SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
LIA SYUKRIYAH SA'RONI
NIM : 106046101646
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
LIA SYUKRIYAH SA’RONI
NIM. 106046101646
Pembimbing
Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, PhD
NIP. 1961062441985121001
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 10 Desember 2010
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012
Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (...) NIP. 150281979000000000
Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, Ph.D (...) NIP. 1961062441985121001
Penguji I : Drs. H. Zainul ArifinYusuf, M.Pd (...) NIP. 195607121981031003
iv LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Muharram 1432 H Desember 2010 M
v
LIA SYUKRIYAH SA’RONI. NIM 106046101646. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Kosentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.
Isi: xiv + 124 halaman + 12 lampiran, 46 literatur (1993 – 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Berawal dengan keadaan masyarakat yang
unbankable menutup jalan mereka untuk memperoleh modal melalui akses bank. Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana melalui renternir, namun jasa kredit informal (rentenir) tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Dengan hadirnya BMT yang memenuhi ciri-ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal, menuai reaksi positif dan meraih keberhasilan. Begitu pula BMT Berkah Madani Cimanggis yang mengalami peningkatan SHU, kinerja BMT, asset,
outstanding pembiayaan dan simpanan anggota.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kuantitatif dengan jenis analisis statistik, yakni statistik induktif tepatnya statistik nonparametrik dengan skala pengukuran skala ordinal. Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan BMT. Dengan menggunakan analisis kolerasi (koefisien kolerasi Spearman) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independent (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan). Selain itu juga menggunakan model regresi (regresi linear berganda) untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, penelitian ini menggunakan Analisis Laporan Keuangan, Analisis Karakteristik, Analisis Risiko, Analisis Value and Attitude Anggota terhadap Usaha, Analisis Support Bisnis BMT dan Analisis SWOT.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan manajerial yang baik, tidak ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan jaringan yang dimiliki dan ada hubungan yang signifikan antara manajerial BMT yang baik dengan jaringannya. Dan diketahui bahwa 65% Keberhasilan BMT dapat dijelaskan oleh variabel Rasa memiliki, Manajerial yang baik dan Jaringan. Sedangkan sisanya (100% - 65% = 35%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Dan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis diantaranya kemampuan mengelola keuangan, karakteristik nasabah pembiayaan, kemampuaan BMT Berkah Madani Cimanggis untuk mengolah beberapa risiko (risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan), kedekatan antara nasabah dengan pengelola dan Information Technology (IT) serta network yang mendukung.
Kata Kunci: Faktor-Faktor Keberhasilan, BMT Berkah Madani Cimanggis.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur tiada henti pada Illahi Rabbi atas keindahan ilmu lentera ‘aqlu wa qalbu,
shalawat dan salam semoga selalu melimpah ke hadirat Rasul tauladan ummat, Muhammad
SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis” ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.EC, Ph.D, Dosen Pembimbing atas segenap
ilmu, waktu, kesempatan dan bimbingan yang diberikan hingga akhir penulisan skripsi ini,
semoga keindahan ilmu senantiasa melimpah berkah disetiap langkah.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat.
5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas kemudahan yang
vii yang dibutuhkan.
8. Ayahanda Drs. H. Sa’ronih Amin yang senantiasa beri motivasi tiada henti tuk cerdaskan diri
ini, Ibunda Hj. Nunung Nurhayati yang selalu sebut namaku disetiap isak tangis dan air mata
dalam sujud malamnya dan adik-adikku (E. Humaydi Sa’roni dan W. Mudrikah Sa’roni) yang
buatku tersenyum saat lemah dan lelah.
9. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC
2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
10.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Dzulhijah 1431 H November 2010 M
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
LEMBAR PENYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN, GRAFIK DAN GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………...……..………. 9
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ………. 11
E. Sistematika Penulisan ………...………. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
2. Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
4. Prinsip Operasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
5. Penghimpunan Dana ...
6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
ix
3. Efesiensi ...
4. Earning ... 5. Likuiditas ...
C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya ...
D. Analisis Laporan Keuangan ...
E. Analisis Karakteristik ...
I. Tinjauan Teoritis Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...
1. Keberhasilan ...
2. Rasa Memiliki ...
3. Manajerial yang Baik ...
4. Assosiasi Jaringan ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 57
B. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 1. Jenis Data ...
2. Teknik Pengumpulan Data ...
3. Sumber Data ...
57
57
58
59
C. Variabel dan Pengukuran Variabel ... 1. Jenis Variabel ...
2. Pengukuran Variabel ...
59
59
x
D. Ruang Lingkup Penelitian ... 61
E. Metode Analisis Data ...
1. Instrument dan Uji Instrument Penelitian ...
a. Uji Validitas ...
b. Uji Reliabilitas ...
2. Teknik Analisis Data ...
a. Analisis Kolerasi ... ...
b. Analisis Regresi ...
c. Koefisien Determinasi ...
