• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2. Sumber-sumber sampah

Menurut Suriawiria (2003) sampah berdasarkan sumbernya digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu : (1). Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang bersumber dari aktivitas manusia secara langsung, baik dari rumah tangga, pasar, sekolah, pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit; (2). Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang bersumber dari aktivitas manusia secara tidak langsung, baik dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan transportasi.

Berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu : (1). Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran ataupun benda-benda lainnya yang bentuknya padat; (2). Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan atau pun manusia yang berbentuk cair, misalnya air buangan dan air seni; (3). Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, dan cerobong pabrik yang semuanya berbentuk gas atau asap.

Menurut Nila (2012) berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu : (1). Sampah organik, yaitu jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan atau kotoran); (2). Sampah anorganik, yaitu jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam). Jenis sampah organic dan an organic ini, secara lebih jelas bisa dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis Sampah

2.1.3. Manfaat Sampah

Suriawiria (2003) mengemukakan bahwa sampah, apapun jenis dan sifatnya, mengandung senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh manusia secara langsung atau tidak langsung, yang terpenting sampai berapa jauh manusia, dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk kesejahteraan manusia, sudah sejak lama dilakukan, antara lain :

1. Pengisi tanah

Di Jakarta sekarang pertumbuhan tempat-tempat pemukiman baru yang asalnya rawa ataupun tanah berair lainnya. Akibat adanya timbunan sampah yang kemudian digunakan untuk menimbun rawa yang berlubang akhirnya menjadi tempat permukiman.

2. Sumber pupuk organik

Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran. Kompos banyak dibuat dari sampah, walaupun akhir- akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang belum sepenuhnya teratasi.

3. Sumber humus

Bahan dari galian dapat meningkatkan kerekahan, kimia, hidrologi dalam fisik tanah. Hal tersebut menjadi tujuan utama para petani. Kehadiran bahan organik dalam bentuk humus di dalam tanah, dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertahankan air, serta lebih effisiensi dalam menggunakan pupuk, menggunakan sampah sebagai sumber humus telah sejak lama digunakan..

4. Media penanaman jamur

Sampah dapat digunakan sebagai media/tempat penanaman jamur. 5. Penyubur plankton

Jumlah sampah organik yang tinggi dalam perairan mengakibatkan plankton tumbuh dengan subur, dengan suburnya plankton maka subur pula pertumbuhan dan perkembangan ikan yang ada di dalamnya, karena plankton sumber makanan utama ikan. Dengan menambahkan kompos kedalam kolam ikan akan meningkatkan hasil ikan di India dan Pakistan (Suriawiria, 2003). 6. Bahan pembuat biogas

Sampah merupakan sumber energi baru yang saat ini telah dicoba digunakan. Peranan sampah di dalam program penyediaan energi telah lama diketahui yaitu : a). Bahan bakar untuk penggerak mesin pembangkit listrik; b). Bahan baku untuk proses fermentasi dalam pembuatan biogas.

7. Bahan baku pembuat bata

Jepang dan Jerman Barat merupakan negara pelopor penggunaan sampah sebagai bahan baku di dalam pembuatan bata (briket). Ternyata tanah bahan yang dicampur dengan hancuran sampah mempunyai nilai bata yang lebih baik kalau dibandingkan dengan hanya tanah atau sampah saja (Suriawiria, 2003).

8. Media produksi vitamin

Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (Vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Untuk hal ini telah banyak lembaga peneliti yang mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media pertumbuhan jasad

penghasil vitamin tersebut, antara lain yang sudah berhasil adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat dan Swedia (Suriawiria, 2003).

9. Bahan makanan ternak

Sampah dapat disamakan sebagai bahan makanan ternak baik secara langsung maupun melalui proses fermentasi.

10. Media produksi PST (protein sel tunggal)

PST adalah jenis protein baru yang dibuat melalui aktivitas mikroorganisme (mikroalgae, jamur dan bakteri). PST akan menjadi sumber protein penyelamat masa mendatang kalau produksi protein secara konvensional (melalui pertanian, peternakan dan perikanan) tidak mencukupi. Mikroorganisme penghasil PST sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang terbuat dari sampah, seperti yang dibuktikan di Jepang dan Amerika Serikat (Suriawiria, 2003).

2.2. Pengelolaan Sampah

Dewi (2008) mengemukakan tahap distribusi mempunyai peranan penting dalam proses pengelolaan sampah. Hierarki lalu lintas sampah dimulai dari tingkat terendah, yaitu rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir (TPA). Sebelum diolah, sampah menyusuri tiga alur pendistribusian yang saling berkaitan, yaitu : 1. Penampungan sampah.

Penampungan sampah di tingkat rumah tangga memegang posisi terdepan. Sejak awal pengelolaan sampah telah dipilah berdasarkan jenisnya, yaitu sampah organik atau anorganik. Selain itu, sampah yang hendak dibuang harus dikemas rapih dalam kantong khusus (bioplastik) atau kantong plastic biasa. Di beberapa taman lingkungan dan lokasi publik strategis, pemisahan sampah dapat dilakukan dengan menyediakan dua tempat sampah kering dan basah sekaligus. Sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, sampah ditampung sementara dalam wadah. Agar lebih efisien dan efektif, tempat sampah dapat pula dibuat dengan pemanfaatan barang bekas seperti karung plastik, drum, kotak kayu, dan ember. Wadah yang digunakan untuk penampungan sampah haruslah memiliki empat kriteria utama, yaitu : (a) mudah dibersihkan; (b) tidak mudah rusak; (c) dapat ditutup rapat; (d) ditempatkan di luar rumah.

2. Pengumpulan dan pembuangan sampah.

Sampah yang telah dibuang pada tingkat rumah tangga sudah mulai diserbu oleh pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para pemulung atau pengepul, sampah biasanya dipilah secara sederhana menjadi tiga jenis, yaitu : (a) sampah layak kompos dengan jumlah terbesar 50%; (b) sampah layak jual sebanyak 16% dan; (c) sampah layak buang sebesar 34%. Sampah yang sudah ada setiap beberapa waktu tertentu akan dikumpulkan oleh petugas kebersihan tingkat RT/RW atau Kotamadya. Umumnya tahap pengumpulan sampah di daerah padat penduduk dilakukan instansi terkait sekitar 2-3 hari sekali. Sementara itu, jadwal pengambilan sampah di lokasi rumah yang terpencar-pencar dilaksanakan sekitar satu kali perminggu sampai sampah terkumpul agak banyak. Sampah diangkut dengan menggunakan truk sampah atau gerobak tarik menuju lokasi yang telah disepakati.

3. Pengolahan sampah.

Proses pengolahan sampah terpadu dilakukan dengan menerapkan upaya cegah (reduce) dan upaya pakai ulang (reuse) dengan tujuan agar sampah tidak sampai terbentuk. Upaya tersebut dilakukan pada tingkat terendah, yaitu pada pemakaian barang, dan proses daur ulang sampah dilakukan dengan sangat sederhana. Setelah dicacah dan dilelehkan, materi tersebut dicetak menjadi bahan siap pakai. Metode untuk memusnahkan dan pemanfaatan sampah dilakukan dengan beberapa cara di antaranya :

(1) Membuang dalam lubang dan ditutup dengan selapis tanah, yang dilakukan lapis demi lapis, sehingga sampah tidak di ruang terbuka; (2) Sampah dibuang ke dalam lubang tanpa ditimbun oleh lapisan tanah; (3) Membuka dan membuang sampah di atas permukaan tanah;

(4) Membuang sampah di perairan, misalnya di sungai atau di laut;

(5) Pembakaran sampah secara besar-besaran dan tertutup dengan menggunakan insinerator;

(6) Pembakaran sampah dengan insinerator yang dilakukan oleh perorangan dalam rumah tangga;

(8) Pengelolaan sampah organik menjadi pupuk yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah;

(9) Sampah dihaluskan kemudian dibuang ke dalam saluran air; (10) Pendaur ulang barang-barang yang masih bisa dipakai

(11) Reduksi, menghancurkan sampah menjadi bagian kecil-kecil dan hasilnya dimanfaatkan.

Menurut Suriawiria (2003) pengumpulan sampah merupakan berbagai cara dan usaha untuk mengelola sampah agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman. Pengelolaan sampah di TPA terdiri atas membuka membuang sampah di permukaan, membuang sampah ke dalam lubang tanpa ditimbun oleh lapisan tanah, insinerator, pembuatan kompos dan teknologi baru (menggunakan kembali, mengurangi, dan mendaur ulang). Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan sampah harus diperhatikan ketersediaan tempat sampah di rumah, ketersediaan TPS, ketaatan pembayaran iuran, dan ketaatan membuang sampah di tempat yang telah ditentukan.

Sudradjat (2006) mengemukakan model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu : urugan dan tumpukan. Model pertama yaitu Model urugan merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada pemukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor, atau penurunan estetika lingkungan. Urugan merupakan model pengelolaan sampah yang umum dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar. Pengelolaan sampah yang kedua yaitu Model tumpukan, model tersebut dilaksanakan secara lengkap, sama dengan tekhnologi aerobik. Pada model tumpukan dilengkapi dengan unit saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran akses gas metan (flare). Model tumpukan banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun pada kenyataannya di lapangan, model tumpukan umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan keperdulian pejabat daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakatnya.