• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retoris Artikel 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Analisis Framing Artikel 2

4.3.4 Retoris Artikel 2

Dalam artikel ini terdapat beberapa idiom yang digunakan. Pertama, kelompok usroh dan tarbiyah. Istilah ini tidak umum digunakan kecuali pada kelompok usroh dan tarbiyah itu sendiri. Kelompok usroh dan tarbiyah adalah kelompok kecil dengan anggota 15-20 orang dimana kelompok ini berfungsi sebagai forum kajian agama dan dakwah. Saat ini kelompok usroh dan tarbiyah lebih dikenal dengan istilah mentoring. Kedua, penyebutan jilboobs. Istilah jilboobs hanya digunakan di Indonesia. Jilboobs berasal dari gabungan kata jilbab dan boobs (bahasa Inggris) yang ditujukan untuk menyebut busana muslimah yang menutup aurat namun masih menampakkan bentuk tubuh dan keseksian pemakainya. Ketiga, jilbab syar’i yaitu istilah yang mengarahkan busana muslimah kepada satu model berupa baju gamis longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, ditutup oleh kerudung besar yang menutup dada dan punggung serta tidak menjadikan busana muslimah sebagai fashion.

Dilihat dari grafisnya, hanya terdapat satu penonjolan tertentu yaitu berupa eye catcher. Eye catcher adalah ringkasan atau kutipan dari bagian tulisan yang menarik. Ditulis dengan huruf besar-besar dan mencolok. Eye catcher yang digunakan dalam artikel ini adalah :

“Meski sama-sama berjilbab, perbedaan jilbab kalangan pesantren tradisional dan kelompok usroh/tarbiyah bisa dikenali”

Kalimat ini dikutip dari paragraf kedua pada artikel. Namun posisinya diletakkan setelah paragraf ketujuh, hampir di akhir tulisan. Wartawan ingin menonjolkan fakta bahwa pada mulanya jilbab hanya dikenakan kalangan tertentu. Saat itu jilbab identik dengan kalangan santri, kelompok usroh dan tarbiyah. Walau sama-sama menggunakan jilbab namun terdapat perbedaan yang membuatnya keduanya bisa dikenali lewat jilbabnya.

Foto yang digunakan dalam artikel ini adalah gambar ilustrasi berupa kepala wanita yang menggunakan jilbab. Dilihat dari warnanya yang polos dan termasuk dalam kelompok warna tanah serta modenya yang menutup dahi dan masih

terbuka sedikit di bagian leher, gambar ini sedang mengilustrasikan penggunaan jilbab pada zaman dulu. Di sekitarnya terdapat bermacam-macam gambar bunga dengan warna yang beragam. Bunga biasanya diidentikkan dengan perempuan. Dalam hal ini Noor menunjukkan keterkaitan jilbab dengan perempuan. Di sisi kiri bagian bawah gambar terdapat tulisan “20 | Noor Fashions Trend 2014”. Ini menerangkan bahwa gambar ini sebelumnya sudah pernah digunakan pada majalah Noor Edisi Fashion Trend 2014 di halaman 20. Ditinjau dari ukurannya, dimensi halaman artikel ini memiliki panjang dan lebar 27.2 cm dan 21 cm. Satu halaman memiliki luas 571.2 cm2. Karena artikel ini dimuat dalam dua halaman maka luas keseluruhan adalah 1142.4 cm2. Sedangkan dimensi foto memiliki ukuran panjang dan lebar 17 cm dan 13 cm. Luas keseluruhan foto adalah 221 cm2. Jika luas teks (921.2 cm2) dibandingkan dengan luas foto (221 cm2) maka teks dan foto memiliki perbandingan sebesar 4 : 1. Dengan demikian Noor masih memberikan porsi yang lebih penting terhadap isi teks dibandingkan dengan foto. Ditinjau dari rubriknya, artikel ini diletakkan pada rubrik Gaya Hidup dimana Noor masih menjadikan jilbab sebagai bagian gaya hidup pembacanya. Artikel ini terletak di halaman 36 dan 37 dari total 130 halaman isi. Dengan memberikan porsi 2 halaman penuh untuk artikel ini, Noor masih menjadikan artikel ini bahasan yang penting untuk pembacanya.

Tabel 6

Analisis Framing Artikel 2 “Evolusi Jilbab di Indonesia Sejak 1980-an” No. Elemen yang diteliti Analisis