3. Interpetasi Hasil Regresi ...
a. Adjusted R. Squered ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Laporan Keuangan ... 67
xi
E. Analisis Sistem Support Bisnis ... 101
1. Information Technology (IT) ... 2. Kerjasama dan Jaringan (Network) ... F. Analisis SWOT ... G. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis ... 1. Validitas dan Reabilitas ... 2. Analisis Kolerasi Spearman ... ... 3. Analisis Regresi Linier ... 101 103 105 107 107 110 112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 121
xii DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimaggis tahun 2007, 2008
dan 2009 ………... 6
Tabel 1.2 Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………... 7
Tabel 1.3 Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………... 8
Tabel 1.4 Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil ... 13
Tabel 1.5 Daftar Tinjauan Pustaka ………... 18
Tabel 2.1 Analisis Perbedaan Bank, Rentenir dan BMT ………. 37
Tabel 3.1 Skala Likert ……….. 62
Tabel 3.2 Kaidah Reliabilitas Guilford ……… 63
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Mengintepretasikan Koefisien Kolerasi ……… 64
Tabel 4.1 Rasio Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………. 67
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Tukar dan Porsi Nisbah ……...……… 86
Tabel 4.3 Risiko BMT Berkah Madani Cimanggis ………. 97
Tabel 4.4 Analisis SWOT BMT Berkah Madani Cimaggis ……… 105
Tabel 4.5 Item Total Statistic ………... 108
Tabel 4.6 Analisis Kolerasi Spearman ………. 110
xiii
Bagan 2.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK ………... 25
Bagan 2.2 Analisis Laporan Keuangan ………. 38
Bagan 2.3 Analisis SWOT ……… 45
Bagan 2.4 Skema Alur Pikir ………. 50
Grafik 4.1 Pertumbuhan Likuiditas BMT Berkah Madani Cimanggis ……. 68
Grafik 4.2 Pertumbuhan Solvabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 71
Grafik 4.3 Pertumbuhan Rentabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 72
Grafik 4.4 Pertumbuhan Profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis …. 75 Grafik 4.5 Pertumbuhan Aktifitas BMT Berkah Madani Cimanggis ……... 76
Grafik 4.6 Kualitas Pembiayaan BMT berkah Madani Cimanggis Periode 2007, 2008 dan 2009 ……….... 88
Grafik 4.7 Pertumbuhan Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ……… 94
Grafik 4.8 Pertumbuhan Tabungan Investasi dan Pembiayaan ………. 95
Gambar 4.1 Keadaan Responden Berdasarkan Usia …... ………... 78
Gambar 4.2 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………...…. 79
Gambar 4.3 Keadaan Responden Berdasarkan Status Pernikahan ……...…. 80
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Penndidikan Terakhir …....… 81
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Lama Usaha ...…………...…. 82
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Usaha ………...…. 83
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Letak Usaha …...………...…. 84
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Output SPSS ………... ………... 125
Wawancara I ………... 128
Wawancara II ……….. 138
Kuesioner………. 142
Data Kuesioner ………... 145
Tipologi Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis ……….. 148
Laporan Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis ……… 155
Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis ……… 167
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ……….. 183
Surat Penelitian/ Wawancara ke BMT Berkah Madani Cimanggis …………... 184
Surat Keterangan Riset dari Berkah Madani Cimanggis ……… 185
1
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya kemiskinan timbul bukan dikarenakan tidak adanya
keterampilan, tetapi karena tidak adanya ketersediaan modal yang cukup. Karena
untuk meningkatkan produktivitas, ketersediaan modal yang cukup merupakan salah
satu faktor penunjang yang penting. Pada umumnya hal ini menjadi masalah bagi
masyarakat kecil. Keadaan mereka yang unbankable menutup jalan mereka untuk
memperoleh modal melalui akses bank, itu karena bank berpegang pada asas
bankable dalam memutuskan kreditnya.
Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana dengan
akses mudah melalui renternir, walau mereka harus menanggung suku bunga yang
sangat tinggi yang lambat laun akan mematikan usahanya. Jasa kredit informal
(rentenir) tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena tidak mampu
meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Jasa kredit informal ini umumnya hanya
bersifat jangka pendek, akibatnya tidak mampu menciptakan akumulasi permodalan.
Pelayanan kredit tersebut hanya sekedar untuk membantu mempertahankan
kehidupan, tetapi tidak mampu meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan
2
dengan kata lain, jasa kredit informal ini dapat berdampak sebagai pola kemiskinan
yang baru1.
Pada dataran idealitas, pemberian pinjaman atau kredit harus diartikan
sebagai suntikan modal yang bersifat sementara dan rangsangan. Selain itu
pemberian pinjaman harus dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang
berkepanjangan. Karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi
yang pada akhirnya akan meningkatkan kapitalitas usaha kecil dan meningkatnya
produksi, dengan meningkatnya pendapatan dapat diartikan meningkatnya
kesejahteraan. Atas dasar peningkatan produksi tersebut, maka tabungan juga akan
mengalami peningkatan. Inilah titik awal kapitalisasi permodalan usaha kecil. Untuk
itu, berikut ini adalah beberapa ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal:
1. Mencerminkan prinsip sosial dan ekonomi.
2. Lembaga tersebut harus mudah dikontrol dan diawasi.
3. Lembaga tersebut harus mampu menciptakan distribusi aset atau kekayaan
secara merata dan adil.
4. Lembaga tersebut harus mendapatkan keuntungan.
5. Lembaga tersebut harus konsisten dengan visi dan misinya.
6. Lembaga tersebut memiliki prosedur yang sederhana dan praktis.
1
Berbagai bentuk lembaga yang memiliki keenam ciri tersebut secara ideal sudah
cukup banyak. Pendirian BKK (Badan Kredit Kecamatan), BUKP (Badan Usaha
Kredit Pedesaan), BPR (Bank Perkreditan Rakyat), P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan) dan sejenisnya dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kepada kelompok mikro. Namun, karena pembentukannya bernuansa proyek, maka
perkembangannya sangat lamban, bahkan banyak yang bermasalah dengan kredit
macet2. Maupun masalah lainnya seperti adanya kebocoran dalam penyaluran dana.
Sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus (1975) bahwa bila sebuah program
pengentasan kemiskinan mengizinkan mereka yang relatif tidak miskin untuk turut
serta, maka kaum miskin dengan segera akan tersikut keluar dari program oleh
mereka yang keadaannya lebih baik3.
BPR sesungguhnya lebih profesional dibandingkan dengan badan kredit
proyek tetapi karena berbentuk bank, maka prosedurnya sering terjebak dengan
prosedur perbankan yang kaku dan rumit. Sehingga banyak pengusaha kecil dan
mikro tidak mampu menjangkaunya. Kehadiran BMT (Baitul Maal wat Tamwil)
diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. Dari
segi namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial sejenis BAZIS (Badan Amil Zakat)
2
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 29.
3
4
sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis. Oleh karenanya, BMT secara segi
nama telah melekat dua ciri sosial dan bisnis4.
Dalam menciptakan dan menumbuhkan wirausaha-wirausaha yang tangguh
dibutuhkan sebuah inkubator bisnis yang merupakan suatu model pendekatan yang
diterapkan untuk mempercepat penciptaan calon pengusaha baru (tenant) atau
peningkatan kualitas pengusaha kecil yang tangguh dan profesional. Terbukti dengan
hasil penelitian di Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pengusaha pemula di AS
yang tidak melalui program inkubator bisnis, 80 persen usahanya gagal sebelum lima
tahun. Sedangkan pengusaha yang tumbuh melalui inkubator bisnis, hanya 20 persen
yang gagal usahanya dalam periode waktu yang sama5. Untuk itu dibentuklah
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang merupakan lembaga yang
membantu menyempurnakan konsep, mensosialisasikan, membina dan
mengembangkan BMT (pendamping)6. Keberhasilan PINBUK pun nampak dari
jumlah BMT yang telah bergabung, tercatat hingga saat ini ada lebih dari 3.000 unit
yang bergabung. Diantaranya adalah 106 BMT bekerjasama dengan Departemen
Sosial, 82 BMT Nagari di Kabupaten Agam, 30 BMT bekerjasama dengan
Depnakertrans yang ditempatkan di unit pemukiman transmigrasi, serta 500 BMT
4
Muhammad Ridwan Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 31.
5
Hendra Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://hendrakholid.net/bog/2009/05/26/pinbuk-dan-inkopontren-2/
6
Shar-E dengan Bank Muamalat7. Tentunya keberhasilan PINBUK beriringan dengan
keberhasilan BMT. Seperti salah satunya Baitul Maal wat-tamwil Maslahah
Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri yang terus mengalami pertumbuhan
modal, omzet, asset dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang terus bertambah tiap
tahunnya8. Keberhasilan kredit mikro juga nampak dengan keadaan yang membaik
pada penyaluran pembiayaan kredit BRI dengan BRI unit-nya yang dianggap paling
menonjol diantara perbankan konvensional dalam layanan terhadap UMKM dan
masyarakat miskin. Di mana pada priode 31 Desember 2000 hanya menyalurkan
kredit sebesar 37% tercatat membaik pada periode 31 Desember 2004 dengan
menyalurkan kredit sebesar 71%9.
Kesuksesan menjalankan micro finance ini juga telah dialami oleh
negara-negara di belahan dunia lainnya, salah satunya adalah Bangladesh. Muhammad
Yunus dengan pola Grameen Bank nya telah berhasil memberi solusi pengentasan
kemiskinan, bahkan telah memperoleh Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun
2006. Dan telah menjadi inspirasi bagi banyak negara yang mengadopsinya, yaitu
hampir 130 negara di dunia (kebanyakan Negara Asia dan Afrika)10. Indonesia juga
merupakan salah satu negara yang turut mengadopsi Pola Grameen Bank ini. Konsep
7
Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)"
8
Mokh. Syaiful Bakhri. "BMT-MMU Sidogiri: Sukses Memasuki Dunia Lain", artikel ini diakses pada 08 April 2010 dari http://www.pnm.co.id/content.asp?id=740&mid=54
9
Awalil Rizky BMTFakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil Yogyakarta: Penerbit UCY Press, 2007, h.183
10
6
yang menginspirasi banyak pihak itu tak kecuali mengilhami berdirinya BMT Berkah
Madani yang melakukan upaya penyaluran pembiayaan dengan konsep serupa.
Bersama dengan UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, BMT Berkah
Madani mengembangkan konsep tersebut khusus pembiayaan produktif yang
disalurkan bagi perempuan miskin11.
Keberhasilan juga dirasakan oleh BMT Berkah Madani Cimanggis, hal itu
ditunjukkan dengan peningkatan kinerja yang signifikan. Beberapa peningkatan yang
terjadi diantaranya adalah:
1. Peningkatan Aktiva Produktif
Aktiva produktif BMT Berkah Madani Cimanggis berupa piutang murabahah
dan pembiayaan yang disalurkan. Selama tahun 2008 BMT Berkah Madani
Cimanggis telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2.008.750.000,- dengan
outstanding pembiayaan pada 31 Desember 2008 sebesar Rp 531.123.618,-.
