• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM

4.2. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Konsep Otonomi Daerah

4.2.2. Retribusi Daerah Sebagai Salah Satu Unsur Pendapatan Asli

141 H. Siswanto Sunarno, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 7.

142 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, h. 89.

143 Amrah Muslimin, 1982, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, h. 5.

54

Konsepsi otonomi daerah membawa serta implikasi praktis terdapatnya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Otonomi daerah dalam NKRI menjadi tuntutan sejarah yang telah dilaksanakan secara yuridis dengan pola pembagian wilayah NKRI sebagai suatu entitas hukum yang terus perlu dikembangkan. Walau otonomi daerah merupakan tuntutan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, namun dalam perkembangannya sejak awal kemerdekaan, politik otonomi daerah senantiasa digariskan melalui proses yang tidak pernah selesai, selalu berubah dan diubah sesuai dengan perubahan konfigurasi politik. Perubahan tersebut menyangkut berbagai aspek, seperti: aspek formal, materiil, nyata, seluas-luasnya, hubungan kekuasaan, cara pemilihan, dan sebagainya, yang dalam praktiknya di lapangan senantiasa menimbulkan masalah yang berbenturan dengan budaya dan perilaku politik.145 Bila dikaitkan dengan teori hukum, maka pengaturan otonomi daerah yang bersentuhan dengan kepentingan politik tersebut dapat dikemukakan pandangan J. Satrio, sebagaimana dikutip oleh Budiono Kusumohamidjojo,146 yang mengatakan bahwa hukum pada dasarnya perlindungan kepentingan, namun dalam banyak peristiwa hukum terpaksa harus memilih di antara beberapa kepentingan yang saling bertentangan dan perlindungan terhadap yang satu seringkali berarti mengorbankan kepentingan yang lain.

Konsep hukum otonomi daerah dengan segala urusan pemerintahan daerah dijalankan oleh penyelenggara pemerintahan daerah terutama oleh Kepala Daerah.

145 H. Abdul Latif, 2010, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 96

146 Budiono Kusumohamidjojo, 2016, Teori Hukum – Dilema Antara Hukum dan Kekuasaan, Yrama Widya, Bandung, h. 327.

55

Pemerintahan daerah menjadi memiliki dimensi hukum yang terbagi secara berjenjang dalam kerangka otonomi daerah. Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menetapkan bahwa: Penyelenggara pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat daerah. Urusan keuangan daerah dan retribusi daerah yang dirumuskan melalui APBD yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah tentu tidak lepas dari urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah berdasarkan perangkat hukum. Pembagian urusan pemerintahan sebagai implementasi otonomi daerah diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang menentukan:

(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren dan urusan pemerintahan umum;

(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat; (3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud ayat(1) adalah urusan

pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

(4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah

(5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan.

Selanjutnya diuraikan dalam Pasal 10 tentang urusan pemerintahan absolut yaitu meliputi : a). politik luar negeri; b). pertahanan; c). keamanan; d). yustisi; e). moneter dan fiskal nasional; dan f). agama. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut, pemerintah pusat melaksanakan sendiri atau melimpahkan wewenang kepada instansi vertikal yang ada didaerah atau gubernur sebagai wakil pemerintah pusat berdasarkan asas dekonsentrasi.

Urusan pemerintah konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan sebagaimana

56

ditentukan dalam Pasal 11. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, sedangkan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah urusan pemerintahan wajib yang sebagian substansinya merupakan pelayanan dasar. Cakupan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi : a). pendidikan; b). kesehatan c). pekerjaan umum dan penataan ruang; d). perumahan rakyat dan kawasan permukiman e). ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan f). sosial.

Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi : a). tenaga kerja; b). pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; c). pangan d). pertanahan e). Lingkungan hidup f). administrasi kependudukan dan pencatatan sipil g). pemberdayaan masyarakat dan desa; h). pengendalian penduduk dan keluarga berencana; i). perhubungan; j). komunikasi dan informatika; k). koperasi, usaha kecil, dan menengah; l). penanaman modal; m). kepemudaan dan olahraga; n). statistik; o). persandian; p). kebudayaan; q). perpustakaan dan kearsipan.

Urusan pemerintahan pilihan meliputi : a). kelautan dan perikanan; b). pariwisata; c) pertanian; d). kehutanan; e). energi dan sumber daya minieral; f).

perdagangan; g). perindustrian; dan h). transmigrasi.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas serta kepentingan strategis nasional. Kriteria urusan

57

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat : a). urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah provinsi atau lintas negara; b). urusan pemerintahan yang penggunaannya lintas daerah provinsi atau lintas negara; c). urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara; d). urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat dan/atau e). urusan pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi: a). urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota; b). urusan pemerintahan yang penggunaanya lintas daerah kabupaten/kota; c). urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah kabupaten/kota; dan/atau d). urusan pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah provinsi.

Kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota : a). urusan pemerintahan yang lokasinya dalam kabupaten/kota; b). urusan pemerintahan yang penggunaannya dalam daerah kabupaten/kota; c). urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam daerah kabupaten/kota; dan/atau d). urusan pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut secara hukum dilakukan oleh pemerintah daerah dengan disertai kelengkapan pendukung termasuk pendanaan. Pasal 279 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menentukan bahwa pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan dengan daerah untuk membiayai

58

penyelenggraan urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan kepada daerah. Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah meliputi: a). pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah; b). pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; c). pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusu untuk pemerintah daerah tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang; dan d). pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat dan insentif (fiskal). Penyelenggaran urusan pemerintahan tersebut disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari tugas pembantuan.

Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugaskan penyelenggara pemerintahan daerah berkewajiban untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah. Kewajiban penyelenggara pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Pasal 280 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang meliputi: a). mengelola dan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel; b). menyinkronkan pencapaian sasaran program daerah dalam APBD dengan program pemerintah pusat; dan c). melaporkan realisasi pendanaan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari tugas pembantuan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga menentukan hubungan keuangan antar daerah dalam Pasal 281 dengan ketentuan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan dengan daerah yang lain. Hubungan keuangan antar

59

daerah tersebut meliputi: a). bagi hasil pajak dan non pajak antar daerah; b). pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan menjadi tanggung jawab bersama sebagai konsekuensi dari kerjasama antar daerah; c). pinjaman dan/atau hibah antar daerah; d). bantuan keuangan antar daerah; dan e). pelaksanaan dana otonomi khusus yang ditetapkan dalam undang-undang.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD. Pemegang kekuasan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala daerah yang mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikian kekayaan daerah yang dipisahkan. Dalam melaksanakan kekuasan pengelolaan keuangan daerah kepala darah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaanya yang berupa perencanaa, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada pejabat perangkat daerah.

Pengaturan seperti di atas menegaskan bahwa pemerintahan pusat tidak dapat serta merta memberikan pelimpahan urusan kepada pemerintah daerah untuk dijalankan oleh Pemerintah Daerah termasuk dalam pengelolaan keuangan daerah tanpa ada dukungan administratif dan finansial. Apa yang menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Daerah secara umum sesungguhnya tidak boleh lepas dari koridor yang ditentukan oleh urusan yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Tugas dan wewenang Pemerintah Daerah menjadi sangat ditentukan serta mempengaruhi jalannya penyelenggaraan otonomi daerah di wilayahnya.

60

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, daerah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 berhak menetapkan kebijakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut harus tetap dalam konteks kewenangan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Provinsi diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada di wilayahnya yang meliputi : a). eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut diluar minyak dan gas bumi; b). pengaturan administratif ; c). pengaturan tata ruang; d). ikut serta dalam memelihara keamanan dilaut; dan e). ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara. Kewenangan daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan. Bila wilayah laut antar dua daerah provinsi kurang dari 24 mil, kewenangan untuk mengelola sumber daya alam dilaut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antar dua daerah provinsi tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengatur bahwa setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala Daerah untuk daerah provinsi disebut Gubernur, untuk daerah kabupaten disebut Bupati, dan untuk daerah kota disebut Walikota. Kepala Daerah sebagaimana dimaksud, dapat dibantu oleh wakil kepala daerah yang untuk daerah provinsi disebut wakil gubernur, untuk daerah kabupaten kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala

61

Daerah dan wakil Kepala Daerah ini dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan (Pasal 63 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 secara khusus mengatur mengenai tugas dan wewenang serta kewajiban Pemerintah Daerah dan wakil kepala daerah. Pasal 65 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menetapkan bahwa Kepala Daerah mempunyai tugas : a) memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b) memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; c). menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD; d) menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama; e) mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; f) mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan g) melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Disamping tugas Kepala Daerah juga diberikan wewenang : a) mengajukan rancangan Perda; b) menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c) menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah; d) mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah

62

dan/atau masyarakat; e) melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sama halnya dengan Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah juga mempunyai tugas yang diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yaitu meliputi:

a. membantu kepala daerah dalam:

1) memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

2) mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan;

3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur; dan 4) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa bagi wakil bupati/wali kota;

b. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah;

c. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara; dan

d. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Disamping melaksanakan tugas di atas, Wakil Kepala Daerah melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh

63

Kepala Daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas tersebut Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

Untuk lebih jelasnya bandingan tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat digambarkan dalam tabel di bawah :

Tabel 13:

