• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam menjalankan usahanya, Perseroan menghadapi risiko yang mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak diantisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Risiko-risiko yang akan diungkapkan dalam uraian berikut merupakan risiko-risiko yang material bagi Perseroan. Berdasarkan pertimbangan Perseroan, risiko-risiko di bawah ini telah disusun berdasarkan bobot risiko terhadap usaha Perseroan, dimulai dari risiko utama Perseroan.

Risiko yang berhubungan dengan kegiatan operasional

(i) Kontaminasi atas produk yang dihasilkan Perseroan baik pada saat sebelum diolah (bahan baku), dalam proses produksi, maupun pada saat didistribusikan

Perseroan menghadapi resiko tercemarnya produk baik pada saat masih berbentuk bahan baku, dalam proses produksinya ataupun selanjutnya pada saat didistribusikan ke outlet-outlet dan konsumen akhir. Apabila produk Perseroan tercemar akan berdampak pada berkurangnya kepercayaan pelanggan Perseroan dan mengakibatkan turunnya pendapatan Perseroan.

(ii) Umur produk yang relatif singkat

Keterlambatan penarikan produk-produk yang kadaluarsa dapat mengakibatkan masih beredarnya produk-produk yang telah rusak dan tidak layak dikonsumsi, mengingat produk yang dihasilkan Perseroan merupakan produk yang tidak tahan lama. Apabila terjadi keterlambatan penarikan produk kadaluarsa, maka kepercayaan pelanggan Perseroan dapat menjadi berkurang dan mengakibatkan turunnya pendapatan Perseroan. Secara rata-rata produk yang harus ditarik dari pasar karena sudah lewat masa waktunya (kadaluarsa) sekitar 10%.

(iii) Ketersediaan gandum sebagai bahan baku tepung terigu

Perseroan menggunakan bahan baku tepung terigu yang diolah dari gandum yang diimpor dan dibeli berdasarkan harga pasar internasional. Sebagai produk pertanian, gandum dihasilkan secara musiman dan tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Selain itu, apabila terjadi gejolak dalam permintaan dunia maka gandum sebagai sumber bahan baku akan menjadi langka. Apabila terjadi kelangkaan dan para pemasok Perseroan tidak dapat memproduksi tepung terigu karena kelangkaan tersebut, maka Perseroan tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya.

Ketersediaan gandum yang berkurang di pasar internasional juga berdampak pada meningkatnya harga bahan baku tepung terigu yang digunakan oleh Perseroan. Peningkatan harga bahan baku ini tidak serta merta langsung dibebankan ke harga jual produk Perseroan, karena para pembeli produk Perseroan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi atas harga produk Perseroan. Oleh karena itu, harga gandum yang meningkat secara signiikan akan berdampak pada meningkatnya biaya pembelian bahan baku Perseroan dan selanjutnya berdampak pada menurunnya tingkat proitabilitas Perseroan.

(iv) Ketersediaan pasokan energi

Energi yang dibutuhkan oleh Perseroan untuk menjalankan pabrik dan fasilitas produksi lainnya merupakan salah satu bahan baku yang esensial. Saat ini, dua energi utama yang digunakan oleh Perseroan adalah

gas (LNG – Liquiied Natural Gas) dan listrik. Perseroan menggunakan pasokan gas dan listrik dari

kawasan industri tempat pabrik-pabrik Perseroan berdiri. Ketersediaan pasokan energi yang terhambat akan menyebabkan pabrik dan fasilitas produksi Perseroan tidak dapat berjalan dan menghasilkan volume produksi yang sesuai untuk memenuhi permintaan para pelanggan. Hal tersebut akan berdampak pada tingkat penjualan Perseroan.

(v) Risiko pemogokan tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi Perseroan mengingat aktivitas operasional Perseroan bergantung pada produktivitas para karyawan. Meskipun manajemen Perseroan memiliki hubungan yang baik dengan tenaga kerjanya, namun tidak ada kepastian bahwa tidak akan terjadi pemogokan tenaga kerja di kemudian hari. Apabila terjadi pemogokan tenaga kerja, kegiatan operasional Perseroan dapat terganggu dan selanjutnya berakibat pada proitabilitas Perseroan.

Risiko yang berhubungan dengan kondisi pasar dan penjualan

(i) Fluktuasi mata uang asing

Perseroan membeli beberapa bahan baku utama yang dipengaruhi oleh luktuasi mata uang asing baik langsung maupun tidak langsung, antara lain tepung terigu, gula, dan ragi. Selain itu, suku cadang (spare

part) mesin-mesin dan bahan kemasan juga dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap

valuta asing. Di lain pihak, Perseroan melakukan penjualan atas produk-produk yang dihasilkannya dalam mata uang Rupiah.