menggunakan headline yang menonjolkan adanya perubahan perlahan-lahan pada jilbab di Indonesia. Perubahan itu dimulai sejak tahun 1980 dimana jilbab masih dianggap asing. Sebelumnya, jilbab tidak terlalu memiliki perubahan yang berarti. Pada headline, Noor memaparkan bukti bahwa 9 dari 10 muslimah di Indonesia kini sudah menggunakan jilbab. Namun Noor mengajak pembaca untuk kritis mempertanyakan apakah angka tersebut dikarenakan ketakwaan atau hanya terikut arus mode belaka. Latar informasinya adalah perubahan jilbab di Indonesia sejak 1980 hingga saat ini. Perubahan tersebut terkait dengan bentuk jilbab, kondisi para pengguna jilbab, posisi politis jilbab sampai fenomena jilboobs dan jilbab syar’i sebagai penanda evolusi jilbab itu sendiri. Tidak terdapat kutipan dan pernyataan karena artikel ini bersumber dari pemikiran wartawan Noor. Sumber yang digunakan adalah UU no 32 tahun 2004 tentang Peraturan Daerah yang menjadi landasan bagi daerah-daerah dengan penduduk muslim dan kultur Islam yang kuat untuk mewajibkan penggunaan jilbab pada muslimahnya. Ini juga menunjukkan bahwa evolusi jilbab turut dipengaruhi pula oleh kebijakan negara bukan hanya berlandaskan agama semata. Artikel ditutup dengan harapan Noor agar muslimah memilih berjilbab karena berdasarkan cinta. Pilihan berjilbab yang dilandasi dengan rasa cinta akan membimbing muslimah agar cantik luar dan dalam dan sampai kepada

sebaik-baik pakaian yaitu pakaian takwa. Noor berharap bahwa jangan sampai muslimah itu berjilbab karena hanya mengikuti tren semata. 2 Skrip Dilihat dari struktur skripnya, artikel ini memiliki

kelengkapan unsur berita yang mencakup 5W+1H. Unsur Who dan When adalah unsur yang paling banyak digunakan. Keduanya juga kerap disandingkan bersamaan. Ini menunjukkan evolusi jilbab pada setiap masa ditandai dengan para pengguna jilbabnya. Paragraf dominan dibuka dengan menggunakan unsur When. Noor menunjukkan bahwa evolusi jilbab di Indonesia terkait dengan waktu. Evolusi itu sendiri terbagi kepada beberapa fase besar sejak tahun 1980 hingga kini.

3 Tematik Dilihat dari struktur tematiknya, artikel ini memiliki detail yang baik dalam beberapa penjelasan. Pertama, detail perubahan bentuk jilbab dari dulu hingga sekarang. Kedua, detail tentang pergeseran makna jilbab yang awalnya ditandai sebagai bentuk penegasan sekaligus perlawanan hingga kini dijadikan bagian dari tren dan fashion. Ketiga, detail posisi politis jilbab yang berkaitan dengan kondisi negara serta kebijakan yang dibuat. Keempat, detail penyebaran tentang siapa dan kalangan apa saja yang menggunakan jilbab dari zaman dulu hingga sekarang. Keselarasan isi, hubungan logis antar kalimat tersusun dengan sangat baik. Penggabungan sejarah evolusi jilbab dengan proses perubahan jilbab di Indonesia tidak hanya

digambarkan dari segi kreasi bentuk jilbab semata tetapi juga dengan sangat jelas digambarkan posisi politis perjuangan jilbab hingga pada tingkat pembuatan kebijakan terkait kewajiban menggunakan jilbab bagi muslimah Indonesia di berbagai daerah. Penjelasan mengenai peran media dalam memassifkan penggunaan jilbab dan menjadikan jilbab sebagai trend fashion dan lifestyle juga digambarkan dengan baik. Hal ini terkait dengan peranan majalah Noor sebagai salah satu majalah yang mengampanyekan busana muslimah yang memiliki citarasa dan sentuhan Indonesia. Artikel ini berbentuk deduktif yang menjelaskan dari umum ke khusus. Noor terlebih dahulu menjelaskan kondisi Indonesia pada setiap fase kemudian lebih spesifik pada penjelasan jilbab dan pengguna jilbab.

4 Retoris Dilihat dari struktur retorisnya, terdapat beberapa idiom yang digunakan dalam artikel ini seperti usroh dan tarbiyah, jilboobs dan jilbab syar’i. Dilihat dari grafisnya, hanya ada satu eye catcher yang dikutip dari paragraf kedua dan diletakkan setelah paragraf ketujuh mendekati akhir tulisan. Eye catcher tersebut menekankan pada mulanya jilbab memang sudah mencirikan kelompok tertentu. Hal itu dapat dilihat dari perbedaan jilbab kalangan pesantren dengan kalangan usroh/tarbiyah yang menjadi pengguna jilbab pada mulanya. Foto yang digunakan dalam artikel ini berupa ilustrasi perempuan yang menggunakan jilbab dengan mode jilbab zaman dulu. Ditinjau

dari ukurannya, foto dan teks memiliki perbandingan 1 : 4. Ini menunjukkan bahwa Noor masih mengedepankan isi tulisan dibandingkan dengan foto/ilustrasi. Artikel ini diletakkan di rubrik Gaya Hidup. Noor masih menganggap bahwa jilbab adalah bagian dari gaya hidup. Dilihat dari penempatannya, artikel ini berada pada halaman 36 dan 37 dari total 130 halaman isi dengan jumlah tulisan sebanyak 2 halaman. Noor masih menganggap pembahasan tentang jilbab merupakan hal yang penting sehingga masih diposisikan di depan.

(Sumber : Hasil Penelitian)

Dokumen terkait