• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons pekerjaan sosial terhadap HIV/AIDS

Kesehatan Jiwa

C. Pekerjaan Sosial dan AIDS

3. Respons pekerjaan sosial terhadap HIV/AIDS

Pernyataan kebijakan Ikatan Pekerja Sosial Amerika Serikat (National Association of Social Workers, NASW) (1999c) tentang HIV/AIDS mendukung penyelenggaraan pelayanan yang meliputi pelayanaan-pelayanan perawatan kesehatan yang komprehensif, akses kepada tambahan asuransi kesehatan yang penuh, pelayanan-pelayanan sosial dan psikologis, advokasi untuk menjamin hak-hak azasi manusia dan sipil, serta program-program pendidikan dan pencegahan. NASW juga mengemban tanggung jawab profesi untuk menyebarluaskan informasi tentang HIV/AIDS dan mempromsikan praktek yang berkompeten dan sensitif secara budaya melalui kurikulum pendidikan dan kesempatan-kesempatan pendidikan lanjut. Selanjutnya, pernyataan kebijakan mendorong partisipasi pekerja sosial di dalam aksi politik dan lobi-lobi politik.

a. Kontinuum program-program dan pelayanan- pelayanan

Dampak HIV/AIDS menuntut suatu kontinuum pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan yang luas, termasuk prakarsa-prakarsa kesehatan publik bagi pendidikan dan pencegahan, perawatan primer, perawatan rumah sakit, perawatan kesehatan rumah, manajemen kasus, perawatan tindak lanjut bagi anak-anak yang tertular HIV/AIDS, pelayanan- pelayanan yang berkaitan dengan pekerjaan melalui organisasi-organisasi bantuan tenaga kerja, rehabilitasi, program-program hospice, lembaga- lembaga pemasyarakatan, pelayanan-pelayanan lanjut usia, dan kegiatan-kegiatan pendidikan serta pencegahan. Pekerja sosial, sebagai bagian dari tim kesehatan lintas disiplin dan sebagai penyelenggara pelayanan-pelayanan inti, bekerja di dalam semua setting ini (Anderson, 1998; Babcock, 1998; Battjes & Delany, 1998; Brennan, 1998; Goicoechea-Balbona, 1998; Martin, 1998; Pomeroy, Kiam, & Abel, 1999; dalam DuBois & Miley, 2005: 330).

Di dalam setting-setting perawatan rawat-inap, pekerja sosial memainkan suatu peran yang sangat penting dalam bekerja dengan ODHA, pasangan, dan keluarganya. Melalui sesi-sesi harian, pekerja sosial mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan psikososial ODHA. Pekerja sosial memberikan informasi dan pendidikan tentang HIV/AIDS serta membangun kelompok-kelompok dukungan untuk mengurangi keterasingan, memperluas jejaring dukungan sosial dan emosional, dan meningkatkan rasa kendali anggota-anggota atas kehidupan mereka (Aronstein, 1998; Edell, 1999; dalam DuBois & Miley, 2005: 330). Pekerja sosial juga melakukan rujukan-rujukan kepada sumberdaya-sumberdaya masyarakat yang tepat dan program-program bantuan keuangan, menyiapkan rencana-rencana kepulangan yang sesuai, dan mendukung usaha-usaha advokasi di dalam kebijakan yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Strategi-strategi pemberdayaan dapat menghadapi stigma dengan cara memberikan dukungan dan perawatan, membangkitkan harapan, menghubungkan klien dengan masa depan, dan meningkatkan kendali pribadi klien.

Keluarga, pasangan, dan teman-teman dekat ODHA memperoleh manfaat dari partisipasi mereka di dalam kelompok-kelompok dukungan untuk mengahadapi kehilangan yang mereka rasakan, keterkucilan, konflik, kemarahan, kelelahan emosional, dan kelelahan fisik (Jankowski, Videka-Sherman, & Laquidara-Dickinson, 1996; Tolliver, 2001; dalam DuBois & Miley, 2005: 330). “Kelompok-kelompok dukungan dapat bermanfaat bagi forum untuk saling berbagi strategi perawatan dan menghadapi tuntutan- tuntutan emosional dari perawatan informal” (Taylor- Brown, 1995: 1300, dalam DuBois & Miley, 2005: 330).

b. Advokasi

Jenis isu-isu yang berkaitan dengan HIV/AIDS menuntut penggunaan berbagai strategi-strategi advokasi. Sebagai contoh, pekerja sosial dapat

mengadvokasikan pembiayaan program-program dan pelayanan-pelayanan untuk menjamin kualitas kehidupan bagi ODHA dan perundang-undangan untuk melindungi kebebasan sipil mereka (NASW, 1999f, dalam DuBois & Miley, 2005: 331). Bagi ODHA, kesalahpahaman, stigma, dan kompleksitas penyakit HIV/AIDS mempersulit mereka dalam berurusan dengan birokrasi perawatan kesehatan, asuransi kesehatan, pemeliharaan penghasilan, jaminan sosial, dan sumberdaya-sumberdaya yang berbasiskan masyarakt lainnya. Pekerja sosial kadang- kadang dapat mendekati sistem-sistem ini secara langsung untuk memohonkan suatu sebab-musebab klien atau dapat menyarankan cara-cara dimana klien dapat menyampaikan secara berhasil kepentingannya sendiri. Diarahkan pada penciptaan perubahan pada level makro, advokasi sebab menitikberatkan “pembiayaan penelitian yang memadai atas semua aspek HIV/AIDS, termasuk pencegahan, intervensi klinis, dan pengembangan vaksin” (NASW, 1999f: 182, dalam DuBois & Miley, 2005: 331).

c. Isu-isu etika dan hukum

Dalam perawatan ODHA, tentu saja sering muncul isu-isu yang berlebihan tentang nilai, etika, dan hukum. Dilema etik muncul di seputar konflik antara nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai klien; konflik dengan kalangan profesional lain dimana isu-isu pribadi mereka yang bias dan isu-isu pribadi mereka yang tidak terpecahkan merupakan hambatan-hambatan bagi penyelenggaraan pelayanan-pelayanan; isu-isu tentang “hak untuk mengenal/mengetahui” klien yang tertular HIV/AIDS bertentangan dengan hak-hak klien atas privasi; dilema apakah memperlihatkan suatu status HIV klien kepada pasangan seksualnya apabila klien menolak membuka informasi ini; dan berbagai isu-isu hukum yang menuntut pengujian kewenangan, kewajiban untuk menyembuhkan, kerahasiaan, diskriminasi, dan hak-hak pribadi (Patania, 1998; Reamer, 1993; dalam DuBois & Miley, 2005: 331). Fakta bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kerahasiaan dan HIV/AIDS

bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian lain selanjutnya memperburuk isu-isu tersebut di atas.

Apabila bekerja dengan ODHA, pekerja sosial harus berhadapan dengan ketakutan tertular; penolakan; ketidaknyamanan membicarakan tentang hubungan seksual, seksualitas, dan perubahan-perubahan dalam perilaku seksual; perasaan-perasaan tidak berdaya, putus asa, kemarahan, dan menyalahkan korban; dan ketakutan akan ketiadaan biaya. Penelitian oleh Gillman (1991 dan oleh Riley dan Greene (199) tentang dampak program-program pelatihan menunjukkan bahwa memiliki suatu landasan informasi yang akurat tentang HIV/AIDS akan mengurangi ketakutan-ketakutan pekerja sosial dan meningkatkan kesediaan mereka untuk bekerja dengan ODHA. Kelompok-kelompok dukungan bagi kalangan profesional yang bekerja dengan ODHA membantu mereka dalam menghadapi stres, mengurangi perasaan-perasaan terkucil, dan memberikan kesempatan-kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan perasaan-perasaan mereka tentang banyak isu yang mereka hadapi ketika bekerja di dalam situasi-situasi yang terbebani secara emosional (Schoen, 1998; Warren, 1998; dalam DuBois & Miley, 2005: 331).