• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Perilaku

2.6 Remaja Dan Perkembangannya

Remaja adalah suatu masa transisi antara anak-anak dan dewasa (Eaton, 2006). Masa remaja adalah suatu masa dimana ditemukan perubahan biologi, intelektual dan psikososial. Remaja dibagi menjadi tiga fase menurut umurnya, yaitu :

Early adolesence, dimulai dari umur 11-14 tahun Middle adolesence, dimulai dari umur 15-17 tahun Late adolesence, dimulai dari umur 18-20 tahun

BKKBN (2009) mendefinisikan batasan usia remaja. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Batasan umur menurut Departemen Kesehatan remaja dilihat dari segi program pelayanan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah (BKKBN, 2009).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja (Eaton, 2006) adalah : a. Perubahan Biologis

Meliputi perubahan hormon reproduksi yang merangsang pematangan seksual. Pematangan ini ditandai dengan ciri primer maupun sekunder. Ciri primer adalah ciri dari organ seksual remaja. Pria ditandai dengan telah bisa

menghasilkan sperma dan wanita sudah bisa menghasilkan ovum dibuktikan dengan menstruasi atau menarche. Sedangkan ciri sekunder adalah perubahan yang menyertai perubahan primer yang terlihat dari luar. Perempuan seperti tumbuhnya payudara, tumbuhnya rambut halus disekitar ketiak dan vagina, panggul melebar. Sedangkan pada pria seperti pundak dan dada membesar, tumbuh jakun, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan, pensi dan buah zakar membesar serta suara menjadi besar.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam (Eaton, 2006) kemampuan kognitif remaja bersifat formal operasional yang meliputi kemampuan berfikir secara abstrak.

c. Perkembangan Psikososial

Pada tahap remaja, individu akan mulai menjauh dari lingkungan dan keluarganya dan mulai mencari teman sebayanya dimana ia bisa diterima di kelompoknya. Perkembangan sosial ini dipengaruhi oleh :

1) Perkembangan Seksual

Meliputi perubahan bentuk fisik dan motivasi seksual yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku seksual. Remaja mulai mengenal lawan jenis.

2) Perkembangan Otonomi

Tugas dasar otonomi pada remaja terdiri dari komponen emosi, kognitif dan sikap. Otonomi emosional adalah aspek kemandirian yang berhubungan

dengan perubahan hubungan individu. Otonomi sikap merupakan kemampuan untuk membuat keputusan yang mandiri.

2.7 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) Soekanto, 2006)

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sedangkan perilaku akan bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari gejala kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam yaitu (Notoatmodjo, 2005) :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan seseorang dapat mengingat kembali sesuatu dari yang telah dipelajari. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang di katakan tahu apa yang di pelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk rnenjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi harus bisa menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya di dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam strukur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keselur uhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru drai formulasi-formulasi yang ada

6. Evaluasi(evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, salah satunya melalui indra penglihatan. Pengetahuan kesehatan gigi juga sangat berhubungan dengan persepsi terhadap sikap kesehatan gigi. Persepsi siswa tentang kesehatan gigi sebagai sesuatu yang penting merupakan salah satu cara meningkatkan kesehatan. Seseorang yang mengetahui tentang kesehatan gigi yang baik memungkinkan untuk mampu berpresepsi yang lebih baik tentang kesehatan giginya. (Amalia, 2009). Pengetahuan siswa yang masih rendah terhadap kesehatan gigi sangat mempengaruhi angka karies di Indonesia (Iskandar, 2006)

2.8 Respon

Respon adalah reaksi terhadap stimuli (Simamora, 2007). Batasan respon disini kurang lebih sama dengan sikap. Iklan pasta gigi dalam hal ini adalah stimulus/ objek yang datang pada seseorang dan kemudian stimulus tersebut mendapatkan respon dari yang melihatnya. Suatu respon siswa yang berupa perasaan positif (favorable) dan perasaan negatif (unfavorable) terhadap iklan

pasta gigi yang meliputi aspek daya tarik pesan pesan, tingkat penerimaan siswa terhadap isi pesan, pemahaman terhadap pesan dan daya persuasi pesan.

Respon individu terhadap stimulus sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal sesuai dengan teori difusi-inovasi yang menyatakan bahwa karakteristik personal mempengaruhi tingkat kecepatannya dalam merespon dan menerima ide-ide yang disampaikan (Rogers dan Shoemaker, 2003)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, batasan sikap lain tentang sikap adalah:

”an enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or conaction tendencies will respect to social objects” (Krech, 2009)

“an individual’s social attitude is an syndrome of response consistency with regrats to social object” (Cambell, 2007)

Dari definisi sikap tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap atau respon tidak dapat dilihat langsung, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap atau respon secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Salah satu aspek yang paling penting untuk memahami sikap dan perilaku manusia adalah pengungkapan atau pengukuran sikap itu sendiri. Sikap merupakan respon evaluatif yang berupa respon positif maupun respon negatif.

Hal itu berarti adanya prefensi atau rasa suka tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap.

Dalam pengukuran sikap, pernyataan-pernyataan sikap secara tertulis yang merupakan jawaban subjek terhadap stimulus yang ada pada suatu skala sikap, yang merupakan pernyataan tidak setuju atau setuju terhadap pernyataan tersebut, merupakan indikator utama sikap subjek. Repon yang tampak yang dapat kita amati dari jawaban subjek itu merupakan bukti langsung satu-satunya yang dapat kita peroleh. Dari pernyataan sikap atau attitude expressions itulah kita akan menyimpulkan adanya sikap tertentu yang dimiliki oleh subjek.