Perincian jumlah pembiayaan per jenis produk disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Pembiayaan 2007 2008 2009 trend %
Piutang Murabahah Rp 433.164.442,- Rp 421.934.113,- Rp 606.367.606,- ↑ 43,71%
Piutang Mudharabah Rp 28.506.117,- Rp 27.687.300,- Rp 304.687.300,- ↑ 1.000%
Piutang Ijarah Rp 69.658.686,- Rp 82.729.634,- Rp 124.456.717,- ↑ 50,44%
Piutang Al Qard Rp 11.841.778,- Rp 10.630.000,- Rp 6.358.500,- ↓ -40,18%
Total Rp 542.811.023,- Rp 542.981.056,- Rp 1.041.870.123,- ↑ 91,88%
Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis
11
2. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan BMT Berkah Madani Cimanggis bersumber dari dana
simpanan anggota dan simpanan berupa tabungan, investasi berjangka
mudharabah dan investasi terikat (mudharabah muqayyadah). Penghimpunan
dana dari anggota (modal) yang dicapai selama tahun 2009 turun dari Rp
36.200.000,- menjadi Rp 31.200.000,- mengalami penurunan sebesar Rp
5.000.000,-. Sedangkan dana tabungan dan investasi terus meningkat setiap
tahunnya. Adapun rincian jumlah tabungan dan investasi dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %
Tabungan Berkah Rp 257.399.878,- Rp 238.330.095,- Rp 250.648.582,47 ↑ 5,17%
Tabungan Berkah Hasil Rp 170.580.237,- Rp 148.910.388,- Rp 166.868.486,25 ↑ 12,06%
Tabungan Berkah Amanah Rp 13.268.635,- Rp 13.717.609,- Rp 45.074.597,53 ↑ 228,59%
Tabungan Berkah Siswa Rp 68.270.467,- Rp 69.689.933,- Rp 33.290.529,39 ↓ -52,23%
Tabungan Berkah Talbiyah Rp 1.099.534,- Rp 2.697.134,- Rp 2.165.666,09 ↓ -19,70%
Tabungan Berkah Qurban Rp 3.934.859,- Rp 3.082.510,- Rp 3.144.978,20 ↑ 2,02%
Tabungan Berkah Fitri Rp 237.146,- Rp 118.556,- Rp 91.260,80 ↓ -23,02%
Tabungan Berkah Walimah - Rp 113.965,- Rp 13.064,21 ↓ -88,54%
8
Tabel 1.3
Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %
Investasi Berjangka Berkah Invest
Rp 615.687.771,- Rp 669.987.876,- Rp 957.427.530,- ↑ 42,90%
Berkah Invest 1 Bulan Rp 311.882.000,- Rp 122.137.101,- Rp 215.943.775,- ↑ 76,80%
Berkah Invest 3 Bulan Rp 47.525.980,- Rp 36.500.000,- Rp 45.840.156,- ↑ 25,59%
Berkah Invest 6 Bulan Rp 152.579.791,- Rp 197.700.000,- Rp 222.312.608,- ↑ 12,45%
Berkah Invest 12 Bulan Rp 103.700.000,- Rp 313.650.775- Rp 473.330.514,- ↑ 50,91%
Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis
Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis merupakan suatu hal yang
menarik untuk diteliti lebih jauh guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan sebuah BMT pada umumnya dan BMT Berkah Madani pada khususnya.
Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah judul skripsi:
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini dibatasi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah BMT, khususnya BMT
Berkah Madani.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah
pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa memiliki,
manajerial yang baik dan jaringan)?
b. Seberapa besar pengaruh variabel rasa memiliki, manajerial yang baik
dan jaringan terhadap keberhasilan BMT, baik secara simultan maupun
parsial?
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani
Cimanggis?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka
yang akan menjadi tujuan penelitian adalah:
a. Mengetahui bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa
10
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabel memiliki, manajerial yang
baik dan jaringan terhadap keberhasilan BMT.
c. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT
Berkah Madani.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini bisa dilihat dari beberapa
aspek, yaitu:
a. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam hal BMT.
b. Bagi BMT Berkah Madani, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilannya, sehingga dapat menjadi tolak
ukur pencapaian keberhasilan untuk menjadi lebih baik ke depannya.
c. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan
dan bahan untuk pengembangan dan penelitian tentang keberhasilan
BMT untuk lebih lanjut.
d. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus pada Beberapa BMT Masjid Jakarta)12.
Indriyati dalam membahas tingkat keberhasilan pada penelitiannya
menggunakan dua BMT Masjid, yaitu BMT Masjid Al-Azhar dan BMT
At-Taqwa Mandiri. Faktor-faktor penyebab kedua BMT ini dapat berhasil
menjalankan usahanya dengan baik antara lain sebagai berikut:
a. Kinerja Keuangan yang Baik
b. Kelembagaan dan Manajemen yang Baik
c. Tingkat Kepercayaan Masyarakat
d. Adanya Dukungan dan Partisipasi dari Banyak Pihak
Sedangkan kegagalan-kegagalan yang BMT At-Taqwa Mandiri dan BMT
Karsa Cendikia alami dalam menjalankan usahanya tak luput dari faktor-faktor
penyebab kegagalannya. Berikut faktor-faktor penyebab kegagalannya:
a. Kredit Macet
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
c. Kesulitan Modal
d. Kurangnya rasa memiliki (peduli) pengurus BMT terhadap BMT
12
12
2. Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: "Kemandirian Ekonomi Pola Syariah"13
Faisal dalam jurnal ini bahwa keberhasilan Baitul Maal wat-tamwil
Maslahah Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri tidak lepas dari
kepercayaan masyarakat dengan mengembangkan beberapa pola, diantaranya:
a. Kosistensi dengan sistem syariah dalam pengelolaan bidang usahanya.
b. BMT-MMU terus berusaha menguatkan profit.
c. Menerapkan Manajemen Rasul, yakni siddiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya) dan fathonah (profesional).
d. BMT-UGT menekankan dalam pemberian pelayanan yang adil, mudah dan
maslahah atau memberikan manfaat.
3. Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)14
Abdullah Maharazi menganalisa kelemahan dan keunggulan BMT sebagai
acuan bahwasanya BMT memiliki prospek yang baik dan lebih fleksibel. Dan
13
Faisal. "Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: Kemandirian Ekonomi Pola Syariah", ini diakses pada 08 April 2010 dari
http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008
14
untuk memaksimalkan konsep Abdullah menganalisisnya berdasarkan analisis
SWOT.
Tabel 1.4
Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) PELUANG (O) TANTANGAN (T)
Akad-akad lebih inovatif
STRATEGI S-O STRATEGI W-O STRATEGI S-T STRATEGI W-T
14
4. Jaringan Kerjasama Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dalam Organisasi Koperasi15.
Titik Sartika mengemukakan tentang hasil analisis data yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang menarik, diantaranya yaitu:
a. Analisis koefisien korelasi membuktikan adanya hubungan antara
variabel-variabel jaringan kerja sama (kerja sama, harapan sama, saling membantu dan
interaksi) para anggota UKM dalam anggota koperasi dengan kemajuan dan
efisiensi kegiatan usaha mereka.
b. Analisis regresi untuk penelitian Hipotesis 1 menyatakan bahwa kerja sama,
harapan sama dan interaksi para anggota dalam organisasi koperasi
mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap kemajuan kegiatan usaha
mereka. Sedangkan saling membantu diantara mereka tidak ada pengaruhnya
terhadap kemajuan kegiatan usaha mereka.
c. Pengujian Hipotesis 2 dengan mempergunakan analisis regresi membuktikan
bahwa kerja sama, harapan sama, saling membantu dan interaksi para anggota
UKM dalam organisasi koperasi mempengaruhi efisiensi kegiatan usaha
mereka.
15
5. Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus Pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)16.
Dini Vidyawati dalam skripsi ini menyebutkan bahwa terdapat beberapa
masalah yang dihadapi BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan dan
pemecahannya dalam upaya meningkatkan pendapatan pengusaha kecil. Berikut
ini beberapa masalah dan pemecahannya:
a. Kurangnya komunikasi antara nasabah dan staf BMT.
Pemecahannya adalah mengadakan pembinaan kepada anggota BMT secara
personal mengenai manajemen usaha, pengajian dan acara ceremonial seperti
maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam acara ceremonial tersebut diberikan
pembekalan mengenai usaha dengan sistem ekonomi syariah. Para staf
marketing BMT Al-Karim terjun langsung ke lapangan setiap hari mengambil
tabungan dan angsuran pinjaman nasabah. Disamping itu para staf marketing
tersebut mengadakan komunikasi dengan nasabah mengenai usaha yang
mereka kelola. Dalam komunikasi tersebut merupakan kesempatan bagi para
nasabah untuk menyampaikan keluhan-keluhan maupun permasalahan yang
mereka hadapi dalam usahanya.
16
16
b. Terbatasnya dana yang dimiliki oleh BMT Al-Karim
Untuk mengatasinya pihak BMT Al-Karim melakukan kerjasama dengan
bank dan lembaga di luar bank seperti PNB, dan lembaga amil zakat seperti
Dompet Dhuafa dan BAZIS.
c. Terkadang timbulnya kredit macet
Diatasi dengan cara memberikan penyuluhan tentang manajemen dasar
pengembangan usaha sehingga resiko terjadinya kredit macet dapat diperkecil,
disamping itu pula melalui tindakan persuasif serta kebijakan keringanan
misalnya waktu angsuran diperpanjang dan bagi hasil diperkecil.
6. Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan.17
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan dapat disimpulkan bahwa Rasio
Likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio dari tahun 2003- 2005
mengalami peningkatan pada current ratio , namun apabila dibandingkan dengan
rasio standarnya, rasio keungan, quick ratio masih berada dibawahnya, hal ini
berarti kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban lancarnya lebih rendah.
Untuk Rasio Solvabilitas yang terbentuk Debt Ratio dan Debt to equity ratio,
terus mengalami penurunan dibandingkan dengan rasio standarnya, Hal ini berarti
17
bahwa total aktiva yang dimiliki koperasi lebih besar jika digunakanmemenuhi
hutang koperasi. Untuk Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin,
Ratio Total Assets Turnover, Return on Total Assets, dan Return on Equity,
walaupun mengalami penurunan semuanya masih berada diatas rasio standarnnya
kecuali Return on Total Assets, hal ini berarti tidak maksimalnya koperasi dalam
menghasilkan laba/profit melalui total aktiva.
6. Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam18
Penelitian ini menemukan keadaan yang lebih beragam sehubungan dengan
eksistensi BMT (beberapa BMT berkembang pesat dan terus memperluas bisnisnya
sementara beberapa BMT terancam bangkrut karena kegagalan pada nasabah untuk
membayar kembali pinjamannya. Beberapa poin utama hasil penemuan penelitian:
1. Sebagian besar BMT dijalankan oleh para pengusha social dan komitmen
kuat untuk membangun keadaan social berdasaran prinsip-prinsip Islam.
Kepemimpinan dan komitmen ini sangat mempengaruhi keberhasilan
operasi, sama halnya dengan keberadaan peraturan
2. Kurang promosi terhadap jasa-jasa yang ditawarkan BMT secara umum
menghambat perkembangan BMT. Hal ini menciptakan persepsi
seakan-akan BMT adalah organisasi pemberi sumbangan. Persepsi seperti ini
18
18
menyebabkan timbulnya permasalahan bagi BMT ketika harus menagih
pembayaran kembali pinjaman-pinjaman yang diberikan.
3. Beberapa BMT menjalankan kegiatn bisnis sampingan. Keberhasilan dan
kegagalan bisnis sampingan ini sering kali member keuangan terhadap
operasi BMT.
Tabel 1.5
Daftar Tinjauan Pustaka
No Nama Penulis/ Tahun/ Judul Isi Skripsi Beda dengan Penulis 01 Indriyati/ 2007/ Analisis yang dilakukan hanya analisis laporan
Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan dengan melaksanakan beberapa analisis, diantaranya analisis laporan keuangan, analisis karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude
nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT.
Dan pada penelitian ini pula dijelaskan hubungan beberapa variabel yang mempengaruhi keberhasilan BMT. Dan lokus penelitian yang berbeda. beberapa faktor yang mendukung.
Sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti beberapa variabel (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan) yang merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis
03 Abdullah Maharazi/ 2007/
Pada skripsi terdapat
analisis SWOT
terhadap penguatan BMT
Sedangkan pada penelitian ini
analisis SWOT yang
dilaksanakan lebih spesifik, yakni terhadap BMT Berkah Mandani Cimanggis.
04 Titik Sartika/ 2003/ Jaringan Kerjasama Usaha Kecil kemajuan dan efisiensi kegiatan usaha mereka.
Sedangkan pada penelitian penulis menjelaskan hubungan antara variabel keberhasilan BMT dengan variabel rasa pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)
Dalam skripsinya Dini membahas beberapa kendala yang dihadapi BMT Al-Karim dengan
karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude
nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT untuk menemukan kendala yang dihadapi BMT Berkah Madani Cimanggis.
06 Haidir/ 2007/ Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan.
Haidir menggunakan 3 Rasio Analisis Laporan
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis laporan keuangan dengan menggunakan 5 rasio keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Profitabilias dan Aktivitas) untuk mengetahui keberhasilan membahas beberapa faktor yang mendukung keberhasilan
BMT Berkah Madani
20
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada setiap
babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review)
kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka, berisi penelitian terdahulu, landasan teori dan kerangka pemikiran.
BAB III Metodologi Penelitian, berisi metode penelitian, data dan teknik pengumpulan data, penjelasan mengenai variabel - variabel penelitian,
ruang lingkup penelitian, serta metode analisis data dengan mengunakan
instrumen dan teknik uji instrumen penelitian, teknik analisa data dan
interpretasi hasil regresi.
BAB IV Hasil Penelitian, berisi analisis yang dilakukan untuk memperhitungkan kolerasi antar variabel independent, dilanjutkan dengan analisis regresi
linier berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
baitulmaal wat tamwil (BMT). Selanjutnya melihat seberapa kuat
melihat koefisien determinannya. Kemudian menginterpretasikan hasil
analisis dan model yang telah terbentuk.
Lalu dilanjutkan dengan analisis keuangan BMT Berkah Madani
Cimanggis, analisis karakteristik, analisis resiko (risk analysis), analisis
value dan attitude anggota BMT Berkah Madani Cimanggis terhadap
bisnis, analisis support bisnis BMT Berkah Madani Cimanggis dan
terakhir analisis SWOT. Setelah itu tahap terakhir yaitu menyimpulkan
faktor-faktor keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalah yang
telah diangkat, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan
baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.1
2. PeranBaitul Maal wat Tamwil (BMT)
Secara umum peran BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang
berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip
syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan
syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang
serba cukup dalam hal ilmu pengetahuan dan materi, maka BMT mempunyai
tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan
masyarakat.
1
Maraknya rentenir atau lintah darat di tengah-tengah masyarakat juga
mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak
menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap perekonomian masyarakat tidak
lain karena tidak adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif dalam
menyelesaikan masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu, BMT
diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan
keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya memiliki beberapa peran,
diantaranya yaitu:
a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan
sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting system ekonomi Islami.
Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara
bertransaksi yang Islami, misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang
curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif
menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan
pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan terhadap
usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung
rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam
memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi
24
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi
BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus
pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi
dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya
dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah
dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang
mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam
BMT tersebut. Struktur organisasi BMT dan tugas dari masing-masing struktur
adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan
tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.
b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT.
c. Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam
merealisasikan programnya.
d. Manajer, bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan
memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.
e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk
BMT.
g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT.
Dalam struktur organisasi standar dari PINBUK, musyawarah anggota pemegang
simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan pembina
manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh
manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari
dari pemasaran, kasir, dan pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan
koordinatif dengan maal, pemasaran, kasir dan pembukuan.
Bagan 2.1
Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
Dewan Syariah Pembina Manajemen
Manajer
Tamwil Maal
Pemasaran Kasir Pembukuan
26
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:
a. Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT
b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT
c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan
jangka panjang
d. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi
BMT.
4. Prinsip OperasiBaitul Maal wat Tamwil (BMT)
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah yakni
menggunakan:
1) Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberian pinjaman dengan
BMT. Dengan menggunakan beberapa pilihan akad diantaranya
2) Sistem jual beli
Sistem jual beli merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa
melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak
sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan
ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia
dana. Dengan menggunakan pilihan akad, yaitu: bai' murabahah, bai'
al-salam, bai'al-istishna dan bai' bitsaman ajil
3) Sistem non-profit
Sistem yang sering disebut sebagai pelayanan kebajikan ini merupakan
pembiayaan yang bersifat social dan non-komersial. Nasaba cukup
mengembalikan pokok pinjamannya saja. Sistem ini menggunakan akad
al-qordhul hasan.
4) Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan
perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati. Akad bersyarikat
ini terdapat dalam akad al-mudharabah dan al-musyarakah.
5) Produk Pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
28
tertentu. Bentuk pembiayaan itu sendiri, diantaranya: Pembiayaan
al-murabahah (MBA), pembiayaan al-bai' bitsaman ajil (BBA), pembiayaan
al-mudharabah (MDA) dan pembiyaan al-musyarakah (MSA).
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi mayarakat, maka
BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus
memenuhi syarat:
a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah
b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan
c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
5. Penghimpunan Dana 1) Penyimpanan Dana
a) Sumber dana BMT
(1) Dana masyarakat
(2) Simpanan biasa
(3) Simpanan berjangka atau deposito
(4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi
b) Kebiasaan penggalangan dana
(1) Penyandang dana rutin dan tetap, besarnya dana biasanya variatif.
(2) Penyandang dana rutin tapi tidak tetap, besarnya dana biasanya
(3) Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp 1.000.000,-
sampai Rp 5.000.000,-
c) Pengambilan dana
(1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap
(2) Pengambilan dana tidak tetapi tertentu
(3) Pengambilan dana tidak tentu
(4) Pengampilan dana sejumlah tertentu tapi pasti.
d) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi
(1) Memperhatikan momentum
(2) Mampu memberikan keuntungan
(3) Memberikan rasa aman
(4) Pelayanan optimal
(5) Profesionalisme
2) Penggunaan Dana
a) Penggalangan dana digunakan untuk:
(1) Penyaluran melalui pembiayaan
(2) Kas tangan
(3) Ditabungkan di BPRS atau di bank syariah
b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada:
(1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap
(2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap
30
(4) Penggunaan dana BMT tidak tentu
c) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana
(1) Pengangsuran yang rutin dan tetap
(2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap
(3) Pengangsuran yang jatuh tempo
(4) Pengangsuran yang tidk tentu (kredit macet)
d) Klasifikasi pembiayaan
(1) Perdagangan
(2) Industri rumah tangga
(3) Pertanian/ peternakan/ perikanan
(4) Konveksi
(5) Kontruksi
(6) Percetakan
(7) Jasa-jasa/ lain.
e) Jenis angsuran
(1) Harian
(2) Mingguan
(3) 2 mingguan
(4) Bulanan
(5) Jatuh tempo
f) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT
(2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan
(3) Pemindahan akad baru
(4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan
3) Penyaluran Zakat dan Shadaqoh
a) Penggalan dana zakat, infaq dan shadaqoh (ZIS)
(1) ZIS masyarakat
(2) Lewat kerjasama anatara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat,
Infaq dan Shadaqoh (BAZIS)
b) Dalam penyaluran dana ZIS
(1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya
membantu
(2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu
dalam membayar SPP
(3) Penutupan terhdap pembiayaan yang macet karena factor kesulitan
pelunasan
6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Membantu masyarakat yang perlu pengobatan Menurut PINBUK karakteristik
BMT, yaitu:
1) Mandiri, yakni swadaya dan mampu membiayai usahanya sendiri
2) Profesional
32
b) Adanya fasilitasi pendampingan dan pelatihan berjenjan dilengkapi
modul-modul aplikatif.
c) Produk simpanan dan pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
d) Menerapkan sistem, prosedur, administrasi dan akuntansi estándar
Lembaga Keuangan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sederhana,
efisien dan efektif.
e) Pengelolaan dan laboran keuangan secara terbuka.
3) Mengakar di Masyarakat
Dinisiasi, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat sehingga tumbuh
rasa memiliki dan tanggung jawab.
4) Berkelanjutan
Mampu meningkatkan asset dan menghasilkan laba sehingga tumbuh dan
berkembang. 2
B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Tingkat kesehatan BMT dapat diukur dengan beberapa analisis rasio
keuangan yang diterapkan oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
sebagai criteria penilaian kesehatan BMT:
2
a. Capital (Permodalan)
Permodalan (Capital) adalah kriteria kecukupan permodalan, digunakan untuk
mengetahui kemampuan kecukupan modal BMT dalam mendukung kegiatan
secara efisien. Komponen yang diukur adalah total modal dibagi dengan
simpanannya. Dengan kecukupan modal ini menunjukkan kemampuan BMT
mempertahankan modal, mencukupi dan kemampuan manajemen BMT dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang
timbul dan mempengaruhi besarnya modal BMT.
Dengan kata lain, permodalan (capital) sebagai salah satu tolak ukur yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan sebuah BMT berfungsi untuk:
1) Ukuran kemampuan BMT untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak
dapat dihindarkan.
2) Sumber daya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai
batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang,
penjualan asset yang tidak terpakai, dan lain-lain.
3) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisien tinggi, seperti yang dikehendaki
oleh para pemilik modal pada bank tersebut.
Faktor yang menentukan tingkat kesehatan struktur permodalan BMT antara
lain partisipasi pendiri dalam memberikan modal, penciptaan laba, pemupukan
dana cadangan, yang semuanya akan menambah kemampuan penyediaan modal
34
b. Asset (Aktiva Produktif)
Kelangsungan usaha BMT tergantung pada kesiapan untuk menghadapi resiko
kerugian. Oleh karena itu BMT berkewajiban menjaga kualitas aktiva
produktifnya. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu
dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan
aktiva produktif (cadangan).
Pengukuran dilakukan dengan mengukur kualitas aktiva produktif yang
substansinya didominasi oleh komponen pembiayaan aktiva yang produktif
(productive asset) atau yang lebih dikenal dengan aktiva menghasilkan (earning
asset), karena penempatan dana BMT adalah untuk mencapai tingkat penghasilan
yang diharapkan. Jadi kualitas dari aktiva produktif adalah kualitas dari aktiva
yang memberikan penghasilan.
Kredit biasanya merupakan bagian dari asset BMT, selain merupakan
pendapatan utama BMT sekaligus merupakan sumber kerugian karena kredit
macet. Kredit yang dikeluarkan harus disalurkan pada orang atau nasabah yang
tepat. Tepat berarti tepat jumlah dan waktu, tepat orang, tepat penggunaan, dan
tepat pengembaliannya, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kualitas aktiva produktif juga diartikan sebagai sejumlah pembiayaan yang dapat
menghasilkan pendapatan atau bagi hasil dengan sedikit kemungkinan
menimbulkan kredit macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan
c. Efesiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya
operasional tertentu. Biaya operasional meliputi biaya bagi hasil simpanan,
overhead cost dan lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bagi
hasil, mark up dan hasil pendanaan suatu usaha nasabah. Efisiensi usa BMT dapat
diukur dengan menghitung rasio antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja
manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Componen yang
diukur meliputi biaya operacional dan total asset yang dimiliki.
d. Earning
BMT dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran
BMT sebagai broker adalah mempertemukan antara pemilik modal dengan
pengguna modal. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan BMT dalam
menghasilkan laba. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang
menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesehatan keuangan. Selain itu tingkat
kemampuan BMT dalam menganalisis profit melalui operasional BMT, juga
dapat diukur dengan menggunakan analisis rentabilitas. Yaitu kemampuan BMT
untuk menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding total asset (ROA) dan
36
e. Likuiditas
Penilaian likuiditas terhadap kemampuan BMT memelihara tingkat likuiditas
yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Likuiditas dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan BMT dalam menyelesaikan kewajiban
jangka pendek. Pengendalian likuiditas BMT dilakukan setiap hari agar semua
alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh BMT (uang tunai, kas, saldo giro pada
Bank Sentral) dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari
nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu.3
C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya
Jika dilihat dari nominal, total dana yang berhasil dihimpun BMT memang
sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, bahkan jika
dibandingkan dengan total dana yang dihimpun BPR saja. Akan tetapi jika dilihat dari
siapa saja dana tersebut dihimpun, maka BMT memberi kontribusi amat besar,
apalagi dengan memperhitungkan perkembangan yang tidak mengesankan dari
lembaga keuangan mikro lainnya. Dengan kata lain, BMT berperan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menabung. Untuk mengenal BMT lebih jauh dan
mengetahui secara lebih detail perbedaan BMT dengan lembaga keuangan lainnya
akan dipaparkan dalam tabel berikut:
3
Tabel 2.1
Analisis Perbedaan Bank, Renternir dan BMT4
Pokok Masalah Bank Konvensional Renternir BMT
Yang Dibiayai Pengusaha besar,
menengah dan kecil
Jasa Pinjaman Bunga Bunga mencekik Bagi hasil
Jaminan Ada jaminan Secara formal tidak ada
jaminan
Kerugian Bank tidak akan rugi
karena ada jaminan,
Pelayanan Formal dan resma Ramah tapi tidak
toleran
Bersahabat dan penuh tenggang rasa
Prosedur Panjang dan asing,
sesuai aturan dan
Kelayakan Usaha Harus ada kelayakan
usaha yang dibuat oleh
Hampir tidak jelas Tidak ada Ada
Pemilik Pemegang saham Pribadi Anggota/ Masyarakat
4
38
D. Analisis Laporan Keuangan
Pada analisis laporan keuangan dapat dilakukan tiga jenis analisis, yaitu
analisis rasio, analisis perbandingan (comparative) serta analisis sumber dan
penggunaan dana. Untuk lebih jelas pembagiannya akan ditunjukkan pada bagan
berikut:
Bagan 2.2
Analisis Laporan Keuangan
Namun pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis rasio.
Karena dengan analisis rasio kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jernih
tentang kondisi keuangan bisnis BMT Berkah Madani dan kita dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari BMT tersebut. Analisis
Lap. Keuangan
Analisis Rasio
Analisis Comparative
Analisis Sumber & Penggunaan Dana
Likuiditas
Solvabilitas
Rentabilitas
Profitabilitas
Aktivitas
Vertikal
Secara umum rasio keuangan dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan preusan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian jangka panjang yang
telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Ada beberapa rasio yang
digunakan dalam mengukur likuiditas, diantaranya
a. Current Ratio, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana kewajiban
lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar
(current asset).
b. Loan Deposit Ratio (LDR), digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank
dalam memberikan pembiayaan.
c. Quick Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam
membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid
Tetapi dari ketiga jenis rasio tersebut yang lebih sering digunakan untuk
mengukur likuiditas adalah current ratio.
d. Financing Deposit Ratio (FDR), adalah menunjukkan kesehatan bank dalam
40
2. Solvabilitas atau rasio leverage ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
modal sendiri menjamin seluruh utang. Untuk itu dalam perhitungan
menggunakan DER (Debt to Equity Ratio).
3. Rentabilitas, rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mencetak laba. Dalam hal ini ada dua rumus yang dapat digunakan yaitu
ROA (Return On Asset) untuk mengetahui pengembalian bisnis atas seluruh
investasi yang dilakukan, dan ROE (Return On Equity) digunakan untuk
mengukur keberhasilan bisnis dalam "memperkaya" pemegang saham.5
4. Profitabilitas, rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui
usaha operasional bank. Untuk itu dapat menggunakan profit margin, yaitu
gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba.
5
5. Aktivitas (Debt to Asset), adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank
dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover (FAT), adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode
tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva.
b. Total Asset Turnover, adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu priode
tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam
menghasilkan pendapatan (revenue).6
E. Analisis Karakteristik
1. Usia
Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan
proses perkembangan manusia. Ia mengelompokkan perkembangan karier manusia
menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa
akhir. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan
karier. Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun), masa ini sangat terkait dengan tugas
perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Sedangkan usia
6
42
dewasa madya (usia 40-60 tahun) bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Dan usia
dewasa akhir (usia diatas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan
kariernya atau berhenti sama sekali (masa pensiun).7
2. Pendidikan Terakhir
Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan
modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal
tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa
kemampuan (ability). Menurut Casson ada beberapa yang harus dimiliki oleh
wirausaha yaitu, Self knowledge, Imagination, Practical knowledge, Search skill, Foresight, Computation skill danCommunication skill.8
3. Lama Usaha (Pengalaman)
Menurut Hisrich & Brush (1991), wirausaha yang maju saat ini bukanlah usaha
yang pertama kali yang dimiliki. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha
sebelumnya, mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru.9
7
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003.
8
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian
9
F. Analisis Risiko
Sebagian besar orang berpandangan bahwa risiko hanya membawa kerugian,
bahkan tidak sedikit manager risiko cenderung menganggap bahwa risiko adalah
sumber masalah, pandangan tersebut memaksa para manager untuk membuang dan
menghindari risiko. Namun sebenarnya penghindaran risiko adalah salah satu
alternatif dari sekian banyak alternatif yang dapat dikembangan, yaitu bagaimana
risiko dapat dialihkan menjadi potensi perusahaan.
Oleh karena itu pengetahuan akan pengidentifikasian, pemetaan, pengukuran
dan pengelolaan risiko sangat penting bagi pihak terkait dalam perusahaan,
kemampuan mengelola risiko dengan baik justru meningkatkan keunggulan bersaing
dan keunggulan kinerja dengan perusahaan pesaing.
Maka dapat disimpulkan fungsi risiko adalah sebagai alat yang dapat
digunakan dalam kinerja perusahaan dalam pengembangannya. Jika risiko tesebut
dapat diatasi maka risiko tersebut dapat dijadikan alat yang potensial bagi
perusahaan, maka perusahaan akan mendapat nilai lebih dari risiko dan tidak hanya
menganggap risiko adalah masalah. Namun jika dalam kinerjanya perusahaan tidak
dapat mengolah dan mengatasi risiko tersebut dapat berdampak kerugian maupun
kehilangan.10
Macam-macam risiko yang Bank Indonesia (BI) wajibkan untuk dikelola bagi
seluruh bank di Indonesia (PBI NOMOR: 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan
10