari Sabtu malam Minggu, sehingga sampah plastik berupa gelas aqua bisa diambil pemulung pada pagi harinya (terutama utnuk pemulung perempuan yang sudah sepuh).
Bagaimana dengan persaingan sesama pemulung ? masalah persaingan jelas ada, seperti yang diutarakan oleh Mpok Gth berikut ini :
“……saya mulung habis subuh, tapi kadang suka keduluan sama Mak Rml, padahal dia itu punya laki, punya sawah5 ditanemin jambu, belimbing juga, apalagi coba yang die cari…..lha kita kan laki aja kagak ada….kalau nggak gini, darimana dapet duit, makanya abis mulung pagi subuh gini, saya mulung lagi mas nanti siang ....”
Berdasarkan pengakuan diatas, nampaknya Mpok Gth kecewa dengan adanya Mak Rml ini, tapi dia sendiri tidak ada kuasa untuk melarang agar Mak Rml tidak memulung di wilayah perumahan. Akhirnya Mpok Gth merubah strategi pemulungannya dengan menambah jadwal pulungan menjadi 2 kali dalam sehari yaitu pada habis subuh dan siang hari. Habis Subuh dilakukan jam 05.30 s.d. jam 08.00 sedangkan siang hari dilakukan mulai jam 10.00 s.d. jam 12.00, sedangkan Mak Rml yang dianggap saingan oleh Mpok Gth tetap melakukan kegiatan memulung pada pagi hari selepas subuh sampai kira-kira jam 09.00 dan itu hanya dilakukan satu kali saja setiap harinya.
Aktivitas di bak sampah yang ada di luar Komplek Griya Pancoranmas Indah, misalnya di RT 04, 06 dan 09 RW 01 Kampung Benda, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, tidak semua rumah tangga di RT 09 RW 01 tersebut, membuang sampah ke bak sampah. Ada juga rumah tangga yang membuang sampahnya ke pekarangan, ada yang ke kali/irigasi tersier, ada yang ke tanah kosong yang belum dimanfaatkan pemiliknya.
5
Berbeda lagi dengan rumah tangga di RT 01 RW 01 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, rumah tangga di pemukiman padat yang berbatasan langsung dengan perumahan/kompleks Griya Pancoran Mas Indah ini tidak memiliki TPS, dan rumah warga juga nyaris tidak menyediakan bak sampah. Sampah rumahtangga yang dikumpulkan dari dalam rumah (umumnya tercampur antara organik dan non organik) ada sebagian dibuang ke lubang yang disediakan untuk membuang sampah (biasanya warga yang masih punya tanah cukup luas, bisa halaman depan, samping atau halaman belakang rumah), ada juga yang disimpan di pekarangan rumah pada sore atau paginya (sebelumnya dimasukan ke kantong keresek).
Setelah sampah terkumpul, pagi harinya langsung dibawa oleh Pak Slm (Petugas Kebersihan RT 01 RW 01), Pak Slm memungut biaya sebesar Rp. 20.000,- per bulan per KK dengan anggota yang bayar sekitar 25 KK, iuran tersebut langsung ditarik oleh Pak Slm kepada warga yang menjadi anggotanya, beda dengan Bang Emg yang tidak memungut langsung dari warganya.
Kembali ke sampah yang sudah dipindah dari dalam rumah ke dalam bak sampah. Seperti kasus di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah, sampah yang sudah berada di bak sampah yang terdapat di setiap rumah warga dipindah/ dikumpulkan setiap hari ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang letaknya di depan perumahan (sebelah kiri pintu gerbang perumahan arah keluar perumahan). Kemudian, seminggu 2 kali sampah yang ditampung di TPS itu diangkut dan dibuang ke TPA Cipayung oleh petugas berstatus tenaga kontrak dari DKP, yaitu para sopir/kernet (mereka berada dalam koordinasi seorang pegawai DKP yang berstatus KORCAM/Koordinator Kecamatan), dengan menggunakan truk kuning atau truk putih dinas milik DKP.
Lalu bagaimana dengan sampah yang sudah di bak sampah di beberapa rumah tangga di luar Perumahan Griya Pancoran Mas Indah ?, misalnya di RT 01, 04, 06 dan 09 RW 01 ? Kemana ia dipindahkan? Sampah dari bak sampah di kawasan ini sebagian dipindah oleh petugas yang menanganinya (Pak Slm dan Bang Emg) ke suatu tempat yang sama-sama sudah ditetapkan. Sebagian lagi dipindah ke dapur pembakaran sampah Bpk Mld lewat Bang Emg (RT 09 RW 01) yang juga terletak di kawasan itu, sebagian yang tersisa dibuang ke sumur yang cukup dalam dan sudah tidak terpakai, sebagian dibuang ke lahan kosong yang
belum dimanfaatkan pemiliknya dengan cara dibuat lubang untuk sampah, sedangkan untuk Pak Slm dari RT. 01 RW 01, sampah hasil sortir/pilihan dari rumah tangga, sisanya dibuang ke TPS yang berada di depan komplek perumahan Griya Pancoran Mas Indah. Biasanya Pak. Slm membuang sampah ke TPS Perumahan pada malam hari, disaat warga perumahan sudah tertidur.
Kalau kita lihat paparan di atas, pada tingkat bak sampah yang terletak di perumahan, ternyata banyak aktor yang terkait tali temali atau berelasi di wahana sosial bak sampah, mulai dari warga (rumah tangga pembuang sampah, bisa ayah, ibu, anak), pembantu rumah tangga, pemulung (Nek Rnh, Mpok Gth, Mak Rml), petugas kebersihan merangkap pemulung (Bang Umr, Bang Ars dan Bang Mli), petugas keamanan perumahan/satpam merangkap pemulung (Bang All), Warga perumahan (Bpk H Rhm), Pengurus RT (Ketua, Sekretaris, Bendahara). Bak sampah, tempat rumah tangga membuang sampahnya secara sementara, ternyata juga menjadi arena perebutan para aktor dalam mengais rejeki, berinteraksi dan penerapan sanksi/hukuman.
Diantara aktor yang ber-relasi terdapat juga konflik (iuran warga terkait pengangkutan sampah), persaingan (sesama pemulung, petugas kebersihan, satpam) sampai melahirkan strategi untuk menjalankan kuasa pemulungan di tingkat bak sampah (kasus Mpok Gth yang menambah jadwal/waktu pulungan). Pemulung pada tingkat bak sampah masih berharap ada sampah yang punya nilai ekonomis yang bisa diambil/di pulung untuk dapat diuangkan.
Berbeda dengan bak sampah yang dikelola di luar perumahan Griya Pancoran Mas Indah, terutama di RT 01 dan 09 RW 01, masing-masing hanya 1 orang petugas kebersihan yang merangkap sebagai pemulung yang menguasai bak sampah di wilayah tersebut yaitu Bang Emg di RT 09 dan Pak Slm di RT 01, semuanya berada di wilayah RW 01 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok.