• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintaksis Artikel 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.2 Analisis Framing Artikel 1

4.2.1 Sintaksis Artikel 1

Headline dari artikel ini adalah “Menilik Gaya Berbusana Muslim”. Menurut KBBI, menilik berarti melihat dengan sungguh-sungguh atau mengamat-amati. Wartawan mengajak pembaca untuk mengamati gaya berbusana muslim yang ada saat ini. Hal ini berkaitan dengan melonjaknya pengguna busana muslim yang diiringi dengan pesatnya perkembangan mode busana muslim.

“...Mencari, temukan, dan sesuaikan gaya berbusana muslim dengan lingkungan dan kondisi cuaca sekitar... sulitkah?”

Untuk lead, wartawan terlebih dahulu melemparkan gagasan tentang bergaya dengan busana muslim, yaitu memilih busana muslim yang dapat disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi cuaca sekitar. Kemudian wartawan memberikan pertanyaan, apakah sulit bergaya dengan busana muslim seperti itu? Question Lead yang digunakan dalam artikel ini berusaha memancing minat pembaca untuk mengikuti saran yang diberikan Noor bagi pembacanya tentang cara memilih busana muslim.

Pada bagian kedua, wartawan menuliskan lead yang berbeda untuk masing-masing musim. Pada tips berpakaian untuk musim kemarau, wartawan menyatakan bahwa menggunakan baju panjang dan jilbab pada saat kemarau itu menyiksa karena panas. Wartawan kemudian ingin memberikan tips untuk membuat sejuk. Pada lead ini, wartawan berpendapat bahwa busana muslim itu sebenarnya panas, apalagi jika digunakan saat cuaca panas. Sedangkan untuk tips

berpakaian di musim hujan, wartawan menyatakan bahwa pada musim hujan sulit untuk bergaya. Ini disebabkan cuaca dingin yang membuat muslimah harus menggunakan sweater sehingga sulit untuk bergaya. Fashion masih menjadi aspek yang menonjol dalam setiap lead tersebut.

Latar informasi yang digunakan dalam artikel ini terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama membahas tentang kondisi busana muslim di Indonesia saat ini. Busana yang dipilih biasanya menonjolkan karakter dari pemakainya. Selain itu kultur dan cuaca ikut mempengaruhi mode serta bahan yang digunakan dalam memilih busana muslim. Bagian kedua memfokuskan pada tips dalam memilih pakaian yang sesuai dengan kondisi negara tropis seperti Indonesia. Tips tersebut mencakup pemilihan jilbab, baju, sepatu hingga aksesoris yang sesuai dengan musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau identik dengan panas, sumpek dan berkeringat. Sedangkan musim hujan identik dengan dingin dan basah.

Wartawan menggunakan kutipan yang dikutip langsung dari narasumber. Ini menunjukkan bahwa wartawan menggunakan informasi langsung dari narasumbernya tentang pemilihan busana muslimah. Terdapat dua kutipan dalam artikel ini. Pertama, salah seorang desainer busana muslim, Restu Anggraini menyebutkan bahwa sejak tahun 2010, gaya berbusana muslim disesuaikan dengan karakter penggunanya. Setiap pribadi memiliki gaya yang khas, ini menjadikan busana muslim tampil dengan banyak mode bukan hanya gamis saja.

“...Menurut Restu Anggraini, seorang desainer busana muslim, sejak 2010 gaya perempuan muslim berbusana menyesuaikan dengan karakter personalnya. Baginya setiap pribadi memang harus memiliki karakter khas. Busana muslim pun tidak harus tipikal, terbatas hanya model gamis saja misalnya.”

Yang kedua, wartawan mengutip pernyataan Jenahara bahwa pemilihan busana muslim lebih menonjolkan karakter personal. Busana muslim tidak terbatas pada model abaya namun juga bisa berupa model lain. Busana seperti ini tidak hanya dikenakan oleh perempuan berjilbab namun juga bisa dikenakan oleh perempuan yang belum berjilbab.

“...Pada kesempatan terpisah, Jenahara mengatakan, karakter personal lebih menonjol dalam pemilihan gaya busana muslim. Busana muslim tak harus model abaya, tapi juga bisa asimetris, kotak-kotak, busana yang tidak hanya dikenakan oleh perempuan berjilbab tapi juga bisa dikenakan siapa saja.”

Wartawan menampilkan kutipan senada dari kedua narasumber tersebut untuk menonjolkan aspek pemilihan busana muslim berdasarkan karakter penggunanya. Karakter tersebut akan menentukan mode yang cocok. Karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, maka muncullah ragam busana muslim yang tidak ada habisnya.

Untuk sumber, wartawan memilih tiga orang narasumber yang semuanya berasal dari dunia fashion. Pertama, Restu Anggraini yang berprofesi sebagai desainer busana muslim. Kedua, Irna Mutiara, desainer busana sekaligus pemilik dua label Irna La Perle dan Up2Date. Ketiga, Jenahara, desainer busana yang juga pendiri Hijabers Community. Pemilihan ketiga narasumber tersebut menunjukkan bahwa jilbab berkaitan erat dengan dunia fashion. Karena itu pendapat para perancang busana tersebut sangat ditonjolkan dalam artikel ini.

Untuk pernyataan, wartawan mencantumkan dua pernyataan langsung dari satu narasumber yang sama yaitu Jenahara. Jenahara menyatakan bahwa saat ini busana muslim lebih mengarah kepada model two pieces yang longgar. Ini merujuk kepada pakaian dua potong (atasan dan bawahan), bukan gamis, jubah, atau sejenisnya. Selain itu kultur daerah juga mempengaruhi pemilihan warna. Di pernyataan lainnya Jenahara menyatakan bahwa karakter yang berbeda dari setiap orang akan memunculkan cara berbusana dan berjilbab yang berbeda pula. Konsep yang masih bertahan saat ini adalah konsep padu-padan. Muslimah saat ini juga semakin mahir memadumadankan busana karena dipengaruhi oleh tren fashion yang semakin beragam.

“...Busana muslim lebih kepada model two-pieces, namun tetap longgar. Soal warna fleksibel sesuai daerah. Beda daerah beda selera warnanya. Di luar Jawa, busana muslim terang mencolok lebih disukai, sementara di Jawa suka warna kalem seperti coklat, marun, kuning kunyit,” jelasnya.” “...Karakter setiap orang berbeda-beda, cara berbusana dan berjilbab pun beda. Ini masih menjadi tren dan akan bertahan hingga tahun depan. Konsep padu-padan masih kuat dalam berbusana muslim. Kita harus pintar

padu-padan dan pilih busana, agar tetap enak dilihat. Muslimah juga semakin pintar memadumadankan busana, karena tren fashion sudah menyebar luas dengan segala aliran dan pilihan,” jelasnya.”

Sedangkan pernyataan lain dikutip dari Irna Mutiara yang menyatakan bahwa pemilihan bahan sangatlah penting terutama untuk negara tropis seperti Indonesia. Bahan yang dipilih sebaiknya yang menyerap keringat. Ini menunjukkan bahwa faktor iklim dan cuaca ikut mempengaruhi pemilihan bahan untuk busana muslim.

“Karena kita di negara tropis, pemilihan bahan baku penting, yakni yang menyerap keringat seperti rayon dan katun,” ungkap Irna Mutiara, pemilik label Irna La Perle dan Up2Date ini.”

Wartawan menutup tulisan bagian pertama dengan kesimpulan bahwa konsep padu-padan masih sangat kekinian. Konsep ini masih sesuai dengan pakem busana yang menutup aurat namun masih tetap gaya. Pada bagian ini wartawan lebih menonjolkan busana muslim sebagai bagian dari tren sehingga muslimah bebas bergaya dengan pakaiannya. Kreasi busana juga sangat dibutuhkan untuk tampil gaya. Wartawan menanyakan kepada pembaca faktor apakah yang menjadi pertimbangan dalam memilih busana? Kemudian wartawan menawarkan satu solusi yaitu memilih busana berdasarkan iklim dan cuaca di daerah tropis seperti Indonesia. Pada bagian ini, wartawan mengantarkan pembaca kepada bahasan selanjutnya yaitu tips memilih pakaian saat musim hujan dan musim kemarau.

“...Busana muslim konsep padu-padan, memenuhi kebutuhan perempuan untuk tampil seusai pakem namun tetap gaya, serta desain yang kreatif dan inovatif menjadi ciri khas busana muslim kekinian. Bagaimana dengan Anda? Apa yang menjadi pertimbangan anda untuk bergaya dengan busana muslim? Untuk Indonesia yang hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan hujan, jilbab yang dikenakan tentunya perlu penyesuaian dengan kondisi cuaca yang ada.”

Sedangkan penutup artikel bagian kedua adalah penggunaan syal bagi muslimah berjilbab di musim hujan. Penggunaan syal ini berguna untuk menghangatkan leher yang tidak hanya nyaman dikenakan namun juga menambah indah penampilan. Pada bagian ini, wartawan lebih menonjolkan aspek fungsi pakaian yang tidak hanya sesuai dengan cuaca namun juga mempercantik penampilan.

“...Bagi muslimah berkerudung, udara dingin saat musim hujan sebenarnya tidaklah terlalu menyengat karena bagian leher sudah tertutupi, namun untuk menambah kehangatan tidak ada salahnya menambahkan

syal di leher. Selain menambah indah penampilan, syal juga bisa memberikan kenyamanan saat dikenakan.”

Dokumen terkait