Perubahan kurs Rupiah terhadap mata uang asing yang terjadi secara signiikan dapat memberikan dampak kenaikan harga beberapa jenis bahan baku, berbagai bahan kemasan atau beberapa jenis suku cadang (spare part) mesin-mesin produksi. Hal tersebut tidak selalu dapat disertai dengan peningkatan

harga jual produk Perseroan dan karenanya akan berdampak negatif terhadap nilai penjualan dan tingkat proitabilitas Perseroan.

(ii) Persaingan usaha

Perseroan melakukan penjualan produk-produknya melalui peritel. Penjualan Perseroan melalui para peritel ini memiliki porsi lebih dari 50% dari total penjualan Perseroan selama tahun 2012. Dengan semakin banyaknya peritel yang memproduksi roti sendiri untuk dijual (private label), maka Perseroan

menghadapi risiko persaingan usaha dari para peritel tersebut. Akibatnya, ada hambatan dalam menjual produk Perseroan di toko-toko peritel karena peritel memaksimumkan penjualan rotinya sendiri. Selain persaingan usaha dari para peritel, Perseroan juga menghadapi persaingan dari industri toko roti (boutique bakery) dan industri rumah tangga (usaha kecil) yang meskipun memiliki skala usaha lebih

kecil dari Perseroan tetapi berjumlah banyak dan memiliki pelanggan tersendiri.

Risiko yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan lingkungan sosial

(i) Kenaikan upah minimum regional/propinsi

Kenaikan upah minimum regional/propinsi yang melebihi tingkat inlasi akan mempengaruhi biaya produksi Perseroan. Kontribusi biaya karyawan produksi terhadap biaya produksi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sekitar 6,6%. Hal ini disebabkan karena Perseroan masih mengandalkan tenaga kerja dalam proses produksi.

Selama ini, Perseroan berusaha untuk mengatasi kenaikan upah minimum regional/propinsi dengan meningkatkan harga jual produk Perseroan. Namun, apabila upah minimum regional meningkat dengan tajam dan tidak terkendali dengan baik maka biaya produksi akan meningkat cukup signiikan.

(ii) Kestabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial

Kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia turut mempengaruhi jalannya kegiatan usaha Perseroan. Ketidakstabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia dapat menyebabkan kerusuhan oleh buruh ataupun massa yang berada di luar kendali Perseroan. Selain itu, hal tersebut dapat berdampak pula pada daya beli konsumen Perseroan yang selanjutnya dapat menyebabkan penjualan Perseroan menurun. Apabila terjadi kerusuhan ataupun huru hara yang disebabkan oleh ketidakstabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia, maka Perseroan dapat mengalami dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kinerja keuangan, hasil operasi dan prospek usahanya.

(iii) Isu bahan pengawet dan kehalalan

Mengingat produk Perseroan adalah makanan yang memiliki umur lebih dari satu hari, Perseroan menghadapi risiko adanya isu yang berkembang di tengah masyarakat sehubungan dengan bahan pengawet yang digunakan, yang dapat membuat produk Perseroan bertahan untuk beberapa hari. Isu tersebut dapat memberikan gambaran yang tidak baik atas bahan baku yang digunakan serta proses produksi dan pengolahan yang dilakukan oleh Perseroan.

Selain itu, dapat berkembang pula isu mengenai halal atau tidaknya produk yang dihasilkan Perseroan. Apabila isu-isu tersebut berkembang di tengah masyarakat maka terdapat kemungkinan permintaan pasar atas produk-produk Perseroan menjadi berkurang dan mengakibatkan turunnya penjualan Perseroan.

(iv) Bencana alam

Pabrik-pabrik Perseroan berada di wilayah Indonesia dan pendistribusian produk-produk Perseroan juga ditujukan ke pasar Indonesia. Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung berapi, banjir dan lain-lain. Apabila terjadi bencana alam di Indonesia, maka proses produksi Perseroan dapat terganggu. Selain itu, dapat mengganggu pengiriman bahan baku oleh pemasok dan pendistribusian produk-produk yang dihasilkan Perseroan ke tempat peritel ataupun ke

stock point. Perseroan menghadapi risiko lamanya proses transportasi tersebut apabila terjadi bencana

alam. Hambatan dalam pendistribusian produk akan mengakibatkan umur produk menjadi semakin pendek dan harus segera dapat terjual dan dikonsumsi.

MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN BOBOT DARI DAMPAK MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN DIMULAI DARI RISIKO UTAMA.

VI. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN