• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4 Temuan

4.2 Relevansi

Di dalam kerangka acuan (ToR) disebutkan mengenai tujuan untuk mengetahui seberapa relevan pelatihan PPCKS menurut responden. ‘Relevansi’ diinterpretasikan sebagai sejauh mana PPCKS selaras dengan kebijakan, prioritas dan persyaratan untuk pelamar dan peserta PPCKS.

4.2.1 Perekrutan peserta PPCKS

Sebagian besar responden menganggap bahwa proses sosialisasi relevan dengan persyaratan untuk memilih peserta untuk diterima mengikuti pelatihan. Sejalan dengan kekhawatiran tentang efektivitas proses sosialisasi, muncul pula di dalam wawancara dan FGD kekhawatiran tentang relevansi digunakannya hanya satu moda komunikasi utama. Moda tunggal untuk meningkatkan kesadaran guru dan kepala sekolah tentang persyaratan dan jadwal untuk melamar masuk PPCKS. Akibatnya adalah beberapa kepala sekolah mengindikasikan bahwa mereka tidak yakin tentang peran mereka di dalam menentukan peserta PPCKS yang potensial dan juga tentang relevansi peran mereka di dalam proses seleksi ini. Beberapa responden menyarankan bahwa proses yang lebih transparan dan berbasis keunggulan akan lebih relevan dalam memilih peserta PPCKS dibandingkan dengan proses yang hanya bergantung pada observasi oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. 4.2.1.1 Rangkuman pesan utama: relevansi perekrutan peserta PPCKS

Pesan-pesan utama berikut mengemuka dalam kaitannya dengan relevansi proses sosialisasi pencalonan peserta PPCKS:

Kebijakan dan peraturan-peraturan yang terkait proses sosialisasi tentang pencalonan peserta PPCKS dianggap relevan; dan

Peraturan untuk melaksanakan proses sosialisasi tidak diterapkan secara seragam di semua kabupaten dan oleh semua pengawas sekolah.

4.2.2 Seleksi administrasi dan akademik peserta PPCKS

Sebagian besar responden survei menganggap bahwa peraturan-peraturan untuk seleksi administrasi dan seleksi akademik relevan untuk memilih peserta yang tepat di kabupaten. Namun para asesor merupakan responden yang paling kurang yakin tentang relevansi proses seleksi administrasi.

Hampir semua responden survei di daerah Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi menganggap bahwa peraturan-peraturan untuk seleksi administrasi dan seleksi akademik relevan. Sekitar 10% calon kepala sekolah di Papua/Maluku menganggap proses seleksi administrasi dan proses seleksi akademik tidak serelevan di daerah lain. Di Papua, proses seleksi dilaksanakan di tingkat provinsi. Alasan-alasan yang diberikan oleh calon kepala sekolah di Papua mengenai pendapat mereka ini antara lain:

Pendaftar kurang jelas tentang indikator yang digunakan untuk seleksi (misal: kriteria apa yang akan digunakan dalam seleksi mengikuti pelatihan PPCKS); dan

Pencalonan peserta yang tidak memenuhi syarat mengikuti pelatihan PPCKS oleh dinas pendidikan dan peserta tersebut diterima mengikuti pelatihan (misal: dinas pendidikan lebih memilih seseorang untuk mengikuti pelatihan daripada peserta yang memenuhi kriteria seleksi administrasi).

Meskipun peraturan tentang seleksi administrasi dan seleksi akademik untuk mengikuti pelatihan PPCKS dianggap relevan dengan tujuannya, namun kurang ada kesepakatan mengenai apakah proses seleksi memastikan bahwa guru yang paling tepat dan sesuai dipilih mengikuti PPCKS. Beberapa perhatian khusus (sorotan) telah diungkapkan bahwa di beberapa kabupaten, guru diseleksi untuk mengikuti PPCKS tanpa harus menyerahkan dokumen lamaran. Guru-guru SD di beberapa kabupaten juga mengindikasikan bahwa meskipun mereka telah diseleksi untuk mengikuti PPCKS tanpa lamaran, mereka tidak ingin menjadi kepala sekolah.

4.2.2.1 Relevansi penilaian potensi kepemimpinan

Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, peserta PPCKS diharuskan untuk menulis makalah dengan topik tentang kepemimpinan sebagai bagian dari seleksi akademik. Meskipun banyak peserta PPCKS kurang berpengalaman menulis makalah, relevansi kemampuan untuk menulis makalah ilmiah tentang kepemimpinan sekolah untuk memilih kepala sekolah yang potensial dipertanyakan oleh peserta di semua kohor yang berpartisipasi dalam penelitian evaluasi ini. Temuan ini menunjukkan bahwa lebih banyak tugas yang harus dikerjakan kabupaten dan LPPKS untuk meyakinkan kepala sekolah, pengawas sekolah dan pendaftar yang potensial tentang pentingnya kemampuan untuk menulis makalah pendek tentang kepemimpinan sekolah.

4.2.2.2 Pendaftar yang tidak diterima

Pendaftar PPCKS diharuskan memenuhi persyaratan seleksi administrasi dan seleksi akademik sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2010. Meskipun peraturan-peraturan mengenai seleksi administrasi dan seleksi akademik dianggap relevan untuk memilih peserta PPCKS yang tepat, relevansi proses yang digunakan untuk menerapkan peraturan-peraturan seleksi administrasi dan seleksi akademik dipertanyakan oleh beberapa peserta. Peserta ini menyoroti bahwa tahap akhir seleksi, yaitu mengenai

pemberian umpan balik resmi kepada pendaftar yang tidak diterima, tidak dilaksanakan dalam proses seleksi.

Sebagian besar guru yang tidak diterima dalam seleksi PPCKS direkomendasi baik oleh dinas pendidikan pun oleh pengawas sekolah atau kepala sekolah untuk mendaftar lagi pada pendaftaran PPCKS berikutnya. Pilihan lain yang disarankan adalah untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan lain. Pilihan ini berimplikasi pada saran bahwa perlu diselenggarakan pelatihan kepemimpinan selain yang ada pada PPCKS. Sejumlah kecil pendaftar yang tidak diterima mengikuti PPCKS kemudian dipromosikan untuk memegang jabatan di sekolahnya. Dengan demikian, pendaftaran PPCKS sepertinya telah memberi sinyal kepada kepala sekolah bahwa ada guru-guru di sekolah mereka yang tertarik untuk meningkatkan tanggung jawab mereka. Namun lebih dari sepertiga respon dari kepala sekolah mengindikasikan bahwa tidak ada tindak lanjut atau umpan balik terhadap pendaftar yang tidak diterima masuk PPCKS.

4.2.2.3 Rangkuman pesan utama: Relevansi Seleksi Administrasi dan Seleksi Akademik

Peraturan-peraturan seleksi administrasi dan seleksi akademik dianggap relevan untuk memilih peraturan PPCKS yang tepat. Namun implementasi praktis dari proses ini diidentifikasikan tidak konsisten dengan Permendiknas No. 28 Tahun 2010, termasuk adanya intervensi politik dan birokrasi di luar dari yang dipersyaratkan dalam peraturan. Sebagai rangkuman, pesan-pesan utama berikut ini mengemuka dalam kaitannya dengan relevansi seleksi administrasi dan seleksi akademik:

Peraturan-peraturan relevan dengan tujuannya;

Di beberapa kabupaten, peserta masih saja diterima masuk PPCKS tanpa memenuhi persyaratan proses seleksi administrasi dan/atau seleksi akademik;

Umpan balik kurang diberikan kepada pendaftar yang tidak diterima mengikuti PPCKS;

Dari semua responden, asesor adalah responden yang paling tidak yakin tentang relevansi proses seleksi administrasi;

Tidak semua pengawas sekolah tahu dan menerapkan persyaratan dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2010; dan

Tidak semua peserta yang dinominasikan mengikuti PPCKS ingin menjadi kepala sekolah.

4.2.3 Pelatihan PPCKS

Beberapa pendekatan evaluasi yang dilaksanakan pada waktu yang sama telah digunakan untuk menentukan relevansi pelatihan yang diberikan. Materi pelatihan ditelaah oleh Tim Evaluasi; sekelompok kohor peserta pelatihan saat penelitian ini dilaksanakan dipantau selama mereka mengikuti PPCKS; dan melalui survei, wawancara, dan FGD ditanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang relevansi pelatihan yang diberikan. Secara umum dan konsisten di semua pengukuran, relevansi pelatihan dipandang berkualitas tinggi dibandingkan dengan pelatihan lain yang pernah peserta terima. Pelatihan PPCKS juga dianggap relevan dengan peran mereka sebagai kepala sekolah. Dari ketiga tahap pembelajaran, responden mengindikasikan bahwa IN-1 sebagai yang paling relevan. Setengah lebih dari lulusan PPCKS yang telah diangkat menjadi kepala sekolah (56%),

calon kepala sekolah (65%), dan guru-guru yang pada saat penelitian ini dilaksanakan sedang mengikuti pelatihan (75%) semuanya menyatakan bahwa mereka menganggap IN-1 ‘sangat relevan’. Kedua tahap lain dari pelatihan ini juga dinilai tinggi, namun IN-1 dianggap memiliki relevansi yang paling tinggi.

4.2.3.1 Materi pelatihan

Responden menanggap bahwa materi yang melengkapi modul pelatihan yang diberikan kepada peserta selama pelatihan PPCKS tergolong ‘relevan’ atau ‘sangat relevan’ di keempat jenjang sekolah. Antara setengah dan dua per tiga responden SMK menganggap bahwa materi pelatihan ‘sangat relevan’. Konsisten dengan temuan-temuan tentang efektivitas materi pelatihan, selama pelatihan diselenggarakan dan di semua jenjang sekolah, anggapan responden mengenai tingkat relevansi materi ‘sangat relevan’ menurun sedikit demi sedikit dari IN-1, OJL, sampai IN-2. Telaah ganda terhadap materi pelatihan yang dilaksanakan oleh Tim Evaluasi menunjukkan bahwa materi yang digunakan bersama dengan modul pelatihan adalah relevan dan disusun secara profesional.

Namun pelatih utama adalah responden yang paling kurang antusias mengenai relevansi pelatihan: 13,8% pelatih utama menganggap materi pelatihan IN-1 ‘kurang relevan’ dan sekitar 20% tidak menjawab, hampir 15% pelatih utama menganggap materi pelatihan OJL ‘kurang relevan’ dan 20,7% tidak menjawab, dan 10,3% menganggap IN-2 ‘kurang relevan’ dan 18,4% tidak menjawab. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa meskipun peserta menganggap materi termasuk relevan, mereka yang menyelenggarakan pelatihan tidak mempunyai anggapan yang sama tentang materi pelatihan.

Sejalan dengan temuan tentang efektivitas materi pelatihan, meskipun materi pelatihan dianggap ‘sangat relevan’ oleh responden survei, peserta PPCKS menyarankan agar materi untuk modul-modul berikut ini dapat diperbarui yakni: Latihan Kepemimpinan, Penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) Tahunan, Pengelolaan Keuangan Sekolah, dan Pengelolaan Kurikulum. Hasil telaah terhadap materi-materi pelatihan oleh Tim Evaluasi adalah bahwa materi yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) perlu diperbarui. Lebih lanjut, telah diketahui bahwa masih sedikit penggunaan media elektronik (yaitu website; aplikasi smartphone) dalam pelaksanaan pelatihan PPCKS. Perlu dipertimbangkan untuk mengubah materi pelatihan ke dalam format digital (misal: menyediakan materi untuk diakses dengan aplikasi smartphone).

4.2.3.2 Rangkuman pesan utama: relevansi pelatihan PPCKS

Pesan-pesan utama berikut mengemuka dalam kaitannya dengan relevansi pelatihan PPCKS:

Secara umum pelatihan PPCKS dianggap berkualitas tinggi, terutama ketika dibandingkan dengan pelatihan lain yang pernah diterima;

Pelatihan PPCKS dianggap sangat relevan dengan peran seorang kepala sekolah;

Sesi IN-1 dianggap yang paling relevan oleh peserta PPCKS karena topik-topik yang disajikan dalam IN-1 semuanya berkaitan dengan berbagai tanggung jawab yang dipikul oleh kepala sekolah;

Materi pelatihan juga dianggap relevan untuk mendukung masing-masing modul pelatihan;

Responden yang paling antusias mengenai relevansi pelatihan dan materi pelatihan adalah peserta yang sedang mengikuti pelatihan dan peserta yang baru saja menyelesaikan pelatihan;

Responden yang paling kritis tentang relevansi pelatihan dan materi pelatihan adalah pelatih utama; dan

Beberapa materi pelatihan perlu diperbarui untuk meningkatkan relevansinya dengan kebijakan terbaru dan persyaratan sekolah, termasuk penggunaan TIK dalam mengajar dan belajar.

4.2.4 Penilaian akseptabilitas dan pengangkatan kepala sekolah

Sebagaimana dipaparkan di atas, Permendiknas No. 28 Tahun 2010 menyebutkan bahwa kepala sekolah baru harus memiliki NUKS; dan melewati penilaian akseptabilitas. Tujuan penilaian akseptabilitas adalah menyesuaikan keterampilan, pengetahuan dan pengalaman kepala sekolah baru dengan kebutuhan sekolah. Responden survei mengindikasikan bahwa persyaratan penilaian akseptabilitas sebagaimana disebutkan dalam peraturan-peraturan yang relevan dengan pengangkatan kepala sekolah, tetapi mereka tidak menganggap implementasi praktis penilaian akseptabilitas mempunyai relevansi yang tinggi terhadap pengangkatan kepala sekolah.

Alasan yang diberikan di depan mengenai mengapa guru tanpa NUKS diangkat menjadi kepala sekolah masih merupakan alasan yang diberikan dalam hal relevansi penilaian akseptabilitas dan pengangkatan kepala sekolah:

Sudah ada kepala sekolah yang berpengalaman di kabupaten yang mempunyai kualifikasi yang relevan, kecuali NUKS;

Kurangnya guru yang berkualifikasi baik dan memiliki NUKS di kabupaten karena kurangnya dana untuk mendukung guru untuk mengikuti pelatihan PPCKS; dan

Tokoh politik dan birokrat senior memilih kepala sekolah meskipun calon kepala sekolah ini diangkat sebagai kepala sekolah tanpa NUKS.

4.2.4.1 Rangkuman pesan utama: relevansi penilaian akseptabilitas dan pengangkatan kepala sekolah

Persyaratan untuk menerapkan penilaian akseptabilitas dan pengangkatan kepala sekolah sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2010 dianggap relevan dengan tujuan untuk memilih orang yang paling baik untuk memegang jabatan kepala sekolah di kabupaten. Namun pelaksanaan peraturan tersebut tidak selalu sesuai dengan maksud yang disampaikan dalam peraturan-peraturan.

Secara umum, hasil survei mengindikasikan bahwa peraturan-peraturan untuk pencalonan, pelatihan dan pengangkatan kepala sekolah dianggap sangat relevan dengan tujuan memilih pendaftar yang paling tepat untuk mengikuti pelatihan PPCKS, dan selanjutnya diangkat menjadi kepala sekolah. Pelatihan PPCKS dan materi-materi yang digunakan juga dianggap ‘sangat relevan’ dan sesuai dengan tujuan. Namun banyak respon mengenai relevansi penerapan PPCKS yang diperoleh dari masing-masing kohor yang diwawancarai, yang mengidentifikasi beberapa poin dalam pelaksanaan PPCKS yang membuatnya kurang relevan dari seharusnya. Pilihan-pilihan kebijakan untuk menjawab permasalahan ini disampaikan pada Bab 6. Temuan-temuan ini konsisten dengan masing-masing permasalahan yang muncul dalam wawancara dan FGD mengenai efektivitas PPCKS.