• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunanuntuk

2.6 Ruang Terbuka Hijau

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. RTH terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; dengan proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota; dan proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. Menurut laboratorium perencanaan lansekap Departemen Arsitektur Lansekap Fakultas Pertanian IPB

(2008), RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu

wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang di hasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, RTH di klasifikasikan menjadi RTH alami dan RTH binaan. Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya, RTH di kategorikan ke dalam RTH kawasan dan RTH jalur. Berdasarkan penggunaan lahan dan kawasan fungsionalnya, RTH di kategorikan ke dalam RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan

permukiman, RTH kawasan pertanian, dan RTH kawasan khusus, antara lain untuk pemakaman dan olah raga.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zoer’aini (2005), fungsi hutan kota sebagai bagian dari RTH dapat menyerap hasil negatif dari kota antara lain: suhu kota, kebisingan, debu, dan hilangnya habitat burung. Pengelompokan hutan kota menurut sifat pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan sangat terkait dengan perubahan suhu, kelembaban, kebisingan, debu, populasi, distribusi burung dan estetika. Pengelompokan hutan kota berdasarkan hubungan bentuk dan struktur hutan kota terhadap kualitas lingkungan antara lain: jalur, menyebar, bergerombol, dua strata dan berstrata banyak. Selanjutnya dikatakan bahwa hHutan kota berpengaruh terhadap beberapa parameter lingkungan antara lain penurunan suhu, peningkatan kelembaban, penurunan kebisingan, dan penurunan kadar debu (Tabel 3).

Hutan kota sebagai bagian dari RTH memegang peranan yang sangat penting, karena penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Hal ini telah menjadi kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002. Persyaratan minimal untuk menetapkan lahan yang akan digunakan sebagai hutan kota adalah sebagai berikut : berada di wilayah perkotaan, merupakan RTH yang didominasi pepohonan, luas minimum 0,25 ha mampu membentuk atau memperbaiki iklim mikro, estetika dan berfungsi sebagai resapan air. Beberapa pakar mengemukakan luas hutan kota harus dibangun berdasarkan jumlah penduduk; luasan hutan kota di Malaysia

ditetapkan sebesar 1,9 m2/penduduk, sedangkan di Jepang sebesar 5,0

m2/penduduk.

Tabel 3. Pengaruh hutan kota terhadap parameter lingkungan No Pengaruh terhadap

kualitas lingkungan

Bentuk hutan kota Peningkatan/penurunan

(%)

1. Penurunan suhu Jalur

Menyebar Bergerombol 1,43 3,60 3,18 2. Peningkatan kelembaban Jalur Menyebar 1,77 4,79

Bergerombol - 3. Penurunan kebisingan Jalur Menyebar Bergerombol 5,54 21,87 16,34 4. Penurunan kadar debu Jalur Menyebar Bergerombol 37,62 39,91 51,14 Sumber : Zoer’aini (2005)

Dewan kota Lanchasire Inggris menentukan 11,5 m2/penduduk, dan

Amerika menetapkan 60 m2/penduduk, sedangkan DKI Jakarta taman untuk

bermain dan olahraga diusulkan 1,5 m2/penduduk. (Departemen Kehutanan,

2006).

Secara garis besar fungsi hutan kota dapat dikelompokkan menjadi :

1. Fungsi lansekap, yaitu meliput fungsi fisik dan fungsi sosial

a. Fungsi fisik, yaitu berfungsi untuk perlindungan terhadap angin, sinar

matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau, sebagai pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai.

b. Fungsi sosialsosial, sebagai tempat interaksi masyarakat, bermanfaat

sebagai laboratorium, tanaman obat, tempat rekreasi, dan olah raga. . Penataan tumbuh-tumbuhan dalam hutan kota dengan baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat menyenangkan. Hutan kota dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah sehingga hutan kota dapat sebagai laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi kesehatan misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi rekreasi, olah raga, dan tempat interaksi sosial lainnya. Fungsi sosial politik ekonomi misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk seperti buah-buahan, kayu, obat-obatan sebagai warung hidup dan apotik hidup.

2. Fungsi pelestarian lingkungan (ekologi)

Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya.

Fungsi pelestarian lingkungan antara lain adalah :

a. Menyegarkan udara atau sebagai paru-paru kota. Fungsi menyegarkan

O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernafasan. CO2

diambil dari udara, sedangkan air diambil dari dalam tanah melalui akar tanaman.

b. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu di sekitar

tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat khususnya untuk daerah tropis.

c. Sebagai ruang hidup satwa. Tumbuh-tumbuhan selain sebagai

produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, sebagai burung, kupu-kupu, serangga. Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya untuk untuk mengontrol populasi serangga, membantu menyuburkan bunga dan pemencaran biji. Hampir pada setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai. Adanya kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen alam terdekat yang terkena pencemaran. Burung berperan dalam reaksi alam, adanya taman burung selalu dikunjungi orang, untuk menikmati bunyi, kecantikan ataupun kecakapan burung. Burung mempunyai nilai pendidikan dan penelitian. Keindahan burung dari segala yang dimilikinya akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri. Kebiasaan burung-burung beranekaragam, ada burung yang mempunyai kebiasaan berada mulai dari tajuk samapi ke bawah tajuk. Ini menunjukkan bahwa bila hutan kota mempunyai komposisi banyak jenis, berlapis-lapis dan berstrata akan memikat banyak burung. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zoer’aini (2005) menunjukkan bahwa burung lebih banyak dijumpai baik jenis maupun jumlahnya pada hutan kota yang ditanami dengan tanaman produktif (berbunga, berbuah dan berbiji) pada struktur hutan kota yang berstrata banyak.

Kehadiran burung pada hutan kota yang berstrata banyak selain karena jumlah tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam, juga pohonnya adalah jenis buah-buahan (tanaman produktif). Tanaman produktif dalam hal ini adalah tanaman yang menghasilkan bunga, buah, biji aroma, sehingga memberikan kesempatan lebih besar kepada burung (herbivor) yang menyukainya untuk datang, mencari makan, bercengkrama atau bersarang.

d. Penyangga dan perlindungan permukaan tanah dari erosi., sebagai

penyangga dan melindungi permukaan tanah dari air hujan dan angin. Sehubungan dengan itu hutan kota dapat membantu penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

e. Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah., sebagai

pengendalian dan atau mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi, silica, jelaga dan unsure kimia lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan (pencemar). Seperti pohon jalar, asam landi, angsana dan mahoni dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.

f. Perendaman kebisingan. Kebisingan adalah suara yang berlebihan,

tidak diinginkan dan sering disebut polusi tak terlihat yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara.

g. Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator., yaitu sebagai

tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan. Karena tumbuhnya tertentu akan memberikan reaksi tertentu akan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Plasma nutfah sangat diperlukan untuk kehidupan.

h. Menyuburkan Tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisma dan akhirnya terurai menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan itu kembali.

3. Fungsi estetika. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan keindahan dari

garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar,bunga, buah maupun aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian hutan kota yang berstrata banyak mempunyai nilai estetika lebih tinggi, daripada hutan kota berstrata dua.

Melihat besarnya manfaat RTH terutama taman kota atau hutan kota, maka dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan keberadaan RTH, beberapa hal yang perlu dilakukan (Litbang dan PPSDAL Murbaintoro, 2009)UNPAD 2003) antara lain :

1. Perlu ada kebijakan dan rencana program yang jelas yang disertai

dengan petunjuk teknis yang memberikan kejelasan tentang jenis, fungsi atau peruntukan dan sanksi untuk setiap jenis RTH dalam rangka menghindari terjadinya penurunan jumlah dan luas RTH.

2. Menanam vegetasi yang berbeda atau beranekaragam untuk

meningkatkan daya tarik terhadap RTH yang ada terutama RTH untuk taman kota dan hutan kota. Penanaman vegetasi seyogyanya bukan untuk tujuan produksi melainkan vegetasi yang memiliki fungsi untuk mereduksi pencemaran udara.

3. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan berbagai stakeholder

terutama para pengusaha untuk meningkatkan pemeliharaan RTH (taman kota dan hutan kota).

4. Dalam rangka meningkatkan jumlah dan luas taman serta pelibatan

tanggungjawab masyarakat dan stakeholder, perlu dikaji penerapan

adanya intensif dan disinsetif yang berupa green tax dalam hal

penggunaan lahan terbuka untuk berbagai peruntukkannya.

5. Potensi cukup besar dari jumlah dan luas serta pola penyebaran

taman-taman baru yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas sosial pada pemukiman-pemukiman baru perlu ditindaklanjuti secara lebih serius

oleh pemerintahan kota, mengingat kemampuan untuk mengembangkan taman baru tidak mudah. Penanganan serius tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan presentase ruang terbuka hijau yang harus disediakan oleh pengembang dalam bentuk fasos dan fasum.

6. Walaupun belum ada data pasti tentang jenis-jenis tumbuhan potensial

(jenis tumbuhan di Indonesia) yang dapat mereduksi berbagai gas pencemaran udara, serta sensitif tidaknya terhadap berbagai zat pencemaran udara, namun dapat mempertimbangkan bahwa :

a. Pada dasarnya hampir semua tanaman dapat menyerap berbagai

gas pencemar.

b. Tanaman, khususnya pohon yang akan ditanam di RTH/taman

tidak ditujukan untuk kepentingan produksi, maka pada dasarnya jenis tanaman pohon apapun dapat ditanam dan dapat berfungsi sebagai pereduksi gas pencemar. Namun demikian jenis-jenis tanaman pohon yang ditanam, diprioritaskan jenis tanaman yang relatif hijau sepanjang tahun, dan tidak banyak menggugurkan daun. Untuk meningkatkan fungsi tanaman sebagai pemasok oksigen, dapat dilakukan pemangsakasan tajuk yang selain dapat merangsang pertumbuhan daun muda juga sekaligus dapat memperbaiki keindahan arsitektur tajuk.

7. Dalam rangka memperkecil terjadinya pelepasan karbon yang

potensial menimbulkan pencemaran gas CO2, seresah serta potongan

tajuk dan ranting tanaman tidak dibakar, melainkan dikomposkan untuk dijadikan kembali sebagai pupuk di taman. Kekurangan kebutuhan masyarakat terhadap taman, khususnya pada daerah/wilayah yang jumlah dan luas tamannya terbatas, maka perlu dikaji penggunaan halaman atau industri untuk dapat di akses oleh masyarakat.

Moranco (2003) menyatakan bahwa RTH pada hakekatnya mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kondisi lingkungan. Hutan dan tanaman hijau dapat berfungsi untuk menyerap karbon di atmosfir, menjaga kelembaban udara, mengatur curah hujan,

membuat suhu lebih nyaman, dan menjaga terjadinya erosi tanah. Pemanfaatan lain yang dapat berfungsi seperti hutan dan tanaman hijau adalah taman kota walaupun dalam skala kecil terutama fungsinya sebagai taman rekreasi.

Keberadaan RTH dapat memberikan efek psikologis yang berbeda terhadap manusia yang menghuni suatu kota, dalam hal ini manusia yang menghuni suatu kota yang dilengkapi dengan RTH yang memadai akan menyebabkan berkurangnya efek kekerasan dalam masyarakat dibandingkan dengan kota tanpa RTH yang cenderung akan memicu terjadinya banyak kekerasan dalam masyarakat (APA, 2003).

Disamping keberadaan hutan kota yang sangat penting, salah satu komponen RTH yang selama ini mengalami degradasi adalah keberadaan lahan pertanian yang semakin lama samakin berkurang di beberapa wilayah, yang saat ini menunjukkan maraknya perubahan fungsi lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri, dan kawasan perumahan dan permukiman. Apabila hal tersebut tidak segera diantisipasi, maka akan terjadi kerusakan lingkungan yang

sangat besar.Apabila dikaitkan dengan konsep highest and best use

yang dikemukakan oleh Barlowe (1986), sumberdaya lahan tersebut

memiliki highest and best use apabila penggunaanya memberikan

optimum return kepada pengelolanya. Tergantung pada kriteria yang

digunakan, return ini dapat diukur di dalam bentuk monetary terms,

intangible, dan social value atau dalam bentuk kombinasi dari

nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh, real estate akan melakukan analisis

highest and best use apabila pembangunan real estate tersebut digunakan sebagai tujuannya atau kombinasi tujuan-tujuan dengan mempertimbangkan keuntungan komparatif tertinggi atau kerugian komparatif terendah dibandigkan penggunaan lainnya.

Dalam masyarakat modern, sumberdaya lahan biasanya

memberikan return yang lebih tinggi apabila digunakan untuk tujuan

karena itu penggunaan untuk tujuan tersebut biasanya mengalahkan tujuan penggunaan yang lain. Berikutnya digambarkan profil penggunaan lahan untuk tujuan komersial dan industri, perumahan dan permukiman, diikuti dengan tujuan-tujuan lain seperti pertanian, hutan, padang rumput untuk pengembalaan dan lahan gundul (Gambar 3).

Nilai   Eko n om i           Komers ia l   da n   In du str i                       Pe ru mah a n   dan   Permukiman              Pertan ia n                   Hu tan         Padang  rumput    Lahan gundul    Penggunaan lahan 

Gambar 3. Profil penggunaan lahan (Litbang dan PPSDAL Murbaintoro, 2009)UNPAD 2003)

Profil tersebut mewakili gambaran rata-rata secara umum, tidak pernah tetap atau statis, karena sering terjadi dinamika perubahan akibat perbedaan yang ada pada masing-masing penggunaan. Misalnya, beberapa industri dan komersial akan mencari daerah yang

lebih murah (low cost), sedangkan hunian atau apartemen

kadang-kadang mencari daerah yang biasanya untuk industri atau komersial.

Teori lain menyatakan bahwa dalam konteks land economics, land

value sangat dipengaruhi oleh hubungan komplementer antara land

rent dengan transportation cost (Alonso, 1964). Berdasarkan hal

sehingga diperlukan upaya khusus bagi terselenggaranya pembangunan perumahan yang berkelanjutan (Murbaintoro, 2009).