BAB II TINJAUAN PUSTAKA
E. Metode Analisis Data
5. Risiko Hukum
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak. 6. Risiko Reputasi adalah resiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
G. Analisis SWOT
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal (strenght dan
weakness) dan lingkungan eksternal (opportunity dan threats) yang dihadapi sebuah organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).11
Bagan 2.3 Analisis SWOT
11
Chen Blochar dan Lin, Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000. h. 19 BERBAGAI PELUANG
KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
SEL A
1. Mendukung Strategi Agresif
SEL C
3. Medukung Strategi Turn Around
SEL D
4. Mendukung Strategi Defensif
SEL B
46
Sel A memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat, namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak menentu dalam lingkungannya. Dengan demikian kita harus dapat menentukan bagaimana memanfaatkan peluang yang ada pada kita untuk meningkatkan posisi kompetitifnya.
Sel B menghadapkan organisasi pada isu strategis mobilization, yaitu kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diindentifikasi dengan kekuatan organisasi. Disini harus dilakukan mobilisasi sumber daya yang kekuatan organisasinya untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut bahkan jika mungkin mengubahnya supaya menjadi peluang.
Sel C menampilkan isu pilihan strategis investasi atau divestasi yang memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan, namun kemampuan untuk menggarapnya tidak dimiliki. Kalau dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar, sehingga dapat merugikan organisasi. Jika memang demikian lebih baik ditinggalkan dan diserahkan kepada organisasi lain yang menggarapnya, atau bisa juga mengambil keputusan tidak berbuat apa-apa.
Sel D adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan kotak atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah. Karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian), sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
H. Kerangka Pemikiran
Suhadji Lestiadi (2000) menyatakan bahwa BMT sebagai lembaga keuangan dapat berkembang karena beberapa kekuatan yang dimilikinya antara lain: Pertama, mandiri dan mengakar di masyarakat; Kedua, bentuk organisasinya sederhana; Ketiga, sistem dan prosedur pembiayaannya mudah dan; Kempat, memiliki jaringan pelayanan. Dan persoalan klasik yang dihadapi oleh lembaga keuangan seperti BMT dan koperasi adalah adanya kelemahan yang mendasar dan tantangan utamanya (umumnya koperasi simpan pinjam konvensional) dari sisi internal berupa kualitas SDM yang kurang memadai, lemahnya permodalan dan internal control yang lemah berupa belum bakunya sistem dan prosedur.
M. Amin Aziz (2001) berpendapat dari lebih 3.000 BMT yang tersebar di seluruh Nusantara, ada yang berhasil dan tentu ada pula yang kurang bahkan tidak berhasil. BMT-BMT yang berhasil antara lain adalah karena:
1. Secara operasional mampu melaksanakan prinsip-prinsip syariah secara berkesinambungan, yang dilandasi oleh kekuatan ruhiyah yang memadai dari pengurus dan pengelolalanya;
2. Adanya komitmen dan ghirah yang tinggi dari pendiri & pengelolanya, yang itupun berpangkal dari kesadaran ruhiyah yang cukup baik;
3. Didirikannya berorientasi pada landasan niat untuk beribadah pada Allah swt melalui penguatan ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan ummat;
4. Meluasnya dukungan dari para aghnia dan tokoh-tokoh masyarakat setempat termasuk perusahaan-perusahaan yang ada disekitarnya;
48
5. Kemampuan manajemen dan keterampilan teknis lembaga keuangan pengurus dan pengelolanya yang didukung oleh pelatihan yang cukup dan lengkap meliputi teori, praktek dan MMQ (metoda memahami dan mengamalkan al Qur'an);
6. Mampu memelihara kepercayaan masyarakat yang tinggi melalui hubungan emosional yang islami;
7. Pendiriannya dilakukan sesuai dengan petunjuk yang antara lain tercermin dalam buku “ Pedoman Cara Pendirian BMT” ;
8. Kemampuan menghimpun dana dengan pendekatan pendekatan islami dan manusiawi;
9. Berusaha secara terus menerus menjadi lembaga penyambung dan pemelihara ukhuwwah islamiyah diantara pengurus, pengelola, pokusma (Kelompok Usaha Muamalah) dan anggotanya.
Jika terdapat BMT yang kurang bahkan gagal beroperasi antara lain adalah karena tidak mengikuti atau menyimpang dari persyaratan atau faktor-faktor keberhasilan yang disebutkan di atas. Mereka tidak memahami ruhnya BMT, mendirikan dan menjalankannya dengan hanya bermodal semangat dan keinginan semata tanpa penguasaan ruh, ilmu dan pengetahuan teknis serta manajemen BMT.
Dan secara terperinci M. Amin Aziz menyebutkan indikator-indikator keberhasilan BMT adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kinerja keuangan yang baik, dalam hal ini BMT memiliki kemampuan dalam melakukan penataan, pengaturan, pembagian dan penempatan dana
(uang) dengan baik, teliti, cerdik dan benar. Sehingga keberlangsungan lancarnya arus dana di dalam mengelola kegiatan simpan pinjam BMT dan terus meningkatkan keuntungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memiliki kelembagaan dan manajemen yang baik, dalam hal ini BMT memiliki
kesiapan dalam melakukan operasinya dilihat dari sisi kelengkapan aturan-aturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan yang baik, SDM yang berkualitas, permodalan yang mencukupi, dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
3. Adanya rasa memiliki dan perhatian yang besar terhadap maju mundurnya BMT dari para pendiri, pengurus, pengelola dan seluruh anggota.
4. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT semakin besar.
Euis Amalia (2008) menyatakan bahwa penyebab BMT besar di Yogyakarta di antaranya melalui asosiasi jaringan, memiliki manajerial yang kuat, memiliki visi dan misi yang jelas, serta di miliki oleh masyarakat. Dan terdapat lima aspek yang menyebabkan organisasi besar ”high nobility dan hight profitibility” yaitu dengan:
1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pegawai.
2. Leadership mampu merealiasikan visi dan misinya yang dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Melalui sosial program masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat hadirnya BMT.
50
Bagan 2.4 Skema Alur Pikir
BMT
Masalah-Masalah Analisis Laporan System Support
Keuangan
Analisis Karakteristik
Analisis Resiko
Analisis value and attitude anggota BMT terhadap bisnis Analisis System Support Bisnis BMT Analisis SWOT Penanggulangan Faktor Keberhasilan Keberhasilan BMT Rasa memiliki Manajerial yang baik Assosiasi Jaringan Analisis Kolerasi Uji F Analisis Regresi Uji F
I. Tinjauan Teoritis Variabel-Variabel yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
1. Keberhasilan
Konsep keberhasilan senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai moral. Monzer Kahf mengutip pendapat M. N. Siddiqi mengatakan:
"Keberhasilan terletak dalam kebaikan. Dengan prilaku manusia yang semakin sesuai dengan pembakuan-pembakuan moral dan semakin tinggi kebaikannya, maka dia semakin berhasil selama hidupnya, pada setiap fase keberadaan, pada setiap langkah, individu muslim berusaha berbuat selaras dengan nilai-nilai moral."12
Dan dalam sebuah artikel yang memperoleh data dari milis mendukung pendapat tersebut, dimana dinyatakan bahwa dipercaya yang menjadi modal dalam bekerja dan berusaha dalam meraih keberhasilan diantaranya kerja keras (98%), pengetahuan (96%), pendekatan atau lobi (86%), keberuntungan (47%) dan yang terpenting dari hal itu semua adalah sikap/ tingkah laku (100%).13
Sedangkan bisnis yang merugi dalam Islam menurut DR. Mustaq Ahmad disebabkab oleh tiga faktor, yaitu:
a. Investasi modal yang jelek, maksudnya adalah menanamkan modal pada bisnis bisnis yang bertolak belakang dengan syariat agama, seperti menjual diri mereka untuk hal-hal yang bersifat sihir.
12
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam) Terjemahan Machnun Husein (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1995) h. 18
13
Citrus, "Faktor Keberhasilan", artikel ini diakses pada 22 Juli 2010 dari http://www.emfajar.net/chit-chat/faktor-keberhasilan/
52
b. Keputusan yang tidak sehat, diartikan keputusan yang hanya mementingkan dunia, menyukai hal-hal yang khabits, menyandarkan pada harta dan kekuasaan bukan kepada kebenaran dan keadilan.
c. Perilaku jahat, yang dimaksudkan adalah mempraktekkan riba, melibatkan diri dalam minuman keras dan judi, mengkhianati amanah dan kepercayaan.14
2. Rasa Memiliki
Adanya rasa memiliki dan perhatian yang besar terhadap maju mundurnya BMT dari para pendiri, pengurus, pengelola dan seluruh anggota merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan BMT. Karena dengan rasa memiliki BMT oleh para pendiri, pengurus dan pengelola akan memberikan hasil yang optimal dalam usaha mereka mengembangkan BMT. Dan dengan rasa memiliki BMT yang dimiliki anggota akan membuat para anggota menaruh kepercayaan lebih terhadap BMT dan meningkatkan loyalitas mereka. Selain itu dengan rasa memiliki yang dimiliki oleh seluruh komponen BMT akan menciptakan suasana kekeluargaan, bukan sekedar mitra kerja. Oleh karena itu rasa memiliki ini memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan sebuah BMT.
3. Manajerial yang baik
Sebagai lembaga keuangan yang dikelola secara profesional, maka BMT harus menganut prinsip-prinsip manajemen. Oleh karena itu BMT tidak bisa dikelola hanya dengan berbekal semangat saja. Aspek ekonomi dan manajemen keuangannya harus dikuasai secara maksimal. Setiap insan BMT harus mampu mengikuti trend
14
perkembangan lingkungan bisnisnya, sehingga tidak ketinggalan inovasi produknya terus dilakukan dalam rangka merebut pasar.
Secara garis besar, fungsi manajemen itu dibedakan menjadi empat, yajni planning (perencanaan), actuating (pelaksanaan), organizing (pengorganisasian) dan controling (kontrol/ pengawasan). Berbagai fungsi manajemen itu dimaksudkan untuk:
a. Mencapai tujuan organisasi
Manajemen merupakan tindakan menata setiap elemen organisasi supaya tujuan organisasi dan individu dapat dengan mudah dicapai.
b. Menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen berguna untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang berbeda dalam satu organisasi. Seperti kepentingan karyawan berbeda dengan kepentingan pemilik, pemilik berbeda dengan kepetingan masyarakat dan lingkungan dan lain-lain. Juga untuk menyelaraskan konflik yang mungkin muncul atau bahkan menciptakan 'konflik' supaya organisasi tetap dinamis. c. Mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi.
Yakni ukuran kualitatif dan kuantitatif keberhasilan sebuah organisasi. Manajemen berguna untuk meningkatkan apakah organisasi tersebut telah efektif dan efisien. Efektif berarti kemampuan untuk menetapkan tujuan yang benar. Sedangkan efisien berarti kemampuan untuk mencapai pekerjaan dengan cara yang tepat. Dengan demikian, efisien itu berkaitan dengan
54
perhitungan matematis jika output (hasil) lebih besar dibanding dengan input (masukan/ biaya), berarti manajemen telah efisien.
BMT sebagai organisasi bisnis yang juga berfungsi sosial, harus dikelola dengan mengacu pada prinsip manajemen tersebut, yang tentu saja dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan kaidah Islam adalah prinsip amar ma'ruf dan nahi mungkar, kewajiban menyampaikan amanah, kewajiban menegakkan kebenaran dan kewajiban menegakkan keadilan.15
4. Assosiasi Jaringan
Menurut Robert M. Z. Lawang (2004) jaringan (network) dimengert sebagai: a Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan
media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. b. Ada kerja simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial
menjadi satu kerjasama, buka kerja bersama-sama.
c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat "menangkap ikan" lebih banyak.
15
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil. Yogyakarta: UII Press, 2004. h. 135-137
d. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak dapat berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya dua saja.
e. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
f. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.
Sedangkan Powell dan Smith-Doer (1994) berpendapat bahwa jaringan sosial (social network) biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani dengan baik sebagai pelicin dalam memperoleh sesuatu yang dikerjakan, sebagai jembatan untuk memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial.
J. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas penulis akan mengajukan hipótesis atau pendugaan sementara dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
56
Hipotesis (1)
Ho : bi = 0 Variabel rasa memiliki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel rasa memiliki berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
Hipotesis (2)
Ho : bi = 0 Variabel manajerial yang baik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel manajerial yang baik berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
Hipotesis (3)
Ho : bi = 0 Variabel assosiasi jaringan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel assosiasi jaringan berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan).
57
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif kualitatif. Penelitian kuantitatif yakni penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis data dengan menggunakan statistic atau permodelan matematis.1 Kemudian setelah pengujian variabel-variabel dilaksanakan, berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT, data dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan dengan teori yang ada kemudian akan diambil suatu kesimpulan.
B. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan orang atau lembaga terkait dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT.