Bandingan Tugas dan Wewenang Kepala Daerah dan Tugas Wakil Kepala Daerah Provinsi

TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH PROVINSI (GUBERNUR)

TUGAS WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI (WAKIL GUBERNUR)

Tugas Kepala Daerah :

a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. memelihara ketenteraman dan ketertiban

masyarakat;

c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda

tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;

e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

f. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan

g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wewenang Kepala Daerah:

a. mengajukan rancangan Perda;

b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

Tugas Wakil Kepala Daerah : a. membantu kepala daerah dalam:

1) memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

2) mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan;

3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur; dan

4) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa bagi wakil bupati/wali kota; b. memberikan saran dan pertimbangan kepada

kepala daerah dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah;

c. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara; dan

d. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

64

TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH PROVINSI (GUBERNUR)

TUGAS WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI (WAKIL GUBERNUR)

c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sumber: diolah dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Dari tabel di atas, terlihat bahwa Kepala Daerah (Gubernur) memiliki tugas dan wewenang sedangkan Wakil Kepala Daerah (Wakil Gubernur) hanya mempunyai tugas. Gambaran demikian menunjukkan bahwa Gubernur dapat melakukan kewenangan otoritatif dengan membuat kebijakan sementara itu Wakil Gubernur tidak memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan, dengan kata lain kewenangan membuat kebijakan ada ditangan Gubernur. Namun demikian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menentukan antara Gubernur dan Wakil Gubernur terikat pada kewajiban dan larangan yang sama.

Kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diatur dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang meliputi: a) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b) menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan; c) mengembangkan kehidupan demokrasi; d) menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; e) menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik; f)

65

melaksanakan program strategis nasional; dan g) menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah.

Selain kewajiban di atas, Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaran pemerintaan daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mencakup laporan kinerja instansi pemerintah daerah.

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut ketentuan Pasal 76 Undang-Undang 23 Tahun 2014 dilarang :

1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dilarang:

a. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan pribadi, keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. membuat kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan

meresahkan sekelompok masyarakat atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyarakat lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara/daerah atau pengurus yayasan bidang apa pun;

d. menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri sendiri dan/atau merugikan Daerah yang dipimpin;

e. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan;

66

f. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf e;

g. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya; h. merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya sebagaimana

ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; i. melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin dari Menteri; dan j. meninggalkan tugas dan wilayah kerja lebih dari 7 (tujuh) Hari

berturut-turut atau tidak berberturut-turut-berturut-turut dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa izin Menteri untuk gubernur dan wakil gubernur serta tanpa izin gubernur untuk bupati dan wakil bupati atau wali kota dan wakil wali kota. 2) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dikecualikan dari ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j jika dilakukan untuk kepentingan pengobatan yang bersifat mendesak.

Secara jelas kewajiban dan larangan Gubernur dapat diringkas dalam tabel dibawah.

Tabel 14

Kewajiban Gubernur dan Larangan bagi Gubernur

Kewajiban Gubernur Larangan Gubernur

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menaati seluruh ketentuan

peraturan perundangundangan; c. mengembangkan kehidupan

demokrasi;

Kepala daerah dan wakil kepala daerah dilarang:

a. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan pribadi, keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. membuat kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan meresahkan sekelompok masyarakat atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyarakat lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

67

d. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

e. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;

f. melaksanakan program strategis nasional; dan

g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah

c. menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara/daerah atau pengurus yayasan bidang apa pun;

d. menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri sendiri dan/atau merugikan Daerah yang dipimpin;

e. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan;

f. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf e;

g. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya;

h. merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin dari Menteri; dan

j. meninggalkan tugas dan wilayah kerja lebih dari 7 (tujuh) Hari berturut-turut atau tidak berturut-turut dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa izin Menteri untuk gubernur dan wakil gubernur serta tanpa izin gubernur untuk bupati dan wakil bupati atau wali kota dan wakil wali kota.

Kewajiban dan larangan Gubernur dan Wakil Gubernur akan mengalami pengkondisian sesuai dengan kekhasan daerah terutama dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dikenal dengan sebutan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Pemerintah Daerah merupakan kewajiban penting dalam rangka pengelolaan keuangan daerah. Sebagaimana dikatakan oleh Soekarwo bahwa membuat laporan keuangan merupakan tuntutan utama pengelolaan keuangan daerah yang sedasar dengan kerangka besar “good financial governance” dengan tujuan umum:

a. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountablity) dan pengelolaan (stewardship).

68

b. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.147

Dengan demikian, maka Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas dan kewenangannya di bidang keuangan harus mampu menyajikan laporan pengelolaan keuangan daerah untuk:

a. Memberikan informasi keuangan guna menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah.

b. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya.

c. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan.

d. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasional.

e. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional:

1. untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja