BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagan 2.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
Dewan Syariah Pembina Manajemen
Manajer
Tamwil Maal
Pemasaran Kasir Pembukuan
26
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:
a. Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT
c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang
d. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi BMT.
4. Prinsip OperasiBaitul Maal wat Tamwil (BMT)
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah yakni menggunakan:
1) Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberian pinjaman dengan BMT. Dengan menggunakan beberapa pilihan akad diantaranya al-mudharabah, al-musyarakah, al-muzara'ah dan al-musaqah.
2) Sistem jual beli
Sistem jual beli merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana. Dengan menggunakan pilihan akad, yaitu: bai' murabahah, bai' al-salam, bai'al-istishna dan bai' bitsaman ajil
3) Sistem non-profit
Sistem yang sering disebut sebagai pelayanan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat social dan non-komersial. Nasaba cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja. Sistem ini menggunakan akad al-qordhul hasan.
4) Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati. Akad bersyarikat ini terdapat dalam akad al-mudharabah dan al-musyarakah.
5) Produk Pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil estela jangka waktu
28
tertentu. Bentuk pembiayaan itu sendiri, diantaranya: Pembiayaan al-murabahah (MBA), pembiayaan al-bai' bitsaman ajil (BBA), pembiayaan al-mudharabah (MDA) dan pembiyaan al-musyarakah (MSA).
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi mayarakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus memenuhi syarat:
a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
5. Penghimpunan Dana 1) Penyimpanan Dana
a) Sumber dana BMT (1) Dana masyarakat (2) Simpanan biasa
(3) Simpanan berjangka atau deposito (4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi b) Kebiasaan penggalangan dana
(1) Penyandang dana rutin dan tetap, besarnya dana biasanya variatif. (2) Penyandang dana rutin tapi tidak tetap, besarnya dana biasanya
(3) Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp 1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,-
c) Pengambilan dana
(1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap (2) Pengambilan dana tidak tetapi tertentu (3) Pengambilan dana tidak tentu
(4) Pengampilan dana sejumlah tertentu tapi pasti.
d) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi (1) Memperhatikan momentum
(2) Mampu memberikan keuntungan (3) Memberikan rasa aman
(4) Pelayanan optimal (5) Profesionalisme
2) Penggunaan Dana
a) Penggalangan dana digunakan untuk: (1) Penyaluran melalui pembiayaan (2) Kas tangan
(3) Ditabungkan di BPRS atau di bank syariah
b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada: (1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap
(2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap (3) Penggunaan dan BMT yang tidak tentu tapi tetap
30
(4) Penggunaan dana BMT tidak tentu
c) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana (1) Pengangsuran yang rutin dan tetap
(2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap (3) Pengangsuran yang jatuh tempo
(4) Pengangsuran yang tidk tentu (kredit macet) d) Klasifikasi pembiayaan
(1) Perdagangan
(2) Industri rumah tangga
(3) Pertanian/ peternakan/ perikanan (4) Konveksi (5) Kontruksi (6) Percetakan (7) Jasa-jasa/ lain. e) Jenis angsuran (1) Harian (2) Mingguan (3) 2 mingguan (4) Bulanan (5) Jatuh tempo
f) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT (1) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan
(2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan (3) Pemindahan akad baru
(4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan
3) Penyaluran Zakat dan Shadaqoh
a) Penggalan dana zakat, infaq dan shadaqoh (ZIS) (1) ZIS masyarakat
(2) Lewat kerjasama anatara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqoh (BAZIS)
b) Dalam penyaluran dana ZIS
(1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya membantu
(2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu dalam membayar SPP
(3) Penutupan terhdap pembiayaan yang macet karena factor kesulitan pelunasan
6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Membantu masyarakat yang perlu pengobatan Menurut PINBUK karakteristik BMT, yaitu:
1) Mandiri, yakni swadaya dan mampu membiayai usahanya sendiri 2) Profesional
32
b) Adanya fasilitasi pendampingan dan pelatihan berjenjan dilengkapi modul-modul aplikatif.
c) Produk simpanan dan pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
d) Menerapkan sistem, prosedur, administrasi dan akuntansi estándar Lembaga Keuangan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sederhana, efisien dan efektif.
e) Pengelolaan dan laboran keuangan secara terbuka. 3) Mengakar di Masyarakat
Dinisiasi, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab.
4) Berkelanjutan
Mampu meningkatkan asset dan menghasilkan laba sehingga tumbuh dan berkembang. 2
B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Tingkat kesehatan BMT dapat diukur dengan beberapa analisis rasio keuangan yang diterapkan oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) sebagai criteria penilaian kesehatan BMT:
2
a. Capital (Permodalan)
Permodalan (Capital) adalah kriteria kecukupan permodalan, digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal BMT dalam mendukung kegiatan secara efisien. Komponen yang diukur adalah total modal dibagi dengan simpanannya. Dengan kecukupan modal ini menunjukkan kemampuan BMT mempertahankan modal, mencukupi dan kemampuan manajemen BMT dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul dan mempengaruhi besarnya modal BMT.
Dengan kata lain, permodalan (capital) sebagai salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan sebuah BMT berfungsi untuk: 1) Ukuran kemampuan BMT untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak
dapat dihindarkan.
2) Sumber daya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang, penjualan asset yang tidak terpakai, dan lain-lain.
3) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisien tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut.
Faktor yang menentukan tingkat kesehatan struktur permodalan BMT antara lain partisipasi pendiri dalam memberikan modal, penciptaan laba, pemupukan dana cadangan, yang semuanya akan menambah kemampuan penyediaan modal sendiri.
34
b. Asset (Aktiva Produktif)
Kelangsungan usaha BMT tergantung pada kesiapan untuk menghadapi resiko kerugian. Oleh karena itu BMT berkewajiban menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif (cadangan).
Pengukuran dilakukan dengan mengukur kualitas aktiva produktif yang substansinya didominasi oleh komponen pembiayaan aktiva yang produktif (productive asset) atau yang lebih dikenal dengan aktiva menghasilkan (earning asset), karena penempatan dana BMT adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Jadi kualitas dari aktiva produktif adalah kualitas dari aktiva yang memberikan penghasilan.
Kredit biasanya merupakan bagian dari asset BMT, selain merupakan pendapatan utama BMT sekaligus merupakan sumber kerugian karena kredit macet. Kredit yang dikeluarkan harus disalurkan pada orang atau nasabah yang tepat. Tepat berarti tepat jumlah dan waktu, tepat orang, tepat penggunaan, dan tepat pengembaliannya, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Kualitas aktiva produktif juga diartikan sebagai sejumlah pembiayaan yang dapat menghasilkan pendapatan atau bagi hasil dengan sedikit kemungkinan menimbulkan kredit macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan jaminan hanya diberikan kepada peminjam skala besar.
c. Efesiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya operasional tertentu. Biaya operasional meliputi biaya bagi hasil simpanan,
overhead cost dan lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bagi hasil, mark up dan hasil pendanaan suatu usaha nasabah. Efisiensi usa BMT dapat diukur dengan menghitung rasio antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Componen yang diukur meliputi biaya operacional dan total asset yang dimiliki.
d. Earning
BMT dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran BMT sebagai broker adalah mempertemukan antara pemilik modal dengan pengguna modal. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan BMT dalam menghasilkan laba. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesehatan keuangan. Selain itu tingkat kemampuan BMT dalam menganalisis profit melalui operasional BMT, juga dapat diukur dengan menggunakan analisis rentabilitas. Yaitu kemampuan BMT untuk menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding total asset (ROA) dan total modal sendirinya (ROE).
36
e. Likuiditas
Penilaian likuiditas terhadap kemampuan BMT memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Likuiditas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan BMT dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Pengendalian likuiditas BMT dilakukan setiap hari agar semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh BMT (uang tunai, kas, saldo giro pada Bank Sentral) dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu.3
C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya
Jika dilihat dari nominal, total dana yang berhasil dihimpun BMT memang sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, bahkan jika dibandingkan dengan total dana yang dihimpun BPR saja. Akan tetapi jika dilihat dari siapa saja dana tersebut dihimpun, maka BMT memberi kontribusi amat besar, apalagi dengan memperhitungkan perkembangan yang tidak mengesankan dari lembaga keuangan mikro lainnya. Dengan kata lain, BMT berperan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menabung. Untuk mengenal BMT lebih jauh dan mengetahui secara lebih detail perbedaan BMT dengan lembaga keuangan lainnya akan dipaparkan dalam tabel berikut:
3
Muhamad Iqbal Gifari, "Analisis Kesehatan BMT", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://www.mitrariset.com/2009/baitul-maal-wat-tamwil-bmt.html
Tabel 2.1
Analisis Perbedaan Bank, Renternir dan BMT4
Pokok Masalah Bank Konvensional Renternir BMT
Yang Dibiayai Pengusaha besar,
menengah dan kecil atas
Pengusaha kecil, menengah dan bawah
Pengusaha kecil dan sangay kecil
Jasa Pinjaman Bunga Bunga mencekik Bagi hasil
Jaminan Ada jaminan Secara formal tidak ada
jaminan
Tidak ada jaminan Penentuan
Keuntungan
Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, berdasarkan prestasi pada pokok pinjaman
Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, beerdasarkan pada pokok pinjaman
Waktu akad hanya menyepakati pembagian Porsi (nisbah) bagi hasil, sedang jumlah keuntungan diketahui estela berusaha Besarnya
Keuntungan
Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya
Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya
Belum pasti, tergantung keuntungan usaha
Kerugian Bank tidak akan rugi
karena ada jaminan, walaupun usaha merugi, bank dapat menyita jaminan
Rentenir tidak akan merugi, walaupun tidak ada jaminan, rentenir dapat menyita barang berharga milik pengusaha
Bila usaha merugi, BMT ikut
menanggung kerugian
Pelayanan Formal dan resma Ramah tapi tidak
toleran
Bersahabat dan penuh tenggang rasa
Prosedur Panjang dan asing,
sesuai aturan dan kebiasaan
Gampang dan mudah tanpa formulir yang bermacam-macam
Sederhana dengan beberapa formulir yang sederhana
Kelayakan Usaha Harus ada kelayakan
usaha yang dibuat oleh pengusaha
Tidak perlu kelayakan usaha BMT bersama pengusaha membuat kelayakan usaha bersama Pembinaan Pengusaha
Hampir tidak jelas Tidak ada Ada
Pemilik Pemegang saham Pribadi Anggota/ Masyarakat
4
Skripsi ini diambil dari Abdullah Marhazi (2007) Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wa Tamwil (BMT) hal. 85
38
D. Analisis Laporan Keuangan
Pada analisis laporan keuangan dapat dilakukan tiga jenis analisis, yaitu analisis rasio, analisis perbandingan (comparative) serta analisis sumber dan penggunaan dana. Untuk lebih jelas pembagiannya akan ditunjukkan pada bagan berikut:
Bagan 2.2
Analisis Laporan Keuangan
Namun pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis rasio. Karena dengan analisis rasio kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jernih tentang kondisi keuangan bisnis BMT Berkah Madani dan kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari BMT tersebut.
Analisis Lap. Keuangan
Analisis Rasio
Analisis Comparative
Analisis Sumber & Penggunaan Dana Likuiditas Solvabilitas Rentabilitas Profitabilitas Aktivitas Vertikal Horizontal
Secara umum rasio keuangan dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan preusan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Ada beberapa rasio yang digunakan dalam mengukur likuiditas, diantaranya
a. Current Ratio, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current asset).
b. Loan Deposit Ratio (LDR), digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan.
c. Quick Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid
Tetapi dari ketiga jenis rasio tersebut yang lebih sering digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio.
d. Financing Deposit Ratio (FDR), adalah menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan.
40
2. Solvabilitas atau rasio leverage ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Untuk itu dalam perhitungan menggunakan DER (Debt to Equity Ratio).
3. Rentabilitas, rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Dalam hal ini ada dua rumus yang dapat digunakan yaitu ROA (Return On Asset) untuk mengetahui pengembalian bisnis atas seluruh investasi yang dilakukan, dan ROE (Return On Equity) digunakan untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam "memperkaya" pemegang saham.5
4. Profitabilitas, rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Untuk itu dapat menggunakan profit margin, yaitu gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba.
5
Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. h.50-60
5. Aktivitas (Debt to Asset), adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover (FAT), adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva.
b. Total Asset Turnover, adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu priode tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan pendapatan (revenue).6
E. Analisis Karakteristik
1. Usia
Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Ia mengelompokkan perkembangan karier manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier. Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun), masa ini sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Sedangkan usia
6
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari'ah. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004. h.159
42
dewasa madya (usia 40-60 tahun) bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Dan usia dewasa akhir (usia diatas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama sekali (masa pensiun).7
2. Pendidikan Terakhir
Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson ada beberapa yang harus dimiliki oleh wirausaha yaitu, Self knowledge, Imagination, Practical knowledge, Search skill, Foresight, Computation skill danCommunication skill.8
3. Lama Usaha (Pengalaman)
Menurut Hisrich & Brush (1991), wirausaha yang maju saat ini bukanlah usaha yang pertama kali yang dimiliki. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya, mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru.9
7
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003.
8
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian
9
Suryana Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003.
F. Analisis Risiko
Sebagian besar orang berpandangan bahwa risiko hanya membawa kerugian, bahkan tidak sedikit manager risiko cenderung menganggap bahwa risiko adalah sumber masalah, pandangan tersebut memaksa para manager untuk membuang dan menghindari risiko. Namun sebenarnya penghindaran risiko adalah salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang dapat dikembangan, yaitu bagaimana risiko dapat dialihkan menjadi potensi perusahaan.
Oleh karena itu pengetahuan akan pengidentifikasian, pemetaan, pengukuran dan pengelolaan risiko sangat penting bagi pihak terkait dalam perusahaan, kemampuan mengelola risiko dengan baik justru meningkatkan keunggulan bersaing dan keunggulan kinerja dengan perusahaan pesaing.
Maka dapat disimpulkan fungsi risiko adalah sebagai alat yang dapat digunakan dalam kinerja perusahaan dalam pengembangannya. Jika risiko tesebut dapat diatasi maka risiko tersebut dapat dijadikan alat yang potensial bagi perusahaan, maka perusahaan akan mendapat nilai lebih dari risiko dan tidak hanya menganggap risiko adalah masalah. Namun jika dalam kinerjanya perusahaan tidak dapat mengolah dan mengatasi risiko tersebut dapat berdampak kerugian maupun kehilangan.10
Macam-macam risiko yang Bank Indonesia (BI) wajibkan untuk dikelola bagi seluruh bank di Indonesia (PBI NOMOR: 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan
10
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006. h.19
44
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum), memungkinkan untuk dikelola oleh BMT. Begitu pula oleh BMT Berkah Madani Cimanggis dan macam-macam risiko tersebut adalah sebagai berikut:
1. Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar (adverse moment) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang merugikan bank, variable pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.
2. Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan debitur dan/ atau lawan transaksi (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya.
3. Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak cukupan dan/ atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
4. Risiko Likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
5. Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak. 6. Risiko Reputasi adalah resiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
G. Analisis SWOT
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal (strenght dan
weakness) dan lingkungan eksternal (opportunity dan threats) yang dihadapi sebuah organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).11
Bagan 2.3 Analisis SWOT
11
Chen Blochar dan Lin, Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000. h. 19 BERBAGAI PELUANG
KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
SEL A
1. Mendukung Strategi Agresif
SEL C
3. Medukung Strategi Turn Around
SEL D
4. Mendukung Strategi Defensif
SEL B
46
Sel A memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat, namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak menentu dalam lingkungannya. Dengan demikian kita harus dapat menentukan bagaimana memanfaatkan peluang yang ada pada kita untuk meningkatkan posisi kompetitifnya.
Sel B menghadapkan organisasi pada isu strategis mobilization, yaitu kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diindentifikasi dengan kekuatan organisasi. Disini harus dilakukan mobilisasi sumber daya yang kekuatan organisasinya untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut bahkan jika mungkin mengubahnya supaya menjadi peluang.
Sel C menampilkan isu pilihan strategis investasi atau divestasi yang memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan, namun kemampuan untuk menggarapnya tidak dimiliki. Kalau dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar, sehingga dapat merugikan organisasi. Jika memang demikian lebih baik ditinggalkan dan diserahkan kepada organisasi lain yang menggarapnya, atau bisa juga mengambil keputusan tidak berbuat apa-apa.
Sel D adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan kotak atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah. Karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian), sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
H. Kerangka Pemikiran
Suhadji Lestiadi (2000) menyatakan bahwa BMT sebagai lembaga keuangan dapat berkembang karena beberapa kekuatan yang dimilikinya antara lain: Pertama, mandiri dan mengakar di masyarakat; Kedua, bentuk organisasinya sederhana; Ketiga, sistem dan prosedur pembiayaannya mudah dan; Kempat, memiliki jaringan pelayanan. Dan persoalan klasik yang dihadapi oleh lembaga keuangan seperti BMT dan koperasi adalah adanya kelemahan yang mendasar dan tantangan utamanya (umumnya koperasi simpan pinjam konvensional) dari sisi internal berupa kualitas SDM yang kurang memadai, lemahnya permodalan dan internal control yang lemah