1
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media Komutindo, 2004,. H.34
58
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lain yang berkaitan dengan materi pada masalah penelitian ini. Dan dalam ini penulisan ini, data sekunder yang diperoleh berupa Hasil Rapat Akhir Tahunan (RAT) tahun 2009 dan Laporan Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan orang atau lembaga terkait mengenai berbagai upaya dan faktor yang mendukung dalam mencapai keberhasilan BMT.
b. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (angket) terhadap nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis. Dalam penelitian ini kuesioner mengumpulkan data dari 80 responden.
c. Studi kepustakaan yaitu telaah terhadap sumber-sumber teks, melalui buku-buku, penelitian-penelitian terdahulu yang terkait baik skripsi, thesis, jurnal maupun majalah dan koran, serta artikel-artikel yang terkait penelitian ini. d. Men-Download data-data yang terkati dari berbagai website dan blog, dan
jurnal-jurnal, serta informasi yang terkait dengan penelitian ini, melaui search enginewww.google.com.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagi berikut: a. Hasil wawancara dengan pihak yang mengetahui tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, dalam hal ini pihak BMT Berkah Madani Cimanggis dan nasabah pembiayaannya untuk memperoleh gambaran jelas mengenai permasalahan yang dibahas.
b. Laporan keuangan publikasi, adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan BMT, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang didapat dari laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) tahun 2009.
c. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data-data dari instansi terkait seperti BMT Berkah Madani Cimanggis, Inkopsyah dan instansi lainnya yang bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.
C. Variabel dan Pengukuran Variabel 1. Jenis variabel
Dalam penulisan skripsi ini jelas variabel yang digunakan adalah: a. Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel ini merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang
60
diobservasikan.2 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasa memiliki, manajerial yang baik, dan assosiasi jaringan.
b. Variabel terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
2. Pengukuran Variabel
Dalam sebuah penelitian kuantitatif, variabel independen atau variabel bebas dilambangkan dengan huruf (X). Karena memiliki tiga variabel bebas, maka variabel-variabel tersebut bisa dilambangkan X1, X2, X3 dimana:
X1 = adalah rasa memiliki
X2 = adalah manajerial yang baik X3 = adalah assosiasi jaringan
Sedangkan variable dependen atau variable terikat yang memiliki satu variable dilambangkan dengan huruf (Y), dimana Y = keberhasilan BMT
2
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007,. h.11
D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam mendapatkan data dan informasi peneliti melakukan penelitian pada BMT Berkah Madani Cimanggis, dengan mendapatkan data berupa laporan keuangan, laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang terdiri dari laporan neraca dan laboran laba rugi. Penelitian ini dilakukan di BMT Berkah Madani Cimanggis, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT, data dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan dengan teori yang ada kemudian akan diambil suatu kesimpulan.
E. Metode Analisa Data
1. Instrument dan Uji Instrumen Penelitian
Dalam studi ini instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan didesain berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan 5 kategori penelitian dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot sebagai berikut :
62 Tabel 3.1 Skala Likert Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Ragu-Ragu (RR) Setuju (S) Sangat Setuju (SS) Fav 1 2 3 4 5 Un Fav 5 4 3 2 1 a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner da dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam prekteknya belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Validitas data yang akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara. Bila sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel, tetapi bila si responden merasa malu, takut, dan cemasakan jawabannya,maka besar kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiappengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Semakin kecil
kesalahan pengukuran,maka reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukur,makin tidak reliabel alat pengukur tersebut.untuk mengetahui tingkat reliabelitas adalah besarnya nilai Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 0.7 – 0.89, standarisasi reliabilitas ini didasarkan pada kaidah reliabilitas Guilford.
Tabel 3.2
Kaidah Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria < 0.2 Tidak Reliabel 0.2 – 0.39 Kurang Reliabel 0.4 – 0.69 Cukup Reliabel 0.7 – 0.89 Reliabel > 0.9 Sangat Reliabel
2. Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis kolerasi, analisis regresi serta mengintepretasikan hasil kolerasi.
a. Analisis Kolerasi
Analisis kolerasi digunakan untuk menguji tentang ada tidaknya hubungan antar variabel satu dengan yang lain. Dalam analisis kolerasi yang diperhatikan adalah arah (positif atau negatif) dan besarnya hubungan atau kekuatan. Koefisien kolerasi mempunyai harga -1 hingga +1 (bergerak dari nol hingga
64
satu dan memiliki nilai positif atau negatif). Semakin mendekati nilai 1 maka semakin besar atau kuat hubungan variabel atau sempurna, sebaliknya semakin mendekati 0 maka semakin lemah atau kecil hubungannya. Analisis kolerasi dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Spearman, karna digunakan untuk menganalisis kolerasi non parametrik yang variabelnya bersifat ordinal.3 Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel tersebut berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisien kolerasi sebagai patokan :
Tabel 3.3
Pedoman untuk Mengintepretasikan Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat Kuat Sumber: Sugiono (2002:183) b. Analisis Regresi
Analisis regresi berguna untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, karena menggunakan lebih dari satu variabel bebas (independent). Selain itu penggunaan model regresi linier