• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini disajikan ringkasan hasil penelitian, kesimpulan dan saran. Bagian ringkasan hasil penelitian memuat ringkasan akhir dari hasil penelitian, bagian kesimpulan memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Bagian saran memuat saran-saran untuk pihak sekolah dan para orangtua anak autis.

A. Ringkasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian “Deskripsi masalah-masalah yang secara frekuen dialami oleh orangtua yang mempunyai anak autis infantil di sekolah Luar Biasa Autis Cipta Mulia Mandiri Yogyakarta dapat diringkas sebagai berikut:

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: masalah-masalah yang secara frekuen (sangat sering dan sering) dialami oleh orangtua yang mempunyai anak autis infantil pada aspek sikap internal pribadi orangtua yang berkaitan dengan aspek kognitif, aspek afektif, aspek spiritual atau religius. Pada aspek eksternal berkaitan dengan aspek lingkungan keluarga dan lembaga-lembaga terkait. Hasil penelitian pada aspek kognitif termasuk dalam kategori “sering” (skor 153), terungkap pada masalah cara pandang orangtua terhadap gangguan perkembangan dan penanganan yaitu: terbatasnya kosa kata yang dimiliki anaknya bukan merupakan penyebab ketidakmampuan berbicara anaknya, sia-sialah melatih anaknya dalam

mengungkapkan perasaannya, anaknya semakin sulit bahkan tidak dapat mengartikan kata-kata yang diucapkannya sehingga tidak perlu dilatih, kemampuan berbicara anaknya akan berubah begitu saja tanpa perlu dilatih, anaknya tidak berkembang menjadi lebih baik apabila bergaul dengan teman sebayanya yang normal, tidak ada gunanya menanggapi perilaku-perilaku emosional anaknya. Komponen cara pandang orangtua terhadap masa depan anak autis meliputi: anak telah kehilangan masa depan, kebahagiaan anak pupuslah sudah, lingkungan sosial mengabaikan kehidupan masa depan anaknya. Komponen cara pandang orangtua terhadap lingkungan keluarga dan pihak terkait yang membantu perkembangan anaknya meliputi: sekolah umum bukanlah tempat yang tepat melatih kemampuan sosialisasi anaknya, dukungan keluarga sajalah yang paling menentukan baik-buruknya perkembangan anaknya, tidak perlu secara langsung mendampingi anaknya karena sudah ditangani terapis. Aspek afektif termasuk dalam kategori “sering” (skor 60), terungkap pada perasaan-perasaan orangtua sebagai berikut: bosan menginformasikan perkembangan anaknya kepada orang lain yang tinggal serumah dengannya (reaksi perasaan jengkel dan marah), malu mengakui keberadaan anaknya (reaksi perasaan malu dan bersalah), bingung melakukan upaya-upaya penyembuhan bagi anaknya (reaksi perasaan bingung dan putus asa), orangtua cemas dan takut terhadap masa depan anaknya (reaksi perasaan takut dan cemas). Aspek spiritual atau religius termasuk dalam kategori “sering” (skor 49) terungkap masalah sebagai berikut: setiap kali berdoa untuk anaknya orangtua sering menginginkan agar Tuhan segera mengabulkan permohonannya, orangtua sering

merasa sendirian menanggung beban ini, orangtua mengingkari pertolongan Tuhan terhadap anaknya, orangtua sering memilih terus bekerja untuk mendapatkan uang dari pada mengikuti kegiatan rohani. Hasil penelitian pada aspek eksternal yang berhubungan dengan lingkungan keluarga dan lembaga terkait termasuk dalam kategori “sering” (skor 50) terungkap bahwa orangtua sering sulit mempercayakan orang lain untuk menangani anaknya meskipun mereka tinggal serumah, orangtua sering mempertahankan pendapatnya tentang penanganan anaknya walaupun pendapatnya keliru (lingkungan keluarga) dan mengabaikan peraturan yang ditetapkan di SLB Autis Cipta Mulia Mandiri (lembaga terkait).

B. Kesimpulan

Berdasarkan ringkasan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pertama: orangtua yang mempunyai anak autis infantil di SLB Autis Cipta Mulia Mandiri Yogyakarta “sering” mengalami masalah yang datang dari dalam dirinya yaitu sikap internal pribadi orangtua itu sendiri, kedua: masalah yang dialami oleh orangtua itu menjadi semakin “sering” muncul karena lemahnya dukungan baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan sekolah (Faktor eksternal).

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka masalah yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anak autis di Sekolah Luar Biasa Autis Cipta Mulia

Mandiri Yogyakarta dapat diatasi melalui pendekatan kognitif, afektif, spiritual dan ketrampilan/skill. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat diberikan dalam berbagai bentuk layanan bimbingan, metode dan sumber/media bimbingan yang dapat menjawab kebutuhan orangtua. Selain bantuan yang berasal dari luar (dalam hal ini pihak sekolah), orangtua yang mempunyai anak autis hendaknya mencari cara dan ketrampilan-ketrampilan yang dapat membantu mereka untuk dapat mengatasi permasalahannya. Oleh karena itu berikut ini peneliti memberikan saran, baik kepada pihak sekolah maupun pihak orangtua.

1. Pihak Sekolah

Pihak sekolah dapat memberikan bantuan berdasarkan permasalahan yang dialami orangtua.

a. Masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek kognitif:

1) Orangtua perlu dibantu untuk memperluas wawasan mengenai karakteristik anak autis, faktor-faktor penyebab gangguan autisme dan bagaimana menangani, menyadari pentingnya anak autis mengungkapkan perasaannya, memahami perbedaan perkembangan antara anak dengan gangguan autisme dan anak normal. Bantuan yang diberikan kepada orangtua berupa pengenalan berbagai terapi dan metode penanganan. 2) Orangtua yang mempunyai anak autis perlu mendapatkan penjelasan

mengenai proses terapi dan kedisiplinan tinggi baik dalam metode maupun dalam pengaturan waktunya. Selain itu orangtua perlu menyadari pentingnya kerjasama yang baik terhadap sekolah, dokter, ahli gizi,

psikolog, psikiater, sesama orangtua anak autis, tenaga-tenaga terapi/terapis lainnya. Selain itu orangtua perlu mengkondisikan lingkungan agar proses komunikasi dan sosialisasi anak berkembang. 3) Orangtua perlu diperluas wawasan untuk semakin peka akan kebutuhan

anak dan trampil dalam mengarahkan minat pada anaknya, menyadari pentingnya sosialisasi ke sekolah umum.

b. Masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek afektif

1) Orangtua perlu dibantu untuk menyeimbangkan emosinya dengan membangun kesadaran diri, mengelola emosinya, membangun sikap optimisme dari dalam dirinya, memiliki sikap hati yang empati dan mengembangkan ketrampilan sosial, memotivasi diri sendiri ketika berhadapan dengan hambatan-hambatan, menyadari mengapa perasaan emosi dan sikap yang kurang mendukung itu muncul? Menyadari pentingnya mengungkapkan diri, bersikap asertif terhadap segala situasi kehidupannya dan mampu berkomunikasi dengan orang lain.

2) Orangtua perlu dibantu untuk mampu menerima realita dirinya, gembira, tidak minder dalam melatih ketrampilan-ketrampilan anaknya di mana saja berada, optimis mengikuti perkembangan anaknya, berani dalam menghadapi tantangan dan mampu menyalurkan perasaan negatif secara baik dan benar.

c. Masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek Lingkungan Keluarga dan Sosial

1) Orangtua perlu dibantu untuk meningkatkan kemampuan bagaimana berkomunikasi antar pribadi, bagaimana membina kebersamaan, bagaimana menjadi positif dan produktif, bagaimana menciptakan sikap saling menghargai, bagaimana memberi teladan kepada anak-anaknya, bagaimana membangun relasi dengan orangtua/mertua dan kerabat lainnya.

2) Orangtua perlu bekerjasama dengan orang lain, setia dalam tugas dan tanggungjawab, membina komunikasi dengan para ahli, meningkatkan kreativitasnya, memupuk keterbukaan hati dalam situasi apa saja.

d. Masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek spiritual atau religius

1) Orangtua perlu dibantu untuk membangun keutuhan hati dan budi dalam berdoa baik secara pribadi maupun bersama. orangtua perlu dibantu untuk menyadari penyelenggaraan Allah dalam hidup mereka, memaknai semua peristiwa dalam hidupnya dan menaruh pengharapan akan penyertaan Tuhan serta memiliki konsep yang benar tentang Allah yang mengasihi bukan Allah yang menghukum.

2) Orangtua perlu dibantu untuk memiliki kemampuan dalam berperilaku sesuai ajaran agamanya, misalnya menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agamanya, mengikuti kegiatan-kegiatan untuk menyegarkan kehidupan rohani mereka.

Permasalahan di atas dapat dibantu dalam berbagai bentuk Layanan / Bantuan berupa:

a. Layanan informasi : berbagai informasi yang dapat diberikan kepada orangtua berkaitan dengan aspek masalah di atas baik secara langsung maupun tidak langsung. Layanan secara langsung bisa diberikan dalam bentuk seminar, talk show, pelatihan atau kursus yang dapat membantu perkembangan pandangan mereka, kestabilan emosi, kehidupan religoisitas dan relasi dengan orang lain. Sekolah dapat mengundang nara sumber yang memiliki keahlian khusus yang berkaitan dengan kepribadian, bidang autisme dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan orangtua. Selain itu dapat juga diberikan oleh para pendamping dari sekolah yang bersangkutan yang telah menguasai atau telah mempunyai pengalaman belajar yang dianggap cukup. Sekolahpun dapat menyediakan sumber bacaan/taman bacaan (buku-buku, makalah-makalah, hasil-hasil penelitian, penemuan-penemuan baru) yang berkaitan dengan autisme dan penanganannya demi memperluas wawasan orangtua. Layanan secara tidak langsung bisa diberikan/digalakkan melalui website dan metode wawancara dan pengumpulan data, sharing, dinamika kelompok, lecture/bahan bacaan dan relaksasi.

b. Layanan konseling pribadi dan kelompok: pendekatan secara pribadi terhadap orangtua tentang masalah-masalah yang terjadi dan pendekatan secara kelompok yang memiliki masalah/kesulitan yang sama. Maksudnya pihak sekolah bisa membantu orangtua untuk menyelesaikan

permasalahannya secara perorangan atau secara kelompok. Untuk mendukung layanan ini maka perlunya kondisi tempat dan situasi yang memungkinkan orangtua dapat terbuka terhadap pendamping/terapis atau pimpinan. Layanan ini dapat direferalkan kepada pihak/ahli lain yang lebih kompeten lebih-lebih yang berkaitan dengan autisme dan seluk-beluknya. Pendekatan yang dipakai dapat berupa pengisian angket/kuesioner, wawancara mendalam (secara langsung) maupun wawancara secara tidak langsung (jarak jauh atau dekat).

c. Layanan konsultasi

Pihak sekolah dapat mengaplikasikan layanan konsultasi dalam hal ini sebagai consultant atau sebagai consultee. Consultant maksudnya menerima konsultasi dari orangtua anak autis mengenai segala permasalahannya baik masalah pribadi maupun sosial yang berkaitan dengan penanganan anaknya atau masalah lain sejauh masih bisa dibantu. Consultee maksudnya setelah menerima konsultasi dari orangtua anak autis, meneruskan/mengkonsultasikan lagi kepada sesama pendamping atau kepada pihak-pihak terkait yang dianggap dapat membantu/ memberikan masukan terselesaikan masalah orangtua yang bersangkutan misalnya kepada ahli gizi, psikolog, psikiater, tergantung dari jenis permasalahan yang dihadapi oleh orangtua anak autis.

Agar bantuan tersebut dapat berjalan dengan baik dan optimal maka pihak sekolah hendaknya merencanakan program pendampingan yang berkaitan

dengan keempat aspek di atas karena aspek-aspek tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan anaknya saat ini maupun masa yang akan datang dan hendaknya pihak SLB Autis Cipta Mulia Mandiri perlu memperluas wawasannya mengenai gangguan perkembangan anak autis dan penanganan, pendekatan-pendekatan psikologis terhadap orangtua yang dapat diberikan dalam bentuk layanan-layanan bimbingan, metode dan sumber/media.

2. Pihak Orangtua

Orangtua hendaknya mengadakan forum komunikasi antar orangtua yang mempunyai anak autis sehingga akan memungkinkan orangtua untuk saling sharing dan mendapat pencerahan. Orangtua juga disarankan terus-menerus memperluas wawasannya tentang gangguan perkembangan anaknya dan mengubah cara pandangnya, merespon segala peristiwa hidup secara dewasa dan mampu mengelola emosinya, mengembangkan kehidupan spiritual atau religiusnya, mengembangkan ketrampilan sosial (lingkungan keluarga dan lembaga terkait).

DAFTAR PUSTAKA

Agerbeek, F. (September 2005). Lokakarya Seksualitas Klien dan Pekerjaan Sosial. (Handout). Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Albin, S.R. 1986. Emosi, bagaimana mengenal menerima dan mengarahkannya. Yogyakarta. Kanisius.

Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. . 1999. Penilaian Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Budhiman, M. dkk. 2002. Langkah Awal Menanggulangi Autisme. Jakarta: Majalah Nirmala.

“Ciri Anak Autis” Http://www.Apotik2000.net?apotik/autisma.asp?ano=01001.

Diakses tanggal 10 Agustus 2005.

Dampak Aktivitas Berlebih pada Otak Laki-laki. (2005, 2 Maret). KOMPAS. Hal.14. Danuatmaja, B. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Deteksi Dini Penting Dilakukan. (2005, 16 April), KOMPAS. Hal. 9. Furchan, A. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Malang:Usaha Nasional.

Gamayanti, L. I. (September 2005). Lokakarya Perkembangan Seksual pada Remaja Autis. (Handout). Yogyakarta : Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. “Guru Harus Memahami Autisme pada Anak” on line

Http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg21152.html. Diakses tanggal 11

Pebruari 2001.

Hanafi, A. M. dan Vrugteven F. (Oktober 2005). Lokakarya Autis, Perkembangan dan Masa Depannya. (Handout). Yogyakarta : Sobo Pakualam.

Handojo, Y. 2003. Autisma-Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, autis dan Perilaku lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Handoko, M. T. (2003). Lokakarya Menuju Hidup Bahagia. (Handout). Muntilan : Rumah Retret Fransiskan.

Hasibuan, Z. (Juni 2005). Lokakarya Menerima dan Memahami Keberadaan Anak Autis. (Handout). Yogyakarta: Fakultas peternakan Universitas Gadjah Mada.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Penerjemah : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama.

Kartono K. & Gulo D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung. Pionir Jaya.

Marijani, L. 2003. Bunga Rampai–Seputar Autisme dan Permasalahannya. Jakarta: Pt. Agro Media Pustaka.

Memahami dan Menangani Anak dengan Kebutuhan Khusus. (2002, Juni). Majalah Nakita; Panduan Tumbuh Kembang Anak.

Menangani Anak Autis. (2002, Februari). Majalah Nakita : Panduan tumbuh Kembang Anak.

Masidjo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta. Kanisius.

Messwati, E.D. (2005, 16 April). Tetap Optimis Mendampingi Penyandang Autis. KOMPAS, hal. 9,11.

Nara Nasrullah (2005, 2 Maret). Autis dan Tunagrahita, Tak sama dan Memang Berbeda. KOMPAS, HAL. 9.

“Peran Saudara Sekandung pada Anak Penyandang ASD” on line Http://puterakembara.org/leny.htm. (9/11/2006). Peran Saudara Sekandung pada Anak Penyandang ASD.

Peeters, T. 2004. Autisme. Jakarta : Dian Rakyat

Prasetyo, L. A. (2005, 31 Maret). Penyandang Autisme Perlu Penerimaan Masyarakat. KOMPAS. Hal. G.

Puspita, D. 2004. Untaian Duka Taburan Mituara hikmah perjuangan ibunda anak autistik. Bandung: Qanita, PT. Mizan Pustaka.

Puspita, D. (Juni 2005). Lokakarya Pentingnya Pendidikan Bagi Individu Autistik. (Handout). Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Safaria, T. 2005. Autisme – Pemahaman Baru untuk hidup secara bermakna. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sarasvati. 2004. Meniti Pelangi- Perjalanan seorang ibu yang tak kenal lelah menyerah dalam membimbing putranya keluar dari autisme. Jakarta: PT. Elex Media Kompitundo Kelompok Gramedia.

Satiadarma, M. P. 2001. Persepsi OrangTua Membentuk Perilaku Anak.Jakarta ; Yayasan Obor Indonesia.

Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan – Model-Model Kepribadian Sehat. Penerjemah : Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.

Simbolon, O. 2004. Autisme-Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan bagi Penyandang Autis. Jakarta: Dian Rakyat.

Sudaryati, S. (Juni 2005). Lokakarya Memahami dan Menerima Keberadaan Anak Autis. (Handout). Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. . (September 2005). Lokakarya Seksualitas Dan Problematik seksual pada

Anak Autis. ( Handout). Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal.Yogyakarta: Kanisius.

Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Vrugteveen, F. (November 2005). Lokakarya Spektrum Autisma. (Handout). Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Wijayakusuma, H, H.M. 2004. Anakku Sembuh dari Autisme- 100 pasien dari jumlah besar yang disembuhkan. Jakarta: PT. Dyatama Milenia.

. 2004. Autism dapat disembuhkan – 310 Penyandang Autism Jakarta: PT. Dyatama Milenia.

. 2004. Hembing telah sembuhkan anakku dari Autism- 210 pasien penyandang autisme. Jakarta: PT. Dyatama Milenia.

. 2005. Anakku Sembuh dari Autisme- 104 pasien dari jumlah besar yang disembuhkan. Jakarta: PT. Dyatama Milenia.

Winkel W.S & Hastuti M. M. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia.

Dokumen